LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembelajaran
2.3 Komponen Pembelajaran
Ciri utama adanya kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media pembelajaran atau sumber-sumber belajar yang lain. Komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut.
2.3.1 Strategi pembelajaran
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran (Suliani, 2011: 5). Dick dan Carey (Suliani, 2011:4) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah seperangkat alat yang harus dipersiapkan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.3.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka didalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film, pita kaset, dan program media komputer, dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang) Joyce dan Weil (Ruhimat, 2011:198).
Variabel dalam model pembelajaran pada kurikulum 2013 diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut.
1. Discovery Learning (Model Pembelajaran Penemuan)
Metode discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
15
Bruner (Komalasari, 2013:21) yang mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Dalam mengaplikasikannya metode discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorientasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa).
2. Problem based learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan maslah dunia nyata (real world). Bern dan Erickson (Komalasari, 2013:59) menegaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
3. Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
Pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. Bern dan Erickson (Komalasari, 2013: 70). Dengan metode proyek ini siswa akan memiliki hasil kerja dirinya yang diperoleh dari belajar, karya ini berupa produk akhir dari aktivitas belajar.
2.3.3 Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sebagai alat bantu mengajar dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. AECD (Suliani, 2011:4) mengartikan media segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Brown (Suliani, 2011:4) menyatakan bahwa media yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dapat memengaruhi efektivitas program instruksional. Media pembelajaran merupakan segala bentuk alat yang
17
disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar.
Suliani (2011:10) mengatakan bahwa ada beberapa fungsi media, sebagai berikut.
1. Mengubah titik berat pendidikan formal, dari pendidikan yang menekankan pada pengajaran akademis, menekankan semata-mata pelajaran yang sebagian besar kurang berguna bagi kebutuhan anak yang beralih kepada pendidikan yang mementingkan kebutuhan dan kehidupan anak.
2. Membangkitkan motivasi belajar bagi siswa. Maksudnya adalah dengan menampilkan media pada pembelajaran, maka siswa akan termotivasi untuk belajar secara lebih aktif.
3. Memberikan kejelasan untuk mendapatkan pengalaman yang lengkap, yaitu dengan melalui lambang kata, wakil dari benda yang sebenarnya dan dengan melalui benda sebenarnya.
4. Memberikan rangsangan untuk keingintahuan yang merupakan pangkal daripada ilmu pengetahuan yang hendak dieksploitasi dalam proses belajar mengajar dengan pemakaian media pendiidkan.
2.3.4 Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah Scientific Approach. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik
atau ilmiah. Berikut adalah aktivitas siswa yang terjadi dalam pembelajaran pendekatan ilmiah:
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu dia mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang diteliti atau bahkan melakukan eksperimen. Dalam Permendikbud Nomor 81a
19
Tahun 2013 aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. 4. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar
Kegiatan pembelajaran ini dengan memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan menalar adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
5. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut