• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPLIKASI ® Eviserasi Luka

Dalam dokumen peritonitis (Halaman 41-58)

9.Schwartz, Shires, Spencer, Principles of Surgery, sixth edition,1989

G. KOMPLIKASI ® Eviserasi Luka

® Pembentukan abses H. PENATALAKSANAAN

Penggantian cairan, koloid dan elektroli adalah focus utama. Analegesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan. Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon

peradangan.

Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa-tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua l uka tusuk di dada bawah dan abdomen harus die ksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoniummaka tindakan laparotomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, ter daat darah dalam lambung, buli-buli dan re ctum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi

melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien yang mencakup tiga fase yaitu : 1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring kemeja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan kliniik atau dirumah, menjalani wawancaran praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan

pasien praoperatif ditempat ruang operasi.

2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai dketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi:

memasang infuse (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas keperawatan terbatas hanyapada menggemgam tangan pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat scub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.

3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan kliniik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, focus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses keperawatan

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan. I. DIAGNOSA YANG MUNCUL

1. Infeksi risiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif  3. Nyeri akut berhuungan dengan agen cidera kimia pasca operasi

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mencerna makanan.

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh 7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi

8. Hipertermi berhubungan dengan medikasi atau anastesia.

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 3 Desember 2007 Jam : 07.30 WIB

Oleh : Kelompok 3A Sumber dari : Pasien Metode : Obervasi B. IDENTITAS PASIEN

a. Identitas Pasien Nama : Ny. "T" Umur : 35 tahun Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kota Gede Yogyakarta b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. Robert

Umur : 40 tahun Agama : Islam Pekerjaan : PNS

Alamat : Kota Gede Yogyakarta Hub. Dengan pasien : Suami pasien No Registrasi : 11.02.1289

Tgl. Masuk RS : 3 Desember 2007, 07.30 WIB melalui poli penyakit dalam KELUHAN UTAMA

Pasien peritonitis mengalami nyeri kesakita dibagian perut bagian kanan RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA POLA KESEHATAN SEHARI-HARI AKTIVITAS ISTIRAHAT

Penderita peritonitis mebgalamiletih, kurang tidur, nyeri perut dengan aktivitas. ELIMINASI

Pasien mengalami penurunan berkemih MAKAN CAIRAN

Kehilangan nafsu makan,mual/muntah HYGIENE

Kelemahan selama aktivitas perawatan diri NYERI/KENYAMANAN

Kulit lecet, kehilangan kekuatan, perubahan dalam fungsi mental INTERAKSI SOSIAL

Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa dilakukan. PEMERIKSAAN LAB

Laboratorim : CT-Scan dan USG

TERAPI PADA TANGGAL 3 DESEMBER 2007 1. Terapi antibiotic

2. terapi nutrisi dan metabolic

BAB III

ANALISA DATA

Nama : Ny "T" No Reg. : 11.02.1289

Umur : 35 tahun Ruang : Poli Penyakit Dalam DATA FOKUS :

1. Pendrita peritonitis mengalamiletih, kurang tidur, nyeri perut dengan aktivitas 2. Pasien mengalami penurunan berkemih

3. Kehilangan nafsu makan, mual/muntah 4. Kelemahan selama aktivitas perawatan diri 5. Nyeri abdomen kanan atas

6. Kulitlecet, kehilangan kekuatan, perubahan dalam fungsi mental 7. Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa dilakukan.

DO : - Terdapat luka biopsy - KU cukup

- Ulserasi berbentuk nodul dengan tepi berwarna kemerahan - Suhu : 37,5oC

DO : - Ku Cukup

- Membrane mukosa kering - Kulit kering

- Nyeri abdomen kanan ats DO : - KU cukup

- Pasien tampak kesakitan - Dehidrasi

- Penurunan berkemih

DO : - Nafsu makan menurun - Mulut terasa pahir

- Mual / muntah DO : - Gelisah - Pucat

- Tekanan darah meningkat - Sering pusing

- Gangguan tidur DO : - KU cukup

- Pasien sering salah konsepsi - Periaku tidak sesuai/berlebihan DO : - Kelemahan selama aktivitas diri - Takikardi DO : - Takikardi - Suhu >37,5oC DO : - Kulit lecet - Kulit kering Trauma jaringan

Agen cidera kimia pasca operasi Kehilangan volume cairan aktif 

Tidak mampu dalam mencerna makanan Perubahan status kesehatan

Salah interpretasi infomasi

Kelemahan menyeluruh Medikasi/anestesi Medikasi

Infeksi resiko tinggi Nyeri akut

Kekurangan volume cairan

Ketidak seimbangan nutrisi Ansietas

Kurang pengetahuan

Intoleransi aktifitas Hipertermi

Risiko kerusakan integritas kulit PRIORITAS MASALAH

Nyeri akut berhubungan dnegan agen cidera kimia pasca operasi hipertermi berhubungan dengan medikasi/anastesi

infeksi risiko tinggi berhbungan dengan trauma jaringan

risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi

ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mencerna makanan

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif  Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. INTERVENSI/TINDAKAN KEPERAWATAN No/ DX Diagnosa Rencana Rasional Tujuan Tindakan

Nyeri akut b/d agen cidera kimia pasca operasi

Nyeri berkurang TTV normal - Mampu beraktivitas

- Dapat melakukan relaksasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama. Diharapkan panas menurun dengan criteria :

Suhu badan normal

- Tidak mengalami komplikasi yang be rhubungan

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama jam diharapkan tidak terjadi komplikasi dengan kriteria

- KU membaik - TTV normal

- Pasien tampak rileks - Sensasi menjadi normal

- Pertahanan mobilsasi dengan yang sakit - Tinggikan dan dukung extremitas atas - Evaluasi keluhan nyeri

- Pantau suhu pasien - Berikan kompres hangat

- Kaji tanda vital dengan sering dan catat warna kulit, suhu dan kelembaban, catat resiko individu - Observasi drainase pada luka

- Menghilangkan nyeri - Menurunkan nyeri

- Mempengaruhi pilihan pengawasan keefektifan intervensi. - Memantau perubahan suhu tubuh pasien

- Membantu mengurangi demam - Mempengaruhi pilihan intervensi

Risiko kerusakan integritas kulit b/d medikasi

Kekurangna volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif 

- Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selamam. Jam diharapkan luka sembuh dengan criteria

- Tingkat penyembuhan luka cepat - Mencegah kerusakan kulit

- Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama. Jam diharapkan pasien mampu mencerna makanan dengan criteria :

- Pasien dapat mencerna makanan dengan baik Pasien tidak mual/muntah

-- Observasi warna dan karakteri drainase - Observasi kulit

- Sedikit laporan peningkatan/tidak hilangnya nyeri - Tambahkan diet sesuai toleransi

- Berikan hiperaliemntasi

- Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada/hiperaktif  - Ukur lingkar abdomen

- Timbang berat badan dnegan teratur - Tambahkan diet seduai dengan toleransi - Pantau TTV

- Pertahankan masukan dan haluan yang akurat - Observasi kulit/ membrane turgor kulit

- Ubah posisi pasien sesering mungkin - Drainase normal

- Mengindikasikan adanya obstruktif 

- Tanda dugaanadanya abses/pembentukan fistula yang me merlukan intervensi medik - Muntah diduga terjadi obstruksi usus

- Meningkatkan penggunaan nutrein dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang tak mampu mengasimilasi nutrein dengan normal

- Inflamasi dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbs air - Memberikan bukti kuantitas perubahan disters gaster

- Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada deficit nutrisi

- Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster. - Membantu dalam evaluasi derajat deficit cairan / keefektifan penggantian terapi cairan danrespon terhadap pengobatan

- Menunjukkan status hidrasi keseluruhan

- Hopovolemia, perpindahan cairan&kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema  jaringan

- Jaringan edema & adanya gangguab sirkulasi cenderung merusak kulit Intoleransi aktivitas b/d kelemahan secara menyeluruh

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan se lama..jam diharapkan mencapai peningkatan toleransi aktivitas dengan criteria :

- Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri - Periksa TTV

- Evaluasi peningkatan toleran aktifitas

Berikan bantuan dalam aktivitas perwatan diri sesuai indikasi - Membantu dalam evaluasi derajat toleransi

Dalam dokumen peritonitis (Halaman 41-58)

Dokumen terkait