KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.3 Landasan Teori
2.3.2 Teori Metafora Konseptual
2.3.2.2 Komponen Metafora Konseptual
linguistik kognitif (Dirven dan Paprotte, 1985; Gibbs. 1994; Johnson, 1987; K vecses, 1986/1988; Lakoff, 1987/1993; Lakoff dan Johnson, 1980; Lakoff dan Turner, 1989) sepakat bahwa dalam kehidupan sehari-hari metafora berpengaruh terhadap penggunaan bahasa secara konvensional. Proses yang sama dapat memotivasi penggunaan bahasa secara abstrak untuk bernalar.
Relasi ontologis antara RSa dan RSu juga relevan dalam penerjemahan, khususnya konsep keterjemahan metafora. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keterjemahan tidak lagi berkaitan dengan ungkapan metaforis yang terdapat dalam teks sumber (TSu), tetapi berkaitan erat dengan sistem konseptual dalam budaya sumber dan budaya target. Dengan kata lain, pendekatan kognitif terhadap metafora memiliki implikasi terhadap teori dan praktik penerjemahan.
2.3.2.2 Komponen Metafora Konseptual
K vecses (2006:116-126) menyatakan bahwa metafora konseptual merefleksikan apa yang dipersepsikan, dialami, dipikirkan orang tentang realitas dunia. Semua yang dialami, dipersepsikan, dan dipikirkan merasuk dalam memori semantik yang dapat digunakan kapan saja. Supaya dapat menggunakannya, seseorang kemudian mengaktifkan memori itu untuk direalisasikan dalam bentuk verbal yang digunakan dalam komunikasi. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan metaforis lebih dipilih dibandingkan dengan ungkapan yang bukan metaforis karena ungkapan metaforis mengandung muatan yang diutamakan, difokuskan, dan emosi yang ada dalam ungkapan metaforis sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna ungkapan.
Metafora memiliki dua komponen, yakni ranah sumber dan ranah target. Berdasarkan penjelasan Lakoff dan Johnson (1980, 2003), yang diperkuat oleh K vecses (2006), ranah target biasanya lebih abstrak, sedangkan ranah sumber lebih konkret. Agar maksud yang terkandung dalam metafora dapat dipahami, kesamaan karakteristik yang dimiliki oleh ranah sumber dan target harus ditemukan. Dengan membandingkan karakteristik antara ranah sumber dan target akan ditemukan dasar suatu metafora yang digunakan.
Pemilihan suatu sumber tertentu untuk suatu target dilakukan karena didasarkan pada pengalaman yang dirasakan tubuh ketika mengalami kondisi yang dirasakan. Misalnya, dicontohkan oleh K vecses (2006:117) + AFFECTION IS WARMTH+ didasarkan pada pengalaman ketika mendapatkan
kasih sayang dari orang lain, seseorang merasakan kehangatan, sehingga muncullah metafora tersebut.
Seperti penjelasan di atas, yang memaparkan bahwa metafora konseptual mengindikasikan suatu proses yang terdapat dalam batin untuk menjelaskan suatu entitas yang didasarkan pada perasaan, pengalaman, dan pikiran tentang realitas yang benar-benar ada atau yang dibayangkan ada, dengan menggunakan entitas lain yang lebih konkret atau dapat divisualisasikan atau dirasakan oleh tubuh.
K vecses (2006) mengungkapkan bahwa terdapat komponen-komponen dalam metafora yang dijelaskan sebagai berikut: (1) Ranah sumber, ranah target, dan dasar metafora merupakan komponen dasar dalam metafora konseptual. Ranah sumber yang memiliki ciri lebih konkret merupakan dasar untuk menjelaskan ranah target yang bersifat lebih abstrak. Misalnya, dalam
metafora + LIFE IS A JOURNEY+ dapat dipahami bagaimana kehidupan (LIFE) yang bersifat abstrak digambarkan, sehingga lebih mudah dipahami karena dibandingkan dengan perjalanan (JOURNEY). Orang akan dapat mengerti apa yang dimaksud dengan kehidupan (LIFE) yang menjadi ranah target berdasarkan kesamaan ciri yang dimiliki oleh perjalanan (JOURNEY) sebagai ranah sumber. Kesamaan ciri atau karakteristik yang ada dalam kedua komponen tersebut menjadi dasar metafora, misalnya kalau dalam perjalanan pasti ada tujuan, rintangan, jarak yang ditempuh, dan dalam kehidupan ada kesulitan hidup, kemajuan hidup, tujuan hidup, dan sebagainya; (2) Pengalaman yang dirasakan tubuh dapat memotivasi hubungan antara ranah sumber dan ranah target. Untuk menjelaskan hal ini K vecses memberi contoh +AFFECTION IS WARMTH+ +KASIH SAYANG ITUKEHANGATAN+ sehingga dapat ditujukkan hubungan kasih
sayang dengan kehangatan. Apa yang dirasakan oleh tubuh ketika mendapatkan pelukan sebagai bentuk rasa saying, misalnya tubuh merasa hangat, nyaman, dan tenang. Apa yang dirasakan tersebut merasuk ke dalam memori, kemudian pikiran mencari kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana affection tersebut; (3) Kesamaan tidak selalu menjadi dasar untuk menunjukkan hubungan antara ranah target dan ranah sumber. Banyak contoh yang menjadikan kesamaan sebagai dasar dalam metafora, tetapi tidak semua metafora dimotivasi oleh kesamaan, namun ada dasar lain yang dapat dijadikan acuan dalam menunjukkan hubungan antara ranah target dan ranah sumber; (4) Metafora juga dikaitkan dengan neuron dalam otak, karena neuronlah yang menggerakkan tubuh, kemudian pengalaman itu merasuk dalam neuron di otak sehingga, ketika, misalnya, daerah otak yang
berkaitan dengan kasih sayang diaktifkan, maka bagian neuron yang berhubungan dengan kehangatan juga diaktifkan; (5) Kaitan antara ranah sumber dan target merupakan hubungan yang berlaku antara ranah sumber yang dapat diberlakukan pada beberapa target, dan suatu ranah target mungkin dapat diberlakukan pada beberapa ranah sumber. Hubungan yang berlaku antara ranah sumber yang dapat diberlakukan pada beberapa target disebut ruang lingkup sumber. Misalnya, ranah sumber bangunan, selain sesuai diterapkan untuk teori, sesuai juga untuk hubungan, sistem ekonomi, kehidupan, dan sebagainya. Jajaran target mengacu pada perbedaan ranah sumber yang ada dalam suatu target. Misalnya, cinta dikonseptualisasikan dalam bahasa Inggris dengan cara yang berbeda-beda, seperti perjalanan, perang, api, permainan, dan sebagainya; (6) Konseptualisasi kejutan dimanifestasikan dalam ungkapan yang terbatas; (7) Ungkapan linguistik metaforis, dalam hubungan tertentu antara ranah sumber dan target, menimbulkan ungkapan linguistik metaforis yang diperoleh dari dua ranah konseptual yang dihubungkan. Misalnya, a warm relationship merupakan contoh +AFFECTION IS WARMTH+ sedangkan get around a problem menjadi + DIFFICULTIES ARE OBSTACLES+; (8) Pemetaan dasar yang ditandai oleh korespondensi konseptual
yang mendasar dan esensial yang disebut pemetaan antara ranah sumber dan ranah target. Pemetaan harus disusun sehingga dapat menunjukkan ungkapan linguistik metaforis tertentu; (9) Entailment yang potensial merupakan pemetaan tambahan. Ranah sumber sering memetakan gagasan melebihi gagasan yang ada dalam target. Pemetaan tambahan disebut entailment atau inferensi. Aspek konsep yang terlibat dalam metafora hanya aspek tertentu yang berada, baik pada ranah
sumber maupun pada ranah target, dan tidak semua aspek digunakan, hanya aspek yang utama saja yang digunakan; (10) Penyatuan ranah sumber dan ranah target dapat mengakibatkan percampuran yang disebut blends, yaitu materi konseptual yang baru sebagai akibat dari pencampuran ranah sumber dan ranah target; (11) Realisasi non-linguistik yang menyebabkan metafora konseptual kadang-kadang diwujudkan dalam bentuk nonverbal, misalnya +IMPORTANT IS CENTRAL+,
yang direalisasikan dengan posisi yang berbeda dengan orang yang tidak memiliki posisi sosial yang tinggi; (12) Cakupan metafora konseptual sering menimbulkan model kultural atau frame yang ada dalam pikiran. Misalnya, konsep tentang waktu, karena waktu dikonseptualisasikan sebagai entitas yang bergerak, maka diciptakan metafora +TIME IS A MOVING PATH+, yang menimbulkan ungkapan
metaforis waktu berjalan dengan cepat, waktu sudah tiba, waktu berlari sangat cepat.