• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : KOMPETENSI GURU QUR’AN HADIS PADA SATUAN

A. Kompetensi Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2. Kompetensi Kepribadian

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran

secara luas dan mendalam.

Guru Qur’an Hadis merupakan bagian dari guru Pendidikan Agama dan

Keagamaan sebagaimana lebih khusus ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah RI

Nomor 55 Tahun 2007, maka guru Qur’an Hadis memiliki satu tambahan

kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi kepemimpinan dimana guru hendaknya menjadi inovator dan motivator dalam pembudayaan ajaran agama dan perilaku akhlak mulia peserta didik.

D. Kajian Pustaka

Sementara itu terdapat beberapa penelitian (skripsi) yang peneliti anggap sealur dengan tema yang dikaji dalam beberapa skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

Pertama, skripsi yang disusun oleh Nurfadilah, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar tahun 2012 yang berjudul Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMPN 1

Sinjai Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Guru Pendidikan Agama

Islam di SMPN 1 Sinjai Selatan adalah guru yang memiliki kompetensi yang baik, dimana dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sudah memperhatikan dan memahami evaluasi pendidikan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Kedua, skripsi yang disusun oleh Mariani, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri UIN Alauddin, tahun 2012 yang berjudul Korelasi antara Kompetensi Guru dengan Hasil Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 12 Makassar, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi guru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar sudah baik. Sebagaimana dilihat dari segi mengajar, penampilan, kedisiplinan, maupun akhlaknya sehingga sangat erat kaitannya dengan hasil belajar siswa yang masuk dalam kategori sedang dengan melihat hasil rata-rata dalam raport yang dicapai adalah 8.

Ketiga, skripsi yang disusun oleh Nurmila, mahasiswa Jurusan Pendidkan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri UIN Alauddin tahun 2012, yang berjudul Kompetensi Guru dalam Proses Pembelajaran di SMAN 1 Batang, Kabupaten Jeneponto, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam proses pembelajaran di SMAN 1 Batang, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto sudah cukup memadai karena

telah menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran hingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.

Terdapat perbedaan-perbedaan antara penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini. Adapun perbedaannya adalah pada permasalahan pokok penelitian dan sasaran objek serta lokasi penelitian yang diteliti oleh penyusun. Di samping

itu, belum ada yang secara spesifik meneliti tentang kompetensi guru Qur’an

Hadis menurut Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 pada satuan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Kota Makassar sebagaimana yang penyusun bahas dalam penelitian ini.

E. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan secara sadar selalu dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Jadi tujuan dalam hal ini merupakan akhir dari suatu proses. Demikian halnya seluruh uraian dalam pembahasan ini adalah :

a. Untuk mengetahui profil Guru Madrasah Aliyah Negeri di Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui kompetensi guru Madrasah Aliyah Negeri di Kota

Makassar.

c. Untuk mengetahui kesesuaian antara kompetensi guru Qur’an Hadis dengan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. 2. Kegunaan Penelitian

Setiap usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana selalu diharapkan

untuk mendatangkan manfaat atau kegunaan. Dalam penelitian yang berjudul

Satuan Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Kota Makassar” diharapakan memiliki kegunaan yaitu:

a. Kegunaan ilmiah

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran mengenai

kompetensi guru Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Negeri di Kota Makassar.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang sejenis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur ilmiah dan

sumbangsih pemikiran, khususnya bagi kalangan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

b. Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi kalangan

pendidik tentang kompetensi guru Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Negeri

di Kota Makassar.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi kepala

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan

tugas-tugas profesionalnya.14

McAshan dalam Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi: “is a

knowledge. Skill and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and physchomotor behaviors.” artinya kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang

14

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet.IV; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 23.

yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.15

Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton dalam Mulyasa mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan

apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.16

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen, karena badan inilah yang memiliki kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen yang hasilnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10, disebutkan “Kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesional.”17 Jadi, kompetensi merupakan syarat utama yang harus dimiliki oleh orang yang

berprofesi sebagai guru.18

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam UUGD No. 14/2005 pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Kompetensi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:19

15

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 38.

16

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 38.

17

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, h. 3.

18

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet.IV; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 23.

19

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, h. 18.

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut:

1. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

2. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk

kepentingan pembelajaran yang memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, mengintegrasikan kompetensi yang ingin dicapai dengan lingkungan hidup, kecakapan hidup, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar

(setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator

esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil

belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses belajar dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan

belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan dan

menyebarluaskan ilmu dan potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik dan nonakademik

yang terkait dengan berbagai permasalahan nyata di lingkungan hidupnya.20

Jadi, kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam hal mengelola pembelajaran untuk peserta didik agar terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Subkompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :

1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan

norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada

kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

20

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru

4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.

5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai

dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki

perilaku yang diteladani peserta didik.21

Jadi, kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang harus dimiliki oleh setiap guru agar mampu menjadi teladan dan pemimpin bagi peserta

didik yang menjalankan peran: Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa,

tut wuri handayani.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya, yang meliputi :

1. Menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/

bidang pengembangan yang diampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

21

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, h. 77.

5. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.22

Jadi, kompetensi profesional merupakan suatu kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang berprofesi sebagai guru agar dalam melaksanakan tugasnya hendaknya guru mampu menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut :

1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

dengan indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik; guru bisa memahami keinginan dan harapan peserta didik.

2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

dan tenaga kependidikan, misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi peserta didik serta solusinya.

3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/ wali

peserta didik dan masyarakat sekitar. Contohnya, pendidik bisa memberikan

22

Kunandar Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru

informasi tentang bakat, minat, dan kemampuan peserta didik kepada orangtua

peserta didik.23

Jadi, kompetensi sosial merupakan kompetensi penting yang juga harus diperhatikan oleh guru, melihat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang lain. Maka guru hendaknya membangun komunikasi kepada peserta didik, sesame guru, orang tua/wali serta masyarakat.

e. Kompetensi Kepemimpinan

Kompetensi kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang sangat

penting dimilki seorang guru, khususnya guru Qur’an Hadis yang menjadi bagian

dari guru mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Kompetensi yang dimiliki meliputi :

1. Kemampuan membuat perencanaan, pembudayaan, pengalaman ajaran

agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran agama.

2. Kemampuan mengorganisasikan, potensi, umur, sekolah, secara sistematis

untuk mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah.

3. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan

konselor dalam pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah.

23

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, h. 77.

4. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik

Indonesia.24

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepemimpinan merupakan hal sangat penting untuk dimiliki utamanya bagi seseorang yang berprofesi sebagai guru. Tanpa kompetensi kepemimpinan maka seorang guru tentu akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya dan terciptanya kondisi yang diharapkan serta terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah karakteristik dasar dari seorang guru yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya, dengan indikator kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

2. Guru Qur’an Hadis

a. Pengertian Guru

Guru secara etimologi adalah orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar.25 Selain itu, menurut pandangan

tradisional, pengertian guru adalah seseorang yang berdiri di depan kelas untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut persatuan guru–guru Amerika Serikat,

24

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, h. 62.

25

Tim Penyusun: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet I; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 377.

guru adalah semua petugas yang terlibat dalam tugas pendidikan. 26 Sedangkan secara terminologi, guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi

pendidikan.27 Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003, Bab XI, Pasal 39, Ayat 2, pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.28

Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses

dan hasil pendidikan yang berkualitas.29

Peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Guru secara khusus sering diistilahkan sebagai jiwa bagi tubuh

pendidikan.30 Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Namun

26

Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Cet I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 7.

27

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Cet III; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 15.

28

Republik Indonesia, Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003

(Jakarta: 2003), h. 20.

29

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5.

30

Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan; Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Depag, 2005), h. iii.

demikian, peran tenaga kependidikan lainnya tidak kurang pentingnya. Bahkan kemampuan kerja kolektif yang ditujukan oleh semua elemen tersebut menjadi

kunci suksesnya proses pendidikan di sebuah sekolah.31

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang berkecimpung dalam bidang pendidikan yang memberikan pengajaran dan melaksanakan tugasnya untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

B. Mata Pelajaran Qur’an dan Hadis

Al-Qur’an secara etimologi berasal dari kata qara‟a yang berarti

mengumpulkan dan menghimpun, dan kata qiraah yang berarti menghimpun

huruf- huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun

secara rapih.32 Sedangkan pengertian al-Qur’an secara terminologi, menurut ahli

ilmu kalam adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang diawali oleh surat al-Fatihah hingga surat an-Nas yang mempunyai keistimewaan-keistimewaan dan kelebihan-kelebihan yang terlepas dari sifat-sifat kebendaan

dan azali.33 Disebut dalam At-Talwih, al-Qur’an dalam „urf‟am ialah nama bagi

keseluruhan al-Qur’an yang telah dikumpulkan dalam mushhaf.34 Adapun ulama

usuliyyin , fuqaha, dan ulama ahli bahasa memberi pengertian al-Qur’an adalah

31

Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan; Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, h. iii.

32

Manna Khalil al-Qathan, Mabahis Fi Ulumil Qur‟an, terj. Mudzakir As, Studi Ilmu – ilmu Qur’an (Cet VIII; Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), h. 15-16.

33

Manna Khalil al-Qathan, Mabahis Fi Ulumil Qur‟an, terj. Mudzakir As, Studi Ilmu – ilmu Qur’an, h. 15-16.

34

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an

kalam Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. mulai dari awal

surat al-Fatihah hingga akhir surat an-Nas.35 Tegasnya, al-Qur’an itu menunjuk

kepada pengertian secara hakikat dimana ahli ushul membahas al-Qur’an dari segi

kedudukannya sebagai pokok dalil hokum. Maka yang menjadi pokok dalil itu

ialah ayat-ayatnya. Maka tiap satu ayat itu juga al-Qur’an.36

Dalam pengertian

lain, menurut Yusuf al-Qasim, al-Qur’an adalah kalam mu‟jiz yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw. yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan dengan

mutawattir, dan membacanya termasuk dalam kategori ibadah.37

Sedangkan kata hadis secara etimologi mempunyai pengertian al-jadid

yaitu sesuatu yang baru lawan dari al-qadim (lama) artinya menunjukkan kepada

waktu yang dekat atau singkat. Sedangkan pengertian hadis secara terminologi diungkapkan oleh beberapa ahli hadis, pengertian hadis yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum

syara’.38

Adapun para fuqaha memberikan definisi hadis adalah segala sesuatu yang ditetapkan Nabi Muhammad saw. yang tidak bersangkut paut dengan

masalah - masalah fardhu atau wajib.39

Jadi, dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber

ajaran Islam yang wajib diyakini kebenarannya dan menjadi pedoman utama bagi

umat Islam dalam kehidupan sehari-hari agar sesuai dengan syari’at Islam.

35

Manna Khalil al-Qathan, Mabahis Fi Ulumil Qur‟an, terj. Mudzakir As, Studi Ilmu – ilmu Qur’an, h. 15-16.

36

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an

dan Tafsir. h. 2.

37

Manna Khalil al-Qathan, Mabahis Fi Ulumil Qur‟an, terj. Mudzakir As, Studi Ilmu – ilmu Qur’an, h. 15-16.

38

Munzir Suparto, Ilmu Hadis (Cet III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1-3.

39

Mata Pelajaran Qur’an dan Hadis di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yang merupakan peningkatan dari

al-Qur’an Hadis yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta

memperkaya kajian al-Qur’an dan al-Hadis terutama menyangkut dasar-dasar

keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema tentang mausia dan tanggungjawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam perspektif al-Qur’an dan al-Hadis sebagai

persiapan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata pelajaran

al-Qur’an dan Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan

sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. 40

Mata pelajaran Qur’an Hadis adalah suatu bagian dari mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang memberikan pengajaran al-Qur’an dan

Hadis di Madrasah, mulai Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah.

40

https://isnaizakiya29.wordpress.com/2015/10/29/tujuan-pembelajaran-quran-hadits-di-madrasah/ (Diakses pada 18 Maret 2017).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan dan mempermudah pelaksanaan penelitian maka digunakan suatu metode dan pendekatan yang tepat. Adapun metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, yakni penelitian atau

riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis yang bersifat

naratif.

Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti terjun

langsung ke lapangan untuk menggali data-data dan mengetahui secara jelas. Penelitian ini memberikan gambaran tentang kompetensi guru mata

pelajaran Qur’an Hadis pada satuan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Kota

Makassar.

Lokasi pada penelitian ini yaitu Madrasah Aliyah Negeri di Kota Makassar. Jumlah Madrasah Aliyah Negeri yang ada di wilayah Kota Makassar

Dokumen terkait