BAB II KAJIAN TEORITIS
B. Profesionalisme Guru
2. Kompetensi Guru
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja
kehancuran terjadi.’ Seorang sahabat bertanya: ‘Bagaimana maksud amanat disia-siakan?’ Nabi menjawab: ‘Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.’” (HR Bukhari)
2. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat agar dianggap mampu untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.15 Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik)
yang terwujud dalam bentuk perbuatan.16
Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, standar kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP 74/2008 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Empat kompetensi guru tersebut bersifat holistik, artinya merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling terkait. Khusus untuk guru PAI berdasarkan Permenag
14 ﺪﺒﻋ مﺎﻣﻹا ,يرﺎﺨﺒﻟا ﻞﯿﻋﺎﻤﺳإ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ّسا ,يرﺎﺨﻨﻟا ﺢﯿﺤﺻ ,ﻊﯾزﻮﺘﻟا و ﺮﺸﻨﻠﻟ ﺔﯿﻟوﺪﻟا رﺎﻜﻓﻷا ﺖﯿﻧ :ضﺎﯾﺮﻟا) ۱۹۹۸ ( ص , ۱۲۴۵ . 15
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 5.
16
Syaiful Sagala, Kemampuan Peofesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 23.
Nomor 16/2010 Pasal 16 ditambah satu kompetensi lagi, yaitu kompetensi
kepemimpinan.17
Tabel 2.2.
(Kompetensi dan Subkompetensi Dasar Guru)18
Kompetensi Subkompetensi
Kompetensi pedagogik
Memahami peserta didik secara mendalam.
Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.
Melaksanakan pembelajaran.
Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.
Kompetensi kepribadian
Kepribadian yang mantap dan stabil. Kepribadian yang arif.
Kepribadian yang berwibawa.
Berakhlak mulia dan dapat menjadi tauladan.
Kompetensi profesional
Menguasai struktur keilmuan/mapel yang diajarkan. Memahami kurikulum, silabus, dan RPP mapel yang diajarkan.
Kompetensi sosial
Mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
17
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 106.
18
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 115-116.
Menguasai struktur dan metode keilmuan.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik.19 Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 16/2012 ayat
(1) meliputi:
a. pemahaman karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual;
b. penguasaan teori dan prinsip belajar pendidikan agama;
c. pengembangan kurikulum pendidikan agama;
d. penyelenggaraan kegiatan pengembangan pendidikan agama;
e. pemaanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan agama;
f. pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki dalam bidang pendidikan agama;
g. komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;
h. penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
pendidikan agama;
i. pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
pendidikan agama; dan
j. tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan
agama.20
Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.21
Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 16/2010 ayat (1) meliputi:
a. tindakan yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia;
b. penampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat;
19
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 2016, h. 41, (sumberdaya.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/02/uu-nomor-14-tahun-2005-tentang-guru-dan-dosen.pdf). 20 Ibid., h. 106-107. 21 Ibid., h. 9.
c. penampilan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa;
d. kepemilikian etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri; serta
e. penghormatan terhadap kode etik profesi guru.22
Berdasarkan kompetensi tersebut, sebagaimana Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa guru harus memberi contoh yang baik dan teladan yang indah di mata murid sehingga anak senang. Kemudian guru juga harus berjiwa
halus, sopan serta lapang dada (tasamuh), murah hati, dan terpuji. Dalam hal
ini, Al-Ghazali memandang pemberian teladan sebagai sesuatu yang harus dilakukan oleh pendidik karena peserta didik senang dan mudah meniru. Ayat
Al-Qur’an pun menyebutkan hal tersebut yang berbunyi:23
ْ ِﰲ ْ ُﲂَﻟ َن َﰷ ْﺪَﻘَﻟ
اَ ْﲑِﺜَﻛ َﷲ َﺮَﻛَذ َو َﺮِﺧ� ْ�ا َمْﻮَﯿْﻟا َو َﷲ اﻮُﺟْﺮَ� َن َﰷ ْﻦَﻤِّﻟ ٌﺔَﻨ َ�ﺴَﺣ ٌةَﻮ ْﺳ�أ ِﷲ ِلْﻮ ُﺳَر
: باﺰﺣٔ�ا)
۲۱
(
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik
bagi kamu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat. Dan dia banyak menyebut Allah.” (QS
Al-Ahzab/33: 21)
Selanjutnya kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.24 Hal ini
sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 16/2010 ayat (1) meliputi:
a. sikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif berdasarkan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi;
b. sikap adaptif dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas; dan
22
Op. cit.
23
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 226-227.
24
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 2016, h. 40, (sumberdaya.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/02/uu-nomor-14-tahun-2005-tentang-guru-dan-dosen.pdf).
c. sikap komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga masyarakat.25
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam.26 Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag
Nomor 16/2010 ayat (1) meliputi:
a. penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran pendidikan agama;
b. penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
pendidikan agama;
c. pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama
secara kreatif;
d. pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif; dan
e. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.27
Kompetensi kepemimpinan yaitu kompetensi yang dikhususkan kepada guru Pendidikan Agama. Kompetensi ini memberikan perhatian khusus kepada seorang pendidik Agama agar dapat menjalankan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya untuk masyarakat luas. Selain itu, guru Pendidikan Agama memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang sesuai berdasarkan ajaran agama yang dianut dan keharmonisan budaya Indonesia. Hal ini sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 16/2010 ayat (1) meliputi:
a. kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran
agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama;
b. kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis
untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah;
c. kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan
konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas
25
Ibid., h. 10.
26
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 226-227.
27
Op. Cit.
sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.28
Guna mencapai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesi ahli Guru, menurut Undang Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal 11, diwajibkan bagi seluruh angkatan lulusan dari program Diploma IV atau Sarjana 1 untuk melaksanakan Sertifikasi Guru, sehingga guru dapat menjalankan kewajiban profesinya dan mempertanggungjawabkan setiap tugasnya serta mendapatkan hak yang layak sebagaimana yang telah diatur oleh UU Pemerintah.
Keutamaan profesi seorang guru sangatlah besar sehingga Allah Ta’ala
menjadikan sebagai tugas yang diemban oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam sebagaimana sabdanya:
َﲆ َﺻ ِﱯ�ﻨﻟا ِﻦَﻋ ﺎَﻤُ ْﳯَﻋ ُﷲ َ ِﴇ َر َﺮَ ُﲻ ِﻦْ�ا ِﻦَﻋ َو
َو , ِﻪِﺘ�ﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌل ْوُﺆ ْﺴَﻣ ْ ُﲂ� ُﳇ َو ٍعاَر ْ ُﲂ� ُﳇ : َلﺎَﻗ َ�ﲅ َﺳ َو ِﻪْﯿَﻠَ� ُﷲ
َﻓ ِﻩِ َ� َو َو ﺎَ ِ� ْوَز ِﺖْيَﺑ َﲆَ� ِﻪِﺘ�ﯿِﻋاَر ُة�أْﺮَﻤْﻟا َو ِﻪِتْيَﺑ ِﻞْﻫ�أ َﲆَ� ٍعاَر ُﻞُ��ﺮﻟا َو , ٍعاَر ُ ْﲑِﻣ� ْ�ا
�ﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌل ْوُﺆ ْﺴَﻣ ْ ُﲂ� ُﳫ
ﻖﻔتﻣ) ِﻪِﺘ
(ﻪﯿﻠ�
29“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Ketahuilah bahwa setiap orang adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang Amir (penguasa) adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan akan ditanya kepemimpinannya. Dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi istri dan anaknya dan akan ditanya tentang keluarganya. Camkanlah bahwa kalian
adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.’” (HR
Bukhari)
Bukhari Umar menjelaskan didalam bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam (2010), menyatakan bahwa keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan pada kompetensi berikut ini:
a. Kompetensi personal-religius
28
Umar, loc. cit.
29 29 ,يرﺎﺨﺒﻟا ﻞﯿﻋﺎﻤﺳإ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ّسا ﺪﺒﻋ مﺎﻣﻹا ,يرﺎﺨﻨﻟا ﺢﯿﺤﺻ ,ﻊﯾزﻮﺘﻟا و ﺮﺸﻨﻠﻟ ﺔﯿﻟوﺪﻟا رﺎﻜﻓﻷا ﺖﯿﻧ :ضﺎﯾﺮﻟا) ۱۹۹۸ ( ص , ۱۲۴۵ .
Kemampuan yang menyangkut kepribadian agamis; artinya, pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta didik. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban, dan sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan dihayati oleh peserta didik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Kompetensi sosial-religius
Kemampuan yang menyangkut kepedulian terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong royong, tolong menolong, egalitarian (persamaan derajat antara manusia), sikap toleransi, dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim dalam rangka proses pemindahan penghayatan nilai-nilai sosial antara pendidik dan peserta didik.
c. Kompetensi profesional-religius
Kompetensi ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus dan dapat mempertanggungjawabkannya
berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.30