2002 2003 2004 Jenis ikan Volume
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian
5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan (By catch)
Hasil tangkapan non udang atau hasil tangkap sampingan yang dimaksud disini
adalah hasil tangkap sampingan (HTS) yang dimanfaatkan selama penelitian dengan perbandingan berat 1:10 dari hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut
(discards). Jumlah total hasil tangkap sampingan sebanyak 821 ekor atau 30,6 kg,
terdiri dari 21 spesies ikan , 3 moluska dan 1 krustase. Beberapa jenis hasil tangkap sampingan yang banyak tertangkap selama penelitian yaitu rajungan (Portunus
pelagicus) dengan jumlah 176 ekor atau 20 % dari jumlah hasil tangkap sampingan
yang dimanfaatkan yang berhasil tertangkap, sotong (Sepia sp) dengan jumlah 146 ekor atau 18 %, ikan gulamah (Argyrosomus sp) dengan jumlah 130 ekor atau 16 %, ikan tigawaja (Pennahia argentata) dengan jumlah 114 ekor atau 14 %, ikan beloso
(Saurida tumbil) dengan jumlah 47 ekor atau 6 %, cumi-cumi (Loligo sp) dengan
jumlah 37 ekor atau 5 %, ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua) dengan jumlah 33 ekor atau 4 % dan sisanya ikan campuran dengan jumlah 138 ekor atau 17 % dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan. Komposisi hasil tangkap sampingan berdasarkan jumlah dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Komposisi jumlah HTS selama penelitian (ekor) 130 ekor 16% 146 ekor 18% 176 ekor 20% 114 ekor 14% 47 ekor 6% 138 ekor 17% 33 ekor 4% 37 ekor 5%
Rajungan Sotong Gulamah Tigawaja
13,8 kg 45% 10,8 kg 35% 6 kg 20%
Rajungan Sotong & Cumi-cumi Ikan
Untuk berat total hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan selama
penelitian, pada saat penimbangan di bakul dibedakan menurut jenis, yaitu jenis ikan (ukuran besar dan ukuran kecil), jenis rajungan (ukuran besar dan ukuran kecil) serta
jenis sotong dan cumi-cumi. Berat hasil tangkap sampingan terbanyak yaitu untuk jenis ikan sebanyak 13.8 kg atau 45 % dari berat total hasil tangkap sampingan. Untuk jenis rajungan sebanyak 10,8 kg atau 35 % serta jenis sotong dan cumi-cumi sebanyak 6 kg atau 20 % dari berat hasil tangkap sampingan. Komposisi hasil tangkap sampingan berdasarkan berat dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Komposisi berat HTS selama penelitian (kg)
Komposisi hasil tangkap sampingan yang disajikan merupakan komposisi hasil tangkapan yang diperoleh pada saat penelitian yaitu pada musim timur. Hasil tangkap sampingan yang tertangkap selama penelitian didominasi oleh sumberdaya ikan demersal. Sumberdaya ikan demersal yang mendiami wilayah paparan atau perairan dekat pantai memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan ikan pelagis (Mahiswara, 2004). Jenis sumberdaya ikan demersal ini tidak saja kelompok ikan, namun juga kelompok non ikan seperti moluska, krustase, colenterata, arthropoda dan echinodermata. Selain jenis ikan demersal, dalam komposisi hasil tangkap sampingan juga terdapat jenis ikan pelagis. Tertangkapnya ikan-ikan pelagis disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah perairan dangkal
tempat pengoperasian jaring arad merupakan habitat ikan-ikan pelagis kecil tersebut. Walaupun ikan-ikan tersebut tidak berasosiasi langsung dengan dasar perairan, namun secara alamiah ikan pelagis akan mencari makan ke kolom dan dasar peraairan. Ikan-ikan pelagis tersebut dapat tertangkap pada saat hauling atau jaring sedang ditarik ke permukaan (Riyanto, 2005). Berdasarkan gambar komposisi hasil tangkap sampingan (Gambar 13), didapatkan bahwa hasil tangkap sampingan di dominasi oleh rajungan. Hal ini dikarenakan dasar perairan pasir berlumpur sangat disenangi oleh rajungan dan waktu pengoperasian jaring arad pada malam hari merupakan alasan mengapa rajungan banyak tertangkap. Anonim (1973) diacu dalam Suadela (2004) menyatakan, bahwa pada umumnya rajungan dan kepiting keluar pada waktu malam hari untuk mencari makan. Binatang ini keluar dari tempat persembunyian dan bergerak menuju ke tempat yang banyak mengandung makanan.
5.1.3 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan (By catch)
Data sebaran frekuensi panjang ikan sampel pada saat di perahu meliputi lima
jenis ikan yang dominan tertangkap, yaitu rajungan (Portunus pelagicus), sotong
(Sepia sp), ikan gulamah (Argyrosomus sp), ikan tigawaja (Pennahia argentata) dan
ikan beloso (Saurida tumbil). Rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap oleh unit penangkapan jaring arad selama penelitian berjumlah 176 ekor dan memiliki ukuran panjang baku antara 29-73 mm dengan rata-rata 43 mm, sotong (Sepia sp) yang tertangkap berjumlah 146 ekor dan memiliki ukuran panjang baku 53-130 mm dengan rata-rata 70,10 mm, ikan gulamah (Argyrosomus sp) yang tertangkap berjumlah 130 ekor dan memiliki ukuran panjang baku 80-250 mm dengan rata-rata 113,33 mm, ikan tigawaja (Pennahia argentata) yang tertangkap berjumlah 114 ekor dan memiliki ukuran panjang baku 80-175 mm dengan rata-rata 102,18 mm. Ikan beloso (Saurida tumbil) yang tertangkap berjumlah 47 ekor dan memiliki ukuran panjang baku 70-127 mm dengan rata-rata 102,36 mm. Komposisi ukuran hasil tangkap sampingan dominan secara lengkap ditunjukkan pada Gambar 15.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 29-33 34-38 39-43 44-48 49-53 54-58 59-63 64-68 69-73 Panjang (m m ) Ju m lah ( eko r) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 53-61 62-70 71-79 80-88 89-97 98-106 107-115 116-124 125-133 Panjang (m m ) Ju m lah ( e k o r) Lm
Tidak layak Layak tangkap (144 ekor) tangkap
(32 ekor)
n = 176
rata-rata = 43 ± 8,57
Keterangan: Lm = length at first maturity rajungan
Gambar 15 (a) Komposisi panjang rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap selama penelitian
n = 146
rata-rata = 70,10 ± 13,45
Gambar 15 (b) Komposisi panjang sotong (Sepia sp) yang tertangkap selama penelitian
0 10 20 30 40 50 60 70 80-101 102-123 124-145 146-167 168-189 190-211 212-233 234-255 256-277 288-299 Panjang (m m ) J u m lah ( eko r) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 80-91 92-103 104-115 116-127 128-139 140-151 152-163 164-175 Panjang (m m ) Ju m lah ( e ko r) Lm
Tidak layak tangkap (129 ekor) Layak tangkap (1 ekor)
n = 130
rata-rata = 113,33 ± 27,07
Keterangan: Lm = length at first maturity gulamah
Gambar 15 (c) Komposisi panjang gulamah (Argyrosomus sp) yang tertangkap selama penelitian
Lm
Tidak Layak tangkap (22 ekor) layak
tangkap n = 114
(92 ekor) rata-rata = 102,18 ± 18,67
Keterangan: Lm = length at first maturity tigawaja
Gambar 15 (d) Komposisi panjang tigawaja (Pennahia argentata) yang tertangkap selama penelitian
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 70-78 79-87 88-96 97-105 106-114 115-123 124-132 190-Panjang (m m ) Ju m lah ( eko r) Lm n = 47
Tidak layak tangkap rata-rata = 102,36 ± 15,42 Layak
(47 ekor) tangkap (0 ekor)
Keterangan: Lm = length at first maturity beloso
Gambar 15 (e) Komposisi panjang beloso (Saurida tumbil) yang tertangkap selama penelitian
Berdasarkan komposisi ukuran hasil tangkap sampingan jaring arad dapat diketahui bahwa panjang rajungan (Portunus pelagicus) yang banyak tertangkap berada pada selang kelas 39-43 mm sebanyak 74 ekor. Untuk panjang sotong
(Sepia sp) yang banyak tertangkap pada selang kelas 62-70 mm sebanyak 47 ekor.
Ikan gulamah (Argyrosomus sp) yang banyak tertangkap pada selang kelas 102-123 mm sebanyak 60 ekor. Untuk ikan tigawaja (Pennahia argentata) yang banyak tertangkap pada selang kelas 92-103 mm sebanyak 45 ekor dan ikan beloso
(Saurida tumbil) yang banyak tertangkap pada selang kelas 97-105 mm sebanyak 18
ekor. Ikan-ikan yang tertangkap umumnya merupakan ikan-ikan muda yang masih dalam tahap juvenil atau immature, hal ini disebabkan jaring arad beroperasi di perairan dangkal yang merupakan daerah untuk mencari makan, daerah pemijahan dan daerah asuhan bagi ikan-ikan muda. Namun demikian tertangkap juga ikan dewasa yang masuk ke dalam kategori layak tangkap.
Komposisi ukuran hasil tangkap sampingan yang disajikan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan
mengetahui batasan ukuran panjang ikan tersebut matang gonad (length at first
maturity). Dalam penelitian ini, batasan ukuran yang dijadikan acuan untuk
menentukan rajungan yang telah layak tangkap yaitu 3,7 cm panjang karapas (Rousenfell, 1975 diacu dalam Suadela, 2004). Rajungan yang tertangkap selama penelitian yang masuk kategori layak tangkap yaitu sebanyak 144 ekor atau 81,82 % dari total rajungan yang tertangkap, sedangkan rajungan yang tidak layak tangkap sebanyak 32 ekor atau sekitar 18,18 % (Gambar 15 a). Penangkapan rajungan di atas 3,7 cm panjang karapas dapat memberi peluang bagi rajungan untuk dapat bereproduksi dan memijah terlebih dahulu sebelum tertangkap. Batasan ukuran (panjang total) yang dijadikan acuan untuk menentukan ikan gulamah yang layak tangkap yaitu 25 cm (Anonim, 2004 a). Ikan gulamah yang masuk kategori layak tangkap yaitu sebanyak 1 ekor atau sekitar 0,8 % dari total gulamah yang tertangkap, sedangkan ikan yang belum layak tangkap sebanyak 129 ekor atau sekitar 99,2 %
(Gambar 15 c). Batasan ukuran (panjang total) yang dijadikan acuan untuk
menentukan ikan tigawaja yang layak tangkap yaitu 11,5 cm (Anonim, 2004 b). Apabila dilihat dari komposisi ukuran ikan yang tertangkap selama penelitian, ikan tigawaja yang layak tangkap sebanyak 22 ekor atau sekitar 19,30 % dari total tigawaja yang tertangkap, sedangkan 92 ekor atau sekitar 80,70 % merupakan ikan yang masuk kategori belum layak tangkap (Gambar 15 d). Batasan ukuran (panjang total) yang dijadikan acuan untuk menentukan ikan beloso yang layak tangkap yaitu 19 cm (Anonim, 2004 c). Beloso yang tertangkap selama penelitian merupakan hasil tangkapan yang masuk ke dalam kategori tidak layak tangkap yaitu sebanyak 47 ekor atau sekitar 100 % dari total beloso yang tertangkap (Gambar 15 e). Referensi ukuran ikan layak tangkap (length at first maturity) yang dipakai berasal dari daerah di luar lokasi penelitian yaitu perairan sekitar Papua dan Philipina. Informasi tentang ukuran ikan layak tangkap yang disajikan adalah sebagai upaya pendekatan karena tingkat eksploitasi dari setiap perairan yang belum diketahui.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa hasil tangkap sampingan yang dihasilkan oleh jaring arad khususnya jenis ikan sebagian besar termasuk ikan yang belum layak tangkap. Salah satu alternatif untuk mengurangi hasil tangkap
sampingan yaitu dengan menggunakan By catch Reduction Device (BRD) yang sesuai dengan karakteristik ikan-ikan yang akan diloloskan.
5.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan (By catch)
Berdasarkan proporsi yang diperoleh dalam trip penangkapan ikan yang diamati
langsung, proporsi hasil tangkap sampingan (By catch) yang dimanfaatkan oleh nelayan Pesisir Utara Kota Cirebon rata-rata sebesar 72.17 kg per hari. Selama satu musim penangkapan yaitu musim timur dari bulan Mei-September dengan 18 trip dalam sebulan, proporsi hasil tangkap sampingan didapat sebesar 6495,30 kg. Dengan perbandingan hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut yaitu 1:10, proporsi hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut dapat diestimasi sebesar 721,71 kg per hari dan proporsi hasil tangkap sampingan yang di buang ke laut selama satu musim penangkapan yaitu sebesar 64.953,90 kg. Lebih lengkap tentang proporsi hasil tangkap sampingan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Estimasi proporsi hasil tangkap sampingan perairan Pesisir Utara
Hari Jumlah armada yang beroperasi (unit) Jumlah observasi sample Proporsi yang dimanfaatkan (kg) Estimasi yang dibuang ke laut (kg) H 1 7 49.00 490.00 H 2 6 63.79 637.90 H 3 6 99.03 990.30 H 4 7 83.15 831.50 H 5 6 60.20 602.50 H 6 10 7 77.86 778.60 Jumlah 433.03 4330.30 Rata-rata 72.17 721.71
Sumber: Hasil pengolahan data
Estimasi proporsi hasil tangkap sampingan yang dilakukan merupakan estimasi selama satu musim penangkapan agar jumlah hasil tangkap sampingan lebih mendekati seragam tanpa perbedaan yang mencolok. Hal ini dikarenakan stratifikasi parsial dan temporal ikan hasil tangkapan. Menurut Hall (1995), ikan dengan stratifikasi parsial relatif tidak melakukan ruaya seperti halnya ikan demersal
sedangkan ikan dengan stratifikasi temporal atau sementara dari hasil tangkap sampingan (musiman atau berkelanjutan) sangat dipengaruhi oleh musim. Dari kriteria ini dapat diketahui bahwa beberapa hasil tangkap sampingan dapat muncul melebihi periode yang dibatasi, umumnya karena ada migrasi atau model pergerakan dari jenis hasil tangkap sampingan yang melewati area penangkapan atau karena perubahan musim yang terjadi di lingkungan yang membuat spesies terganggu beberapa waktu. Hasil tangkap lainnya akan muncul sepanjang tahun dan melibatkan jenis yang secara berkelanjutan muncul di daerah penangkapan ikan.
5.3 Analisis Usaha Penangkapan Jaring Arad
Analisis usaha adalah suatu perhitungan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan untuk mengetahui keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan. Setiap kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Hasil analisis usaha dapat digunakan sebagai ukuran apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis usaha yang dilakukan berupa analisis pendapatan usaha untuk melihat besarnya total penerimaan dan keuntungan yang didapatkan oleh nelayan jaring arad selama satu tahun serta untuk mengetahui presentase hasil tangkap sampingan terhadap total penerimaan yang didapat.
5.3.1 Investasi
Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali dalam proses produksi
untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomi tidak menguntungkan lagi. Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan suatu usaha. Sumber modal yang digunakan dalam usaha unit penangkapan jaring arad berasal dari modal sendiri atau dari pemilik.
Total investasi rata-rata yang diperlukan untuk usaha penangkapan jaring arad adalah sebesar Rp 9.700.000,00 dengan nilai komponen investasi tertinggi untuk biaya pembelian kapal, yaitu sebesar Rp 7.000.000,00 atau 72,16 % dari total biaya investasi, sedangkan nilai komponen investasi terendah adalah untuk biaya pembelian
layar yaitu sebesar Rp 100.000,00 atau 1,03 % dari total biaya investasi. Komponen investasi yang digunakan untuk usaha unit penangkapan jaring arad di Pesisir Utara, Kota Cirebon dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di Perairan Pesisir Utara, Kota Cirebon
No Komponen investasi Nilai (Rp) Persentase (%)
1 Kapal 7.000.000,00 72,16
2 Mesin 2.000.000,00 20,62
3 Alat tangkap 600.000,00 6,19 4 Layar 100.000,00 1,03 Total biaya investasi 9.700.000,00 100,00