• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Yang Dimiliki Oleh Guru PAI Khususnya Kompetensi Pedagogis Sudah Sesuai Dengan Standar Yang Dicantumkan Dalam UU

BAB II KAJIAN TEORI

TABEL II Keadaan Ruang Kelas

B. Paparan Hasil Penelitian

3. Kompetensi Yang Dimiliki Oleh Guru PAI Khususnya Kompetensi Pedagogis Sudah Sesuai Dengan Standar Yang Dicantumkan Dalam UU

No. 14 Tentang Guru Dan Dosen

Sebagai hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah tentang kompetensi pedagogis yang sesuai dengan standar yang dicantumkan dalam UU No.14 tentang guru dan dosen beliau mengatakan:

“Kalau menurut saya guru disni sudah sesuai dengan standar yang dicantumkan dalam Undang-Undang hanya memang Undang-Undang yang dituliskan yaitu standar minimal, akan tetapi guru-guru disini untuk menambah wawasannya karena wawasan adalah menambah bekal mengajar mereka maka dia perlu diasah dengan pengetahuan-pengetahuan ditambah wawasan-wawasan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan pedagogis.”61

Sedangkan menurut menurut Ibu Istiani selaku waka kurikulum mengatakan bahwa kompetensi pedagogis sudah sesuai dengan standar yang dicantumkan Undang-Undang No.14 tentang guru dan dosen beliau mengatakan:

60

Wawancara kepala sekolah Bapak Suwoko, (10 April 2008, 08.00-09.00 di ruang kepala sekolah)

61

Wawancara kepala sekolah Bapak Suwoko, (10 April 2008, 08.00-09.00 di ruang kepala sekolah)

“Dalam Undang-Undang No.14 diharapkan semua guru bidang studi itu waktunya dalam satu minggu24 jam kebetulan disini mempunyai guru PAI 2 orang, jadi setiap 1 kelas itu 2 jam pelajaran maka dalam satu minggu 24 jam pelajaran yang harus diajarkan dan Guru PAI disini sudah menguasai amat sangat baik, punya semangat kerja yang tinggi, karena guru-guru sering mengikuti training atau pelatihan untuk menambah wawasan dalam bekal mengajarnya”.62

Dengan dicantumkannya UU tentang guru dan dosen diharapkan semua guru dan dosen mengikuti UU tersebut, karena pada dasarnya seorang guru dan dosen harus benar-benar professional dalam menngembangkan tugasnya baik mengajar, membimbinng dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Berbicara mengenai upaya guru PAI dalam meningkatkan kompetensi pedagogis guru pendidikan agama Islam, tentunya juga tidak berjalan begitu saja, tetapi juga ada faktor pendukung dan factor penghambat yang menjadi kendala dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Adapun factor pendukung dan penghambat berasal dari internal dan eksternal dalam diri guru itu sendiri. Faktor internal berkaitan erat dengan syarat-syarat guru maupun calon guru. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah: Orientasi guru terhadap professional, keadaan kesehatan guru, keadaan ekonomi guru, pengalaman mengajar guru, latar belakang pendidikan guru dan faktor Eksternal yaitu untuk membentuk guru yang berkompetensi selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri, juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri seorang guru yang dikenal dengan sebutan faktor eksternal seperti fasilitas pendidikan, kedisiplinan kerja, dan pengawasan kepala sekolah

62

Sebagai hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah tentang faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogis beliau mengatakan:

Faktor penghambat

1. Guru yang sudah dekat dengan masa pensiun kalau ada pelatihan mengenai upaya kemampuan, mereka tidak mau berpartisipasi untuk mengikutinya walaupun besuk sudah pensiun seharusnya beliau tidak mengatakan seperti itu walaupun sudah prefesional walaupun besuk sudah pensiun kalua kita mempunayai niatan untuk maju dalam mutu pendidikan tetap berpartisipasi dan dimasyarakat nantinya juga diperlukan

2. Pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan diluar kota malang dan pelatihan itu dilaksanakan lebih dari satu hari padahal di sekolahan ini mempunyai guru agama hanya 2 orang seminggu penuh mengajarnya jadi kalau yang satu pergi 2 hari yang satunya untuk mengajar tidak terjangkau begitu banyaknya jam mengajar karena banyaknya jam pelajaran dengan lamanya pelatihan itu maka guru PAI disini tidak mengirimkan karena mereka sudah banyak jam pelajaran yang harus diajarkan. Jadi pelatihan yang lama kita tidak mengirimkan guru tersebut

Faktor pendukung

1. Kebetulan di Malang ini kota yang banyak universitas pendidikan untuk mengembangkan kompetensi guru tersebut sehingga suatu saat kampus yang satu tidak bisa menghadiri/ mengirimkan untuk pelatihan maka tidak lama lagi kampus yang lainnya juga mengadakan pelatihan tersebut. 2. Disamping banyaknya pelatihan-pelatihan yang diadakan kami juga

mengikutsertakan MGMP guru untuk menambah pengetahuan atau wawasan bagi guru itu sendiri

3. Kami sebagai kepala sekolah juga mengadakan evaluasi/ rapak kerja (raker) satu tahun sekali antara guru yang satu dengan yang lainnya tujuannya untuk mengetahui sejauh mana penyampaian Ibu/ Bapak kepada peserta didik dan kami juga menerapkan disiplin pada semua guru agar mutu pendidikan dapat tercapai dengan baik.”63

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan upaya yang dilakukan kepala sekolah yaitu salah satunya mengikut sertakan guru-guru dalam pelatihan, workshop dan MGMP untuk menambah pengetahuan.

63

Wawancara kepala sekolah Bapak Suwoko, (10 April 2008, 08.00-09.00 di ruang kepala sekolah)

Dikatakan pula oleh Bu Istiani selaku waka kurikulum yang peneliti peroleh pada saat wawancara bersama beliau di perpustakaan beliau menegaskan bahwa faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogis yaitu:

“Faktor pendukungnya sama yang dikatakan kepala sekolah bahwa semua guru kalau untuk mendatangi MGMP sangat semangat sekali soalnya penting bagi mereka itu sendiri untuk menambah wawasannya dan Kompetensi yang dimiliki guru PAI disini sudah sesuai bidang PAI yaitu lulusan dari universitas agama jadi tidak ada masalah dan keduanya sudah kompeten di bidangnya masing-masing kecuali kita tidak memiliki guru agama yang tidak sesuai dengan bidangnya tersebut.

Sedangkan faktor penghambatnya apabila guru tidak mau mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan di kampus-kampus atau ditempat-tempat yang lain dan alasan mereka adalah tanggung jawab penuh disekolahan untuk mengajar peserta didik.”64

Diungkapan pula oleh Bapak Nur Wahid selaku guru pendidikan agama Islam ketika wawancara dengan peneliti bahwasannya yang menjadi penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogis yaitu:

“Faktor pendukung dari sekolah sangat mendukung sekali dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogis maka dari itu masing-masing guru dapat meningkatkan profesionalisme pada bidangnya masing-masing dan factor penghambatnya adalah peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran.”65 Dari hasil wawancara diatas bahwa dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogis di SMPN 6 Malang terlihat bahwa faktor pendukung pihak sekolah mengikutsertakan pelatihan-pelatihan, workshop, MGMP dan lain-lainnya untuk menambah pengetahuan atau wawasan bagi guru itu sendiri.

Masih terkait dengan factor yang menjadi penghambat dan pendukung upaya peningkatan kompetensi pedagogis guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 6

64

Wawancara waka kurikulum Ibu Istiani, (15 April 2008, 11.00-11.30 di perpustakaan) 65

Malang ini, diantaranya dengan adanya program membaca Al-Qur’an. seperti diungkapan pula oleh Ibu Istiani selaku waka kurikulum beliu mengatakan:

“Setiap Sebelum masuk sekolah membaca alquran yaitu hari Selasa, rabu, kamis dan sabtu. Kemudian ada kebiasaan lagi hari selasa yaitu semua siswa diharapkan shalat dhuhur berjamaah”.66

Dokumen terkait