• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompas / Pedoman

Dalam dokumen Kelas 11 SMK Pelayaran Kapal Perikanan 4 (Halaman 117-139)

PERAMBATAN GELOMBANG LORAN DAN KETETAPAN KEDUDUKANNYA

4) Kompas / Pedoman

Pedoman/Kompas merupakan alat yang penting dikapal yang berguna untuk menentukan arah dan haluan kapal dan mengambil baringan atas benda-benda guna penentuan tempat kapal di laut.

Pada dasarnya pedoman dibedakan atas 2 macam yaitu : 1. Pedoman Magnit

2. Pedoman Gasing

Dalam pembahasan ini alat yang tersebut diatas tidak akan diuraikan lebih lanjut, tetapi pada dasarnya alat ini bekerja atas sebuah benda yang dibalingkan sangat cepat dengan gaya listrik. Dengan balingan yang sangat cepat itu poros gasing menunjuk kearah derajah Utara sejati. Sedangkan alat yang tersebut pada sub1 diatas yang akan dibahas lebih lanjut bekerja atas dasar suatu jarum magnit yang digantungkan pada bidang datar (horizontal) yang secara bebas akan mengarah pada arah Utara Selatan Sejati.

105 Sifat-sifat jarum magnit

1. Mempunyai gaya tarik terhadap baja dan besi.

2. Gaya tarik terkuat terdapat diujung jarum yang disebut kutup.

3. Jika jarum magnit berputar bebas, maka arah garis penghubung kutub-kutub yang disebut poros magnit mengarah kearah Utara– Selatan magnit. Kutub yang mengarah keUtara disebut Kutub Utara dan yang mengarah ke Selatan disebut Kutub Selatan.

4. Jika dua magnit dapat saling mempengaruhi, maka kutub yang senama akan saling tolak menolak satu sama lain, sedang kutub-kutub yang tidak senama saling tarik menarik satu sama lain.

5. Pengaruh dari suatu magnit terhadap jarum magnit yang lain diatur oleh hukum Coulomb

Cara Pengoperasian:

Untuk Menentukan Arah Haluan Kapal :

 Tentukan terlebih dahulu arah haluan kapal yang akan dituju.  Letakkan kompas tepat ditengah-tengah kapal sejajar dengan

garis lunas kapal, dekat dengan kemudi kapal.

 Putar kemudi kapal kekiri/kekanan seiring dengan pergerakan arah haluan kapal sampai dengan arah haluan kapal yang dituju sesuai dengan sudut arah pada kompas.

Membaring benda di darat.

1. Persiapkan alat-alat baring, antara lain :  Kompas magnit

 Pesawat Penjera Celah  Pesawat Baring Thomson

106 2. Baring target sasaran dengan menggunakan alat pembaringan.

(pembahasan cara pengoperasian lihat pada prosedur pengoperasian Pesawat Penjera Celah dan Pesawat Baring Thomson)

Aplikasi Kompas

1. Haluan yang dikemudikan pada pedoman magnit kapal adalah Haluan Pedoman (HP) dan Baringan yang diperoleh dari pedoman baringnya adalah Baringan Pedoman (BP).

2. Garis haluan yang ditarik diatas peta adalah Haluan Sejati (HS) dan baringannya adalah Baringan Sejati (BS).

3. Hasil baringan dari pedoman baring, jika ingin dilukiskan di peta harus diubah terlebih dahulu menjadi BS, dengan menggunakan rumus :

BP + V = BM ; BM + D = BS , atau V + D = S ; BP + S = BS

4. Pada nilai variasi perhatikan perubahan tahunan variasinya, sedangkan untuk nilai deviasi perhatikan deviasi pedoman kemudi pada daftar deviasi untuk haluan yang bersangkutan. 5. Untuk keperluan pengemudian kapal, ubahlah HS menjadi HP. 6. Bulatkanlah selalu nilai haluan ( 0,50 keatas dibulatkan menjadi

10 dan dibawah 0,50 dihilangkan )., contoh : 23,50 menjadi 240 ; 23,40 menjadi 230

107 Gambar 60. Mawar Pedoman

Syarat-syarat piringan pedoman yang baik :

 Harus ringan, sungkup piringan pedoman bagian bawahnya harus licin.

 Tidak memiliki kesalahan kolimasi.

 Pembagian derajatnya harus jelas, sehingga mudah dibaca dan dibuat secara teratur.

 Besarnya piringan pedoman harus seimbang dengan besarnya ketel pedoman.

 Piringan pedoman harus tenang namun peka.

 Waktu ayun piringan pedoman harus cukup besar, yaitu minimum 14 detik agar tidak terjadi sinkronisasi dengan olengan kapal.

Cara memeriksa kepekaan piringan pedoman :

 Putar piringan pedoman ke kanan + 30 dari kedudukan seimbang semula.

 Lepaskan dan kemudian baca penyimpangan sudut pada sisi lainnya.

108  Ulangi dengan arah berbeda, yaitu putar piringan pedoman

kekiri.

 Bila hasil penyimpangan pada kedua sisi sama atau berselisih ½

0 saja, berarti piringan pedoman cukup peka.

Syarat ketel pedoman yang baik :

 Ketel pedoman tidak boleh mengandung magnit.

 Pada saat kapal dalam keadaan diam, maka tutup kaca bening dibagian atas harus dalam keadaan datar.

 Posisi ketel pedoman tidak boleh menyentuh bagian-bagian pedoman lain, sehingga setiap saat bagian-bagian dalam pedoman dapat mengayun dengan bebas.

 Semat atau pasak pedoman harus benar-benar terpasang vertical ditengah-tengah ketel pedoman.

 Tuas untuk menempatkan pesawat baring harus tepat dititik pusat mawar pedoman/piringan.

 Garis layar tepat pada bidang lunas linggi kapal.

Cara memeriksa ketepatan garis layar :

 Buatlah sebuah tonggak dan berdirikan dibidang lunas linggi didepan pedoman pada jarak yang cukup, misalnya diujung haluan.

 Baringlah tonggak tersebut dan pada saat yang sama lihatlah penunjukkan skala derajat oleh garis layar.

 Bila kedua penunjukkan adalah sama berarti garis layar telah tepat.

109 Perawatan pedoman magnit meliputi :

Perawatan alat dan bagian-bagiannya :

Bila terjadi gelembung udara cukup banyak atau kedudukan piringan pedoman berubah, cara perawatannya :

 Lepaskan pedoman dari rumah pedoman.

 Baringkan ketel pedoman pada tempat yang rata.

 Buka bagian penyumbatnya (prop) dengan cara diputar.

 Keluarkan cairan melalui prop, namun bila hanya terjadi gelembung udara cukup banyak dengan menambahkan campuran alcohol (70 %) dan air (30 %) melalui lubang prop tersebut.

 Setelah cairan dikeluarkan, selanjutnya buka sekrup-sekrup yang berada pada tutup ketel pedoman.

 Perbaiki bagian-bagian yang rusak atau aus dan ganti bila perlu.  Setelah selesai perbaikan, tutup kembali kaca penutup bagian

atasnya dan sekrup yang rapih.

 Isi kembali cairan alcohol dan air melalui prop, dan usahakanlah sampai penuh, selanjutnya prop ditutup.

 Cek terlebih dahulu apakah masih terdapat gelembung udara dalam ketel tersebut atau tidak ? Bila tidak, kencangkan prop tersebut.

 Kembalikan ketel pedoman pada rumah pedoman.

Penempatan pedoman yang baik di kapal.

 Agar piringan pedoman di kapal tetap pada posisi mendatar, maka perlu diberi cincin kardanus.

110  Benda-benda besi/baja, benda bermagnit atau alat-alat listrik disekitar kompas harus disingkirkan untuk menghindari pengaruh penunjukkan pedoman

 Bila pedoman tidak dipergunakan, tutuplah dengan rapih.

Koreksi secara periodik terhadap arah penunjukkan pedoman.

 Lakukan pengecekan dengan cara melakukan pembaringan dua benda yang terdapat di peta dan diketahui arah sejatinya.

 Bila penunjukkan arah terlalu besar lakukan penimbalan, yaitu memasang dan mengatur letak batangan parameter disekitar dinding luar ketel pedoman sambil membaring.

 Namun bila masih terdapat keragu-raguan mengenai arah penunjukkan pedoman atau kepekannya maka perlu dibawa ke bengkel khusus untuk perbaikan lebih lanjut.

Pembagian Pedoman

Berdasarkan penempatannya dikapal Pedoman dibedakan atas:  Pedoman Dasar.

 Pedoman Kemudi.

 Pedoman Pembantu (pedoman sekoci dan pedoman lainnya). Berdasarkan konstruksinya atau pembuatannya Pedoman terbagi menjadi :

 Pedoman piringan ringan (Pedoman Kering ).  Pedoman Zat Cair (PedomanBasah).

111 Gambar 61. Pedoman Kering

Pedoman Kering

Pedoman kering terdiri dari:  Ketel

 Tutup Kaca  Kaca baur  Pena (semat)

 Ujung semat dilengkapi logam iridium  Sungkup dari Aluminium

 Batu nilam dalam sungkup  Pinggiran dari Aluminium  Benang Sutera

 Batang Magnit.

 Kertas tempat melukis surat- surat/derajat-derajat  Tempat titik putar pesawat baring

112 Piringan Pedoman Kering

Piringan pedoman terdiri dari atas beberapa jarum magnit yang digantungkan dibawah piringan, pinggirannya dari aluminium atau bahan yang ringan. Ditengah-tengahnya piringan ditempatkan sebuah sungkup. Pada pinggir piringan dan sungkup dibuat lubang kecil-kecil untuk memasang benang-benang sutera. Diatas benang-benang yang menghubungkan pinggir dan sungkup dipasang kain sutera atau kertas yang tepat terbangun lingkaran, atas mana terdapat pembagian– pembagian dalam derajat dan surat (lihat gambar).

Gambar 62. Piringan Pedoman Gambar 63. Irisan Pedoman

A=Piringan p=pinggiranpiringan B = Ketel t=semat

d = Jarum magnit s=sungkup k=kepingkecil ABCD = Ketel Pedoman

Bermacam-macam piringan yang dipergunakan dikapal, tetapi yang terkenal ialah piringan type Thomson. Jarum-jarum dipasang simetris terhadap sungkup agar gaya magnit berpengaruh simetris terhadap seluruh piringan. Banyaknya jarum biasanya 8 buah dan panjangnya

113 yang dekat sungkup ± 8cm, yang diluar±5cm. Garis tengah pinggiran ± 25cm, Berat15 s/d 20 gram.

Piringan pedoman duduk diatas semat sedang semat terletak ditengah- tengah pedoman berdiri tegak lurus, jadi piringan pedoman bebas berputar diatas puncak semat (lihat gambar diatas). Supaya goyangan tidak terganggu karena aus, maka dalam dop dipasang batu yang keras sekali (saffier) dan pada puncak semat dilengkapi dengan logam keras sekali dan tajam yang disebut iridium.

Pada waktu sekarang magnit batang biasanya diganti dengan magnit cincin. Keuntungan menggunakan magnit cincin ialah :

 Umurnya dapat diperpanjang (kemagnitannya lebih lama).  Dapat dibuat lebih kuat.

 Lebih peka.  Lebih tenang.

 Ditempatkan dalam kotak pelampung.  Gesekan dengan zat cair dapat dihindarkan. Syarat-syarat piringan pedoman :

 Harus peka.  Harus tenang.

Jika kedua syarat tersebut diatas dipenuhi, maka piringan pedoman stabil.

Ketel Pedoman

Ketel pedoman memiliki Bentuky a n g bulat dan terbuat dari kuningan, diatasnya ditutup dengan kaca, pada sisi dalam dicat putih dan pada ujungnya dilukis garis hitam yang tegak yang disebut Garis

114 Layar yang letaknya harus didalam muka yang sama dengan ujungnya semat pedoman, serta letaknya sejajar dengan lunas dan linggi kapal. Agar ketel bergantungan lebih stabil dan dapat menahan getaran-getaran yang mempengaruhinya pada type pedoman Thomson, dibawahnya dasar kaca sebuah kaca baur yang cekung diisi dengan sejenis minyak tumbuh-tumbuhan. Ada pedoman dimana dasar ketelhanya diberi beban dengan sekeping timbel.

Keterangan gambar: a. Tutupkaca. b. Ketel. c. Minyak tumbuh-tumbuhan . d. Kaca baur. e. Penyangga semat. f. Tanduk. g. Semat.

h. Titik putar pesawat baring.

115 Syarat-syarat ketel pedoman yang harus dipenuhi :

 Ketel tidak boleh mengandung magnetis.

 Hal ini dapat diselidiki dengan jalan mengambil ketel keluar dari rumah pedoman, selanjutnya disamping ketel ditempatkan sebuah pedoman kecil. Sesudah itu ketel diputar, bilamana dalam pekerjaan ini jarum pedoman kecil tidak bergerak, ini berarti ketel tidak mengandung magnetis.

 Jika ketel diam tutup kaca, harus dalam keadaan mendatar. Ini dapat diselidiki dengan menggantungkan sebuah unting-unting. Lalu dilihat dari dua arah yang satu sama lain memotong siku, maka bayangan diatas tutup kaca harus terletak dalam satu garis dengan benangnya unting-unting tadi.

 Ketel harus mudah mengayun dan tidak menyentuh dimana-mana.

 Semat harus berdiri tepat ditengah-tengah ketel, jika tidak maka jarak antara piringan sampai pada ketel diberbagai tempat tidak sama.

 Ujung semat harus terletak dititik potong penggantungan ketel pedoman pada cincin lenja dan cincin lenja pada rumah pedoman  Apabila tidak demikian halnya, maka ujung semat pedoman

ketika peranatan cincin-cincin lenja berputar tidak tepat pada tempatnya. Keadaan ini akan mengakibatkan piringan tidak tenang.

 Untuk mengetahui hal ini tempatkan ketel sedemikian rupa sehingga ujung semat hampir menyentuh sebuah unting-unting yang digantungkan diatas ketel. Jika peranatan lenja diputar, maka jarak antara ujung semat dan batu unting-unting tidak boleh berubah.

116  Titik putar pesawat baring harus terletak tegak lurus diatas ujung semat pedoman. Jika tidak demikian maka akan timbul sebuah salah baringan.

 Garis Layar harus dalam keadaan yang benar.

 Alat penggantungan (Cincinlenja) tempat dimana ketel didudukan dengan benar.

Gambar 65. Cincin Lenja

Cincin lenja digantungkan pada rumah pedoman dengan, tanduk bujur kapal, sedang cincin lenja dengan ketel pedoman dihubungkan dengan tanduk malang kapal. Hal ini dimaksudkan untuk membebaskan garis layar dari tegangan poros cincin lenja.

Rumah Pedoman

Untuk melindungi pedoman dari hujan dan panas serta gangguan lainnya, pedoman ditempatkan di dalam rumah pedoman.

117 Gambar 66. Rumah Pedoman

Pedoman Zat Cair

Pedoman ini dibuat lebih kuat dan ketelnya diisi campuran alcohol (16% s/d 25%) dan air sulingan (845 s/d 75%) yang berguna untuk meredam gerakan dan getaran yang dapat mempengaruhi pedoman. Dengan diisi alcohol maka pedoman dapat dipakai pada suhu rendah, tetapi perlu dicampur dengan air, sebab alcohol yang murni memakan cat ketel dan piringan. Oleh sebab itu cat ketel dan piringan menggunakan cat khusus.

Untuk mempertinggi tahan getaran dan goncangan serta stabilitas dari pada piringan pedoman ini, dipasang dua atau empat jarum magnet yang agak panjang dan tebal yang dimasukan k e dalam bumbung yang terbuat dari kuningan dan ditempatkan dibawah piringan pedoman. Dengan demikian berat seluruh piringan 300 gram, dan untuk mencegah rusaknya ujung semat, dipasang pengapung sehingga berat diatas semat tidak lebih daripada berat piringan pedoman kering (15s/d20gram) (lihat pada gambar berikut ini)

118 Gambar 67. Pedoman Zat Cair

Keterangan Gambar : a. Tutup Kaca

b. Tanduk

c. Sumbat (Sungkup Isi) d. Pengapung

e. Magnet yang berat dimasukan didalam bumbung dari kuningan f. Pena (semat)

g. Tromol dari kuningan yang bergaya pegas

h. Jembatan kuningan untuk menyangga sarang semat dengan sematnya i. Pemberat

j. Ketel berisi cairan

Sumbat (sungkup isi)

Untuk menambah air sulingan ke dalam ketel jika air ketel berkurang yang dapat diketahui dengan adanya gelembung udara diatas zat cair. Cara mengisinya ialah ketel ditahan miring, sumbat diputar keluar dan air dituangkan melalui sumbat, lalu ditutup kembali. Kadang-kadang zat cair tidak berkurang tetapi terjadi gelembung udara. Ini adalah vacuum akibat zat yang sifat memuainya berlainan antara isi ketel dan

119 ketelnya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pengembunan pada kaca yang menyulitkan pembacaan.Untuk mengatasi hal ini biasanya ada pengisian secara otomatis pada kotak cadangannya.

Pengapung

Dengan adanya jarum-jarum yang berat dan tebal, maka akan mengakibatkan rusaknya tuntung darisemat. Untuk menghindari hal ini dipasanglah pengapung.

Tromol

Apabila suhu naik, maka cairan dalam ketel mengembang sehingga jika tidak ada tromol yang bergaya pegas, ketel atau tutup kaca akan rusak. Apabila suhu turun, m a k a cairan akan susut sehingga ketel tidak penuh lagi. Dengan adanya tromol yang bergaya pegas itu, maka piringan pedoman akan ikut pula turun naik dan akibatnya penunjukan arah yang salah. Untuk mengantisipasinya, maka jembatan kuningan dipasang semat dipasang diatasnya.

Keterangan :

a. Piringan dengan garis tengah kecil b. Zat Cair

c. Ketel

d. Jarak piringan Pedoman Terhadap Ketel e. Pengapung

120 Gambar 68. Piringan

Pedoman basah jauh dari ketel

Pedoman ini digunakan untuk kapal-kapal kecil, sekoci-sekoci motor dan sekoci-sekoci biasa yang pada umumnya diatas air lebih bergoyang bergerak menggetar daripada kapal-kapal besar. Akhirnya dikemukakan kelebihan dan kelemahan dari pedoman ini terhadap pedoman kering sebagai berikut :

1. Kebaikan-kebaikan

a. Momen magnet yang besar

b. Peredaman yang berguna bagi bantingan benda cair c. Dapat digunakan dikapal-kapal kecil

2. Kesulitan

a. sulit dilakukan perbaikan b. Kesukaran ketika menimbal c. Harga lebih mahal

d. Jika terjadi gelembung–gelembung udara maka :  Pedoman tidak tenang

121 5) Sextant

Alat untuk mengukur sudut dalam bidang datar dan vertical dikapal dinamakan Sextan dimana sudut diukur dengan cara mengepitkan dua buah benda yang ada diantara sudut yang akan diukur. Alat ini terdiri dari bagian-bagian sebagaimana dilukiskan secara sederhana pada gambar dibawah ini.

Gambar 69. Sextan

Keterangan gambar: A. Kaca Berwarna B. Cermin Besar C. Cermin Kecil

D. Teropong, Gagang (Handle) E. Kerangka (Frame)

122 Gambar 70. Sextan Sedang Dipergunakan

Sextan menggunakan prinsip cahaya dan berdasarkan ketentuan bahwa sudut yang terjadi antara arah pertama dan arah terakhir daripada sebuah cahaya yang telah dipantulkan, dua kali besarnya susut yang terjadi antara dua buah reflector tadi, satu terhadap lain. (lihatgambar dibawah ini).

123 Cara Pengoperasian

1. Ambil sextan dari kotak penyimpanan dengan menggunakan tangan kiri pada bagian pangkalnya lalu pindahkan ke tangan kanan (pegang pada bagian handle / pegangannya).

2. Atur alhidade dan nonius pada kedudukan 0 (nol), sisihkan kaca berwarna yang tidak perlu.

3. Cari nilai koreksi index benda yang akan diukur dengan cara memutar nonius dan dicatat.

4. Ukur sudut benda yang akan kita ukur dengan mengatur alhidade sedemikian rupa.

5. Putar sekrup halus sehingga bayangan benda menjadi satu dengan benda lain. Atau dalam pengukuran secara vertikal atur bayangan benda angkasa tepat menyinggung cakrawala / horizon.

a. Pada pengukuran matahari yang disinggungkan pada cakrawala adalah tepi bawah / tepi atas.

b. Pada pengukuran bulan yang disinggungkan dengan cakrawala adalah tepi atas.

c. Pada pengukuran bintang dan planet, yang disinggungkan pada cakrawala/horizon adalah titik pusatnya.

6. Catat hasil pengukurannya dan pada saat pengukuran benda angkasa catat pula waktu saat benda angkasa tersebut menyinggung cakrawala.

7. Catat juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan antara lain : a. Waktu dan tanggal pembaringan.

b. Posisi duga kapal. c. Haluan kapal. d. Tinggi mata.

124 Normalnya: B.b2

t1n1 =Kedudukan cermin besar pada waktu alhidade 00(diP1) t2n2 = Kedudukan cermin besar pada waktu alhidade (diP2) DBS =Sudut yang diukur ( D = cakrawala, normalnya Bb1)

Akan dibuktikan : sudut yang diukur = 2 kali penunjukan lembidang busur Pembuktian <DBS=<KBS-<KBD = 2x<KBb2–2x<KBb1...(1) <P1BP2 = 900-<P2 Bb1 <b1 Bb2 = 900-<P2 Bb1 --- <P1BP2=<b1Bb2... (2) <b1Bb2=<KBb2-<KBb1

Dari (1) dan (2) didapat:

<DBS=2x<P1BP2 atau dengan kata lain: Sudut yang diukur = 2x lembidang

Macam-macam Sextan

Ada dua macam yaitu: 1. Sextan nonius.

2. Sextan tromol (yangbaru) dengan sekrup tombol (micro meter sextan).

Perbedaan antara kedua macam sextan ini terletak pada bentuknya sekerup jepit dan sekerup halus alhidade.

125 Sextan Nonius

Suatu skala kecil dipasang di alhidade dan koncentris dengan lembidang busur bersama-sama dengan alhidade dapat digeser-geser sepanjang lembidang busur dan dipergunakan untuk pembacaan seteliti

Gambar 72. Sextan Nonius

Sextan Nonius ada dua macam yaitu: 1. Nonius Pendek

59 kolom lembidang busur = 60 bg nonius bg kolom lembidang busur

9x = bg nonius 1 kolom nonius =

=

=10

-1 kolom lembidang busur–1kolom

Nonius = 10 - (10– = . Angka adalah besarnya sudut ketelitian yang dapat diperoleh dalam pengukuran.

126 Contoh Soal 1

Masing-masing kolom lembidang busur = dalam pada itu derajat ketelitian pembacaan sextan =

Diminta : Berapa perbandingan antara kolom lembidang busur dan kolomnonius?

Jawab :

1 kolom lembidang busur – kolom nonius= ”

6’–1 kolom nonius =6”

6’– ” = kolom nonius

kolom nonius = ’ ” = ,9

Jadi kolom lembidang busur : kolom nonius = ’ : ’,9 = : 9 atau

59 kolom lembidang busur = 60 kolom nonius

Contoh Soal 2

Sebuah sextan kolom-kolom lembidang busur = nonius dibuat sehingga 39 kolom lembidang busur = 40 kolom noniusnya.

Diminta : Tingkat ketelitian Jawab :

39 kolom lembidang busur = 40 kolom nonius

1 kolom nonius = 39/40 kolom lembidang busur tingkat kesamaan = 1 kolom lembidang busur-1kolom nonius

=1 kolom lembidang busur–39/40 kolom lembidang busur = 1/40 kolom lembidang busur

= / x ’ = ”

Dalam dokumen Kelas 11 SMK Pelayaran Kapal Perikanan 4 (Halaman 117-139)

Dokumen terkait