• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Sosial dan Budaya

2.2. Evaluasi Dampak Potensial

Komponen lingkungan yang menjadi parameter sosial dan budaya dalam analisis ini meliputi :

a. Keadaan dan bentuk struktur masyarakat, kualitas hidup dan hubungan di antara hal tersebut. Struktur masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah kependudukan, pertumbuhan dan mobilitas penduduk.

b. Hubungan timbal balik antara sosial, budaya, lingkungan dan ekonomi. Hal ini berkaitan langsung dan tidak langsung dengan budaya, proses sosial, pranata sosial, kelembagaan, hirarki masyarakat, ekonomi rumah tangga, ekonomi sumberdaya alam dan perekonomian lokal.

c. Perilaku, persepsi, cita-cita dan norma masyarakat.

Evaluasi dampak potensial bertujuan memilah dan menetapkan komponen sosial yang akan ditelaah. Penetapan dampak potensial dapat menggunakan deskripsi perubahan mengacu pada :

a. Rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar pada struktur penduduk dan proses penduduk. Struktur penduduk yang dimaksud meliputi kepadatan dan komposisi penduduk, sedangkan proses penduduk adalah pertumbuhan dan mobilitas penduduk berupa perpindahan penduduk datang atau

pergi.

b. Rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap pola kepemilikan penduduk terhadap sumberdaya alam, pola mata pencaharian penduduk atau pendapatan dan pengeluaran keluarga.

c. Rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap tatanan norma dan nilai masyarakat setempat, pranata sosial yang berkaitan dengan kekerabatan (kohesi sosial), kegiatan ekonomi dan kepemilikan sumberdaya alam.

d. Rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap potensi dan perubahan struktur ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta kesiapan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan kesetaraan gender yang akan terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam dan keberlanjutan program.

Dampak penting aspek sosial dari suatu rencana konstruksi atau kegiatan pada umumnya tidak menyebar secara merata di seluruh kelompok dan lapisan masyarakat, dengan demikian alam menetapkan atau memilih metode pengumpulan data dan analisis data yang relevan, baik yang bersifat kuantitatif atau kualitatif perlu mempertimbangkan :

a. Perubahan mendasar atau dampak penting sosial yang dialami oleh kelompok atau lapisan masyarakat yang akan ditelaah;

b. Satuan analisis (rumah tangga, desa, kabupaten, propinsi) yang akan diukur;

c. Ukuran-ukuran yang bersifat penting menurut pandangan

masyarakat di sekitar rencana usaha atau kegiatan; d. Ketersediaan tenaga, waktu dan dana.

Beberapa metode pengumpulan data yang dapat dipergunakan antara lain :

a. Observasi/pengamatan lapangan.

b. Pengumpulan data sekunder. Melalui teknik ini, data dan informasi yang berupa hasil-hasil penelitian, bahan-bahan pustaka dan bahan-bahan lain yang relevan dikumpulkan dari berbagai instansi terkait.

c. Wawancara dan kuesioner. Pengumpulan data pada sejumlah responden terpilih melalui wawancara dengan kuesioner yang terstruktur.

d. Wawancara mendalam . Wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat atau orang yang dianggap mengetahui tentang kondisi masyarakat setempat dengan menggunakan pedoman pertanyaan.

e. Diskusi kelompok terarah . Metoda pengumpulan data yang disebutkan di atas sebaiknya digunakan secara simultan dengan maksud agar diperoleh keabsahan dan ketelitian yang tinggi.

Sampel (responden) yang dipilih harus dapat mewakili populasi suatu kelompok dan lapisan masyarakat tertentu yang terkena dampak. Beberapa teknik pengambilan sample yang dapat dipergunakan antara lain :

a. Teknik pengambilan sampel secara proporsional. b. Teknik pengambilan sampel secara purposif.

(emic)

(indepth interview)

(focussed group discussion)

BUKU 2E PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

c. Teknik pengambilan sampel secara acak .

Teknik pengambilan sampel yang dipilih harus mempertimbangkan karakteristik dampak penting yang akan timbul dan kondisi sosial masyarakat. Jumlah sampel ditetapkan berdasarkan kriteria berikut ini.

a. Derajat keseragaman (homogenitas) dari populasi. Makin seragam populasi yang diteliti main kecil jumlah sampel yang akan diambil. b. Presisi ketepatan dan akurasi yang dikehendaki. Makin tinggi

tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil.

c. Kedalaman analisis yang ingin diperoleh, semakin dalam analisis yang diinginkan semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

a. Tahap Prakonstruksi

Saat tahap prakonstruksi, dampak yang akan terjadi terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. Dampak tersebut terjadi karena kegiatan survai lapangan, pengadaan dan pembebasan lahan untuk beberapa bangunan sumber daya air serta daerah penyangganya. Melalui kegiatan survai lapangan dan rencana kegiatan pengadaan dan pembebasan lahan diperkirakan akan timbul beberapa dampak mendasar yaitu :

- Keberatan penduduk pemilik lahan untuk menyediakan pembebasan lahan untuk bangunan yang mungkin diperlukan. - Jika penduduk tidak keberatan dengan kegiatan pembebasan

lahan, maka dampak yang diprakirakan akan terjadi yaitu dalam

(random)

menentukan besarnya nilai ganti rugi.

- Apabila tidak terjadi kesepakatan yang baik antara konstruksi dan penduduk pemilik/penggarap lahan yang diperlukan proyek maka akan menimbulkan ketidakpuasan penduduk yang pada gilirannya akan menimbulkan persepsi yang kurang baik dan masyarakat terhadap proyek.

b. Tahap Konstruksi

Saat tahap konstruksi, dampak akan terjadi karena kegiatan-kegiatan konstruksi yang diperkirakan akan dilaksanakan yaitu mobilisasi peralatan berat dan material, rekrutmen tenaga kerja, pengadaan material dan pekerjaan sipil lainnya. Dampak terhadap komponen Iingkungan yang diperkirakan akan terjadi pada tahap konstruksi, yaitu terganggunya estetika dan kenyamanan lingkungan dan terbukanya kesempatan kerja.

c. Tahap Pascakonstruksi/Operasional

BUKU 2E PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

SOSIALBUDAYA

Gambar 2.

Kegiatan pendayagunaan sumber air di daerah tersebut akan meningkatkan intensitas kegiatan masyarakat di sekitarnya. Mengacu pada semua potensi yang dimiliki, terutama dan aspek sumberdaya lahan dan ketersediaan sarana, maka daerah studi dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan daerah yang dimaksudkan adalah meningkatkan perekonomian dan potensi untuk meningkatkan peran dan partisipasi gender untuk kesiapan keberlanjutan program. Dampak ini lebih bersifat positif terhadap peningkatan kualitas daerah tersebut, serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Analisa dilakukan untuk mengetahui :

- Sejarah desa dan profil desa untuk daerah PLTMH.

- Kesiapan masyarakat untuk membentuk korelasi

lembaga-2.5. Analisis Data

Gambar 3.

lembaga sosial di desa dalam pengelolaan PLTMH. - Diagram kecenderungan untuk melihat dampak sosial.

Secara umum metode analisis data yang digunakan ada 2 macam, yaitu metode analisis kuantitatif (seperti analisis statistik) dan metode analisis kualitatif (seperti analisis isi). Evaluasi dampak sosial budaya merupakan kajian yang menyeluruh terhadap kondisi lingkungan masyarakat.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode analisis dampak terhadap sosial budaya adalah :

a. Bersifat komprehensif dimana metode tersebut mampu menggambarkan keterkaitan antar komponen dampak penting sosial budaya sebagai akibat dari suatu rencana konstruksi PLTMH atau kegiatan.

b. Bersifat fleksibel dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai dampak penting dari rencana konstruksi atau kegiatan --yang ukuran, satuan dan skala berbeda dengan dampak yang berbeda--c. Bersifat dinamis sesuai kondisi masyarakat dan karakteristik

rencana konstruksi dan kegiatan yang ditelaah. d. Bersifat analitis dan memenuhi persyaratan ilmiah.

e. Apabila metode yang digunakan dibuat dalam skala dan atau bobot maka proses peleburan dilakukan dengan metode ilmiah. Artinya peleburan hasil penilaian lebih dari satu metode penelitian dan digunakan dengan satuan yang berbeda maka harus menggunakan proses ilmiah.

f. Metode tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi rencana konstruksi PLTMH serta untuk pengambilan keputusan.

BUKU 2E PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

3.1. Masalah Sistem PLTMH

Komponen sosial sebagai bagian dari persiapan awal dan bersifat non teknis, terkadang menjadi parameter utama yang akan menetukan kesuksesan dan kegagalan dalam pengembangan potensi PLTMH, sosial dan budaya dalam pengalaman analisis ini bisa digambarkan sebagai berikut;

Konflik sosial menjadi parameter utama yang akan menentukan keberhasilan dalam pengembangan program persiapan, pembangunan dan pengelolaan PLTMH, termasuk masalah-masalah berikut yang akan menjadi parameter penentu berdasarkan perhitungan dan pengalaman di lapangan berkaitan dengan; Pembagian listrik, Pencurian (listrik dan

Gambar 4.

peralatan pendukung), Kepemimpinan, Rasa memiliki, Konflik Sumber air, Transparansi dan Tokoh negatif.

Perlu dipersiapkan strategi pengelolaan masalah sosial dan budaya terkait dengan persiapan pembangunan program PLTMH sehingga bisa diperoleh bagan proses dan metode penentuan analisis yang tepat untuk bisa digunakan sebagai perangkat untuk melihat kondisi sosial secara menyeluruh sehingga bisa terlihat potensi masyarakat terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Untuk mengembangkan informasi pengelolaan potensi sosial dan budaya di daerah program, berdasarkan identifikasi awal yang akan diuraikan dalam bab sebelumnya untuk tahapan awal pra kontsruksi bisa diuraikan sebagai berikut :

a. Penjajagan Awal,

Bertujuan untuk melihat kondisi awal : Kebutuhan Listrik,

Kemampuan membayar, Kemampuan mengelola.

Dengan melakukan observasi atau pengamatan kondisi di lapangan tentang :

Hubungan Sosial, Kelembagaan Sosial,

Pengelompokan Masyarakat, Tokoh Masyarakat,

Potensi Konflik Sosial, Profil calon konsumen listrik, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Gambaran Umum Desa b. Studi Kelayakan

Bertujuan untuk melihat kondisi awal; Kesepakatan Desa,

Kontribusi Pembiayaan (uang dan natura), Kapasitas Pembangkitan,

Dengan melakukan mekanisme pemaparan atau rembug desa; Pemaparan PLTMH,

Kelompok Penggagas Proyek, Kesepakatan Penyediaan Lahan, Kesepakatan kontribusi material, Kesepakatan kontribusi tenaga kerja. c. Desain Rinci

Bertujuan untuk melihat kondisi awal; Kesepakatan rencana pembangunan, Kontribusi Pembiayaan (uang dan natura), Kapasitas Pembangkitan.

Dengan melakukan mekanisme pemaparan atau rembug desa; Surat / kontrak kesepakatan penggunaan lahan dan

pemanfaatan air,

Surat / kontrak kesepakatan kontribusi masyarakat ; material, tenaga kerja, konsumsi,

Pembentukan Panitia Pembangunan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■

d. Pembangunan Konstruksi

Bertujuan untuk melihat kondisi awal;

Kontribusi Pembiayaan (uang dan natura),

Kesepakatan masyarakat untuk melindungi lingkungan serta melakukan pengelolaan PLTMH secara berkelanjutan,

Kesepakatan aturan penting dan mendasar dalam pengelolaan dan pemanfaatan PLTMH,

Pembentukan lembaga pengelola PLTMH yang mewakili masyarakat dan terlatih (administrasi dan teknis).

Dengan metode analisa RRA/PRA : Penelusuran Alur-Alur Sejarah Lokasi. Pemetaan.

Penelusuran Lokasi

Bagan Kecenderungan dan Perubahan.

Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan . Pembuatan Sketsa Jaringan.

Kalender Musim.

Analisa Mata Pencaharian . e. Pengoperasian

Bertujuan untuk melihat kondisi awal :

Manajemen lembaga pengelola berjalan baik. Kualitas Listrik baik.

Konflik dapat diselesaikan.

Memiliki tabungan untuk penggantian suku cadang dan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ (Transek). (Diagram Venn) BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

overhaul

Instalasi terpelihara sesuai dengan desain teknis.

Dengan melakukan mekanisme pemaparan atau rembug desa : Pengesahan AD/ART lembaga pengelola.

Pengukuhan Organisasi Pengelola. Badan Hukum Organisasi (Koperasi). Bimbingan Manajemen.

PRA merupakan suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa (dalam hal ini wilayah desa akan akan mendapatkan dampak program pembangkitan listrik mikrohidro), Metode ini akan ditempuh dengan memobilisasi sum-ber daya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna memper-cepat peningkatan produktivitas, menstabilkan dan meningkatkan penda-patan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumber daya setempat (Daniel, 2002).

PRA merupakan teknik yang banyak digunakan oleh para lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk melihat peran serta masyarakat dalam pengembangan program, hal ini terkait dengan kesiapan masyarakat untuk menerima aktivitas pengembangan potensi pembangkitan listrik dengan mikrohidro. Bagaimana melihat dan memilah kondisi di lapangan terkait dengan persiapan pembangunan pembangkit mikrohidro, dan sebagai acuan untuk mempermudahkan tatacara penggunaan PRA, diuraikan berikut contoh kegiatan di desa Haurgeulis kecamatan

■ ■ ■ ■

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Pemetaan sejarah Desa

Tabel 1. Tabel Sejarah Desa

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Peta Desa

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Transek Desa

Tabel 2. Tabel Transek Desa Haurgeulis

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Transek Desa

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Diagram Venn Desa

Gambar 6. Diagram Venn Desa

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Sketsa Jaringan Desa

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Kalender Musim Kegiatan Desa

Tabel 4. Kalender Musim Kegiatan

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Analisis Mata Pencaharian Desa

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Kegiatan Harian Desa

Tabel 6. Tabel Diagram Kegiatan Harian Desa

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Bantarujeg kabupaten Majalengka, Jawa Barat. ■ Rekomendasi Desa

3.3. Kajian Kesetuaraan Gender dalam Pembangunan PLTMH

Berbagai studi yang berkaitan dengan gender dan teknologi juga memperlihatkan bahwa tenaga kerja perempuan dapat menyumbangkan peran yang seimbang dengan peran yang diberikan oleh tenaga kerja laki-laki, apabila mereka diberi kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan teknis maupun non teknis termasuk yang berkaitan dengan implementasi, pengelolaan dan pemanfaatan mikrohidro. Memperkuat kemampuan dan memusatkan perhatian pada kebutuhan baik perempuan maupun laki-laki yang memiliki aspirasi, kepentingan dan pengalaman yang berbeda, dapat mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender dan mendorong efektivitas dan efisiensi serta keberlangsungan program pembangunan (UNU, 2005; UNDP,1998; Mitter, 1995, Hermawati, 2005, 2007).

Kesetaraan gender adalah komponen penting dan merupakan komitmen yang lebih besar terhadap hak-hak azasi manusia dan pembangunan yang berkelanjutan yang dilakukan oleh berbagai sektor. Pemangku kepentingan sektor energi memiliki kesempatan besar untuk mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender secara internal dan di dalam masyarakat penerima manfaat dari implementasi suatu teknologi energi. Kesempatan mempromosikan kesetaraan gender ini dapat dilakukan dengan cara mengarusutamakan gender (gender mainstreaming) atau memadukan isu gender kedalam semua komponen/struktur dan proses pengorganisasian. Oleh karena itu, kesetaraan gender dapat mendukung terwujudnya kesinambungan program mikrohidro yang memberikan manfaat optimal terhadap kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi bagian dari program

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

pengentasan kemiskinan.

Di dalam pengarusutamaan gender terdapat proses penilaian dampak dari setiap tindakan yang terencana terhadap perempuan dan laki-laki yang memiliki aspirasi, kepentingan dan pengalaman yang berbeda. Analisis gender adalah kunci bagi pengarusutamaan gender yang dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang lingkungan, dampak dan man-faat implementasi suatu proyek mikrohidro terhadap perempuan dan laki-laki yang berada di daerah tersebut.

Istilah gender mengacu pada peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang terkonstruksi secara sosial, yang mempengaruhi dan menen-tukan apa yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, bagaimana mereka dinilai dan peluang-peluang serta hambatan-hambatan apa yang mereka hadapi. Termasuk dalam konsep gender adalah harapan masya-rakat mengenai ciri-ciri, sikap dan perilaku perempuan dan laki-laki. Peran dan harapan tersebut dipelajari dapat berubah dari waktu ke waktu dan bervariasi menurut budaya masing-masing masyarakat, karena peran dan hubungan gender dipengaruhi oleh serangkaian faktor dan kekuatan yang ada dalam lingkungan sosial dan budaya.

Kegiatan analisis gender lebih banyak menghimpun dan menganalisa data dan informasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif mengenai :

• Peran, kewajiban dan hak yang berbeda bagi perempuan dan laki-laki • Kebutuhan, prioritas, peluang dan hambatan yang dihadapi berbeda

bagi perempuan dan laki-laki

• Alasan mengapa terjadi perbedaan tersebut

• Strategi dan peluang apa yang dapat meningkatkan kesetaraan gender

Pedoman analisis dan kerangka kerja gender telah dikembangkan oleh berbagai institusi internasional, CIDA (1999); March, C (2000); Energia (2000) menetapkan lima komponen kunci dalam kegiatan analisis gender, yaitu:

• Tersedianya data terpilah berdasarkan jenis kelamin.

Analisis Pembagian Tugas berdasatkan gender di lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja.

• Analisis Akses dan Kontrol terhadap aset dan sumberdaya, yang mengkaji ”siapa mempunyai apa”.

• Analisis kebutuhan Strategik dan Praktis berdasarkan gender. • Analisis Konteks Sosial setempat.

Dalam pelaksanaan analisis gender, peneliti akan mengumpulkan data dan informasi tentang kegiatan, pengalaman dan pandangan perempuan dan laki-laki di suatu daerah dalam hubungannya dengan proyek mikrohidro. Analisis peka gender akan diterapkan pada data kegiatan sehari-hari kaum perempuan dan laki-laki baik disektor formal maupun non-formal (termasuk kegiatan domestik/rumah tangga). Bagaimana tingkat akses dan kontrol mereka terhadap aset dan sumberdaya yang ada, dan bagaimana kebutuhan, kepentingan dan prioritas mereka dalam hubungannya dengan proyek mikrohidro. Hasil analisis ini akan memberi-kan informasi perbedaan-perbedaan dan sebab-sebab yang mendasari ketidaksetaraan dan kewajiban dikalangan perempuan dan laki-laki, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi bagi potensi pengembangan program dan perumusan strategi keberlangsungan proyek serta

meme-▪

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

cahkan masalah ketidak-setaraan gender.

Pada akhir analisis perlu dikembangkan indikator-indikator peka gender (kualitatif dan kuantitatif) yang dipakai untuk memonitor dan mengeva-luasi hasil program dalam hal kesetaraan gender, partisipasi dan distribusi manfaat serta dampak terhadap relasi gender (Hunt,J, 2004). Hasil penelitian tim PAPPIPTEK-LIPI (2009) memperlihatkan beberapa contoh usulan indikator peka gender yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan program implementasi mikrohidro, seperti terlihat pada Tabel Contoh-contoh Indikator Peka Gender dari Program Implementasi Mikrohidro di Perdesaan berikut .

Tabel 7

Contoh-contoh Indikator Peka Gender dari Program Implementasi Mikrohidro di Perdesaan

Sumber : Hasil Survey PAPPIPTEK-LIPI (2009)

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Dari beberapa usulan indikator pada tabel di atas dapat dikembangkan menjadi indikator kuantitatif dan kualitatif. Dalam indikator kuantitatif diperlukan data dasar untuk mengukur hasil yang dicapai dibandingkan dengan target program. Contoh indikator kuantitatif :

• ”Perempuan menempati sedikitnya 50% dari komite pengelola Mikrohidro pada akhir tahun ketiga proyek”.

• ” Jumlah usaha yang dikelola oleh perempuan meningkat 25% pada tahun 2010, dari data awal implementasi tahun 2006”

Indikator kualitatif lebih banyak berhubungan dengan perubahan hubungan gender. Contoh dari indikator kualitatif :

• ”70% perempuan yang berpartisipasi dalam pengelolaan mikrohidro merasa keterampilan dan tingkat percaya diri mereka untuk berbicara di depan umum meningkat”

• ”50% perempuan melaporkan bahwa mereka mempunyai pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan rumah tangga yang berkitan dengan tabungan dan investasi pada akhir tahun kedua proyek” Energia (2000) juga mengembangkan daftar cek gender yang dapat dipergunakan untuk menilai apakah gender secara memadai telah dimasukan dalam perencnaan proyek dan tahapan penilaiannya. Daftar cek gender (Lampiran I) di belakang makalah ini dapat dipergunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi proyek energi.

Dengan demikian analisis gender dapat dilaksanakan setiap saat selama proyek berlangsung, sebagai bagian dari rancangan perencanaan dan bagian dari monitoring dan evaluasi proyek. Analisis gender juga dapat dimasukan sebagai komponen kajian dampak sosial suatu proyek. Analisis gender sebaiknya diperlakukan sebagai sebuah proses yang

berkelanjutan.

Hasil pengamatan tim peneliti PAPPIPTEK LIPI (2009) di berbagai tempat implementasi mikrohidro memperlihatkan bahwa perbedaan dan ketidak-setaraan gender yang terjadi tidak dipersoalkan oleh masyarakat, sehingga para perencana proyek mempercayakan implementasi proyek kepada pandangan masyarakat. Para perencana tidak melihat secara jeli bahwa masyarakat terdiri atas perempuan dan laki-laki, tua dan muda, dengan kebutuhan dan kepentingan berbeda. Selain itu, banyak pengalaman proyek yang menunjukkan bahwa ketika rumah tangga dianggap sebagai unit perencanaan dasar, suara kaum perempuan nyaris tidak terdengar dan kebutuhan-kebutuhan mereka kurang ter wakili. Tidak terintegrasikannya isu gender dalam perencanaan proyek ini mengakibatkan timbulnya kesenjangan gender dalam hal partisipasi, manfaat dan dampak dari proyek mikrohidro tersebut.

Proyek implementasi mikrohidro pada umumnya dibangun untuk men-jawab kebutuhan masyarakat akan listrik di lingkungan mereka. Lebih jauh, pemanfaatan hasil implementasi ini akan mendorong pembangun-an daerah dalam berbagai bidpembangun-ang seperti peningkatpembangun-an ekonomi, pengen-tasan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yang di dalamnya termasuk peningkatan pendidikan dan keterampilan, kesehat-an, infrastruktur, dan lain-lain. Beberapa isu gender yang sering dimuncul-kan dalam proyek implementasi mikrohidro di berbagai tempat antara lain:

• Keikutsertaan (partisipasi) dalam proses dan pengelolaan Proyek

3.3.2 Isu-isu Gender dalam Implementasi Proyek Mikrohidro

BUKU 2E

PEDOMANSTUDIKELAYAKAN

Mikrohidro

Pada kebanyakan masyarakat dan budaya di Indonesia, perempuan acapkali tidak diajak bicara sebagai pemangku kepentingan yang berkaitan dengan perencanaan proyek, kesepakatan pengelolaan proyek dan peluang pemanfaatannya. Akibatnya, kebutuhan, kepen-tingan, potensi dan prioritas perempuan menjadi tidak diperhitung-kan dan berpotensi meningkatdiperhitung-kan ketidakmaksimalan tujuan proyek untuk kesejahteraan masyarakat.

• Peluang pelatihan keterampilan usaha produktif

Dengan masuknya listrik dalam rumah tangga, sebenarnya peluang munculnya usaha bagi kaum perempuan semakin besar. Namun, karena rendahnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki kaum perempuan, menyebabkan peluang berusaha bagi kaum perempuan menjadi rendah.

• Sosialisasi tentang pemeliharaan dan hal lain yang berkaitan dengan listrik

Sosialisasi penggunaan dan pemeliharaan listrik di tingkat rumah tangga seringkali dilakukan di tempat umum seperti balai desa, atau ruang pertemuan warga atau bahkan di tempat umum lainnya dimana laki-laki dewasa berkumpul. Sosialisasi umumnya dihadiri oleh kaum laki-laki dan hasil sosialisasi tidak tersampaikan ke rumah, sehingga kaum perempuan tidak memiliki pengetahuan tentang pemeliharaan listrik lebih mendalam, misalnya bagaimana cara menghemat penggunaan listrik, mengganti bola lampu yang putus, dan sebagainya.

Pada banyak kasus, monitoring dan evaluasi proyek mikrohidro tidak mempertimbangkan aspek gender. Kinerja dan keterlibatan perem-puan dan laki-laki tidak secara nyata diperlihatkan dalam laporan-laporan monitoring dan evaluasi pada semua tahapan kegiatan

Dokumen terkait