• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.7 Rasio CAMELS Perbankan .1 Pengertian Rasio Camels

2.1.7.2 Komponen Rasio Camels

Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia N0.06/23/DPMP/2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor- faktor CAMELS, berarti selain melakukan peniliaian secara kualitatif, Bank Indonesia juga menerapkan rasio- rasio yang berkaitan dengan faktor- faktor CAMELS, yang dinilai melalui rasio CAMELS ini adalah sebagai berikut :

1. Permodalan (capital)

Aspek permodalan sering disebut juga sebagai aspek solvabilitas , dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Jumlah modal yang ada dalam sebuah bank menunjukkan

tingkat kemampuan sebuah bank dalam menutup resiko kerugian dan tingkat kemampuan bank dalam meningkatkan pertumbuhan bank (Sudirman, 2013: 110). Bank Indonesia mnetapkan Capital

Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum

yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Perbandingan rasio CAR adalah rasio terhadap modal terhadap ATMR (Kasmir,2008) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

CAR =

x 100%

Keterangan :

Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap ATMR = ATMR kredit + ATMR resiko pasar

Aktiva Tertimbang Menurut Resiok (ATMR) adalah nilai total masing- masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing- masing bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak beresiko diberi bobot 100%. Dengan demikian, ATMR menunjukkan nilai aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.14/37/DPNP/2012 Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Resiko untuk bank dengan profil resiko

peringkat satu, 9% sampai kurang dari 10% dari ATMR untuk bank dengan profil resiko peringkat dua, 10% sampai kurang 11% dari ATMR untuk bank dengan profil resiko peringkat 3, 11% sampai dengan 14% untuk bank dengan profil peringkat empat dan lima. 2. Kualitas Aktiva Produktif ( Asset Quality )

Penilaian asset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif (Kasmir, 2005:49). Menurut Peraturan Bank Indonesia No 14/15/PBI/2012 aset produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repurchase

agreement), tangguhan derivative, penyertaan, transaksi rekening

administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset dilakukan melalui penilaian terhadap komponen berikut :

a. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) disbanding dengan Total Aktiva Produktif (AP),

b. Debitur ini kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit,

c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/ non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif,

d. Tingkat keukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)]

e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif, sstem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif,

f. Dokumentasi aktiva produktif,

g. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Indikator kualitas aktiva yang dipakai dalam penelitian ini diproksikan dengan RORA (Return Of Risk Asset ) yang merupakan rasio antara pendapatan operasi (bunga) dengan risk asset . Risk

asset merupakan penjumlahan kredit yang diberikan ditambah

dengan penanaman dalam surat berharga . RORa diformulasikan sebagai berikut :

RORA =

3. Manajemen (Management)

Manajemen untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama uyang terkait dengan manajemen umum dan manajemen resiko penilaian kualitatif terhadap manajemen mencakup beberapa komponen yaitu manajemen resiko dan manajemen umum. Manajemen umum meliputi strategi/ sasaran perusahaan, struktur organisasi, sistem operasional, sumber daya manusia, kepemimpinan dan budaya kerja.

Sedangkan manajemen resiko meliputi resiko likuiditas, resiko pasar, resiko operasional dan resikohukum.

Dalam penelitian ini aspek manajemen yang dianalisis adalah analisis kualitatif terhadap manajemen resiko. Manajemen resiko merupakan inti dari pengukuran masyarakat apakah sebuah bank telah dikelola berdasarkan asas- asas perbankan yang sehat atau dikelola secara tidak sehat. Indikator yang digunakan untuk mengukur manajemen resiko secara kuantitatif dapat terlihat dari besarnya Profit Marfgin Net Profi Margin adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank seberapa efektif dan efisien bank tersebut memanfaatkan potensi yang ada dilihat dari besarnya laba operasi. Semakin tinggi profit margin makan semakin besar tingkat laba yang diperoleh bank dari pendapatan yang diterima dalam kegiatasn operasionalnya. NPM diperoleh dengan perbandingan laba operasi dibandingkat pendapatan operasional.

Net Profit Margin =

4. Earning (Rentabilitas)

Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal bank dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian tingkat rentabilitas dapat digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan. Laba yang besar yang dihasilkan perusahaan belum merupakan ukuran perusahaan telah bekerja dengan efisien. Pandia (2012:64) menyimpulkan bahwa “rentabilitas (earning) adalah suatu alat untuk

mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu. Pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui peniliaain terhadap komponen- komponen berikut :

a. Return On total Assets (ROA)

Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata- rata volume usaha (ROA) dalam periode yang sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Rasio ini igunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan :

Return On Assets =

b. Return On Equity

Return On Equity merupakan indikator yang amat

penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan pembayaran dividen (terutama bagi bank yang telah go public ).

Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih pajak dengan modal sendiri (equity). Rasio ini driumuskan sebagai berikut :

Return On Equity = x 100%

c. Net Interest Margin (NIM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajamen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

NIM=

d. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan perasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentu kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

BOPO =

5. Likuiditas (Liquitdity )

Peniliaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan bank untuk menyeimbangkan antara likuiditasnya dengan rentabilitasnya (Harahap, 1998:320). Bank dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar lebih besar dibandingkan kewajiban seluruhnya. Penilaian tehadap faktof didasarkan pada :

a. Cash Ratio

Rasio ini mengukur perbandingan alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang terhimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah.

Cash Ratio =

b. Loan to Deposi Ratio (LDR)

Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Loan to Deposit Ratio =

c. Net Call Money to current asset Ratio (NCMR)

Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank, yang dirumuskan sebagai berikut :

Net Call Money Ratio =

x 100%

6. Sensitivitas terhadap Resiko Pasar ( Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas terhadap resiko pasar merupakan penilaian terhadap kemampuan modal baik untuk mengcover akibat yang ditimbulkan oleh perubahan resiko pasar dan kecukupan manajemen resiko pasar. Berdasarkan SE Bank Indonesia No.6/23/DPNP/2004 penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penelitian terhadap komponen- komponen sebagai berikut :

a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga, b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover

fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar,

c. Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar dengan indikator.

Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel sensitivity

to market risk dikarenakan keterbatasan data yang ada. Data- data

yang berhubungan dengan sensitivitas resiko pasar tersebut tiudak dipublikasikan oleh bank cenderung bersifat internal perusahaan.

Dokumen terkait