• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Komposisi Hasil Tangkapan

1) Berdasarkan jenis organisme

Komposisi jenis hasil tangkapan total bagan terdiri atas kembung (Rastreliger sp), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Auxis thazard), bawal (Pampus argentus), cumi-cumi (Loligo sp), teri (Stolephorus sp), layur (Trichiurus sp), dan rebon (Mysis sp). Hasil tangkapan didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil. Berat setiap jenis hasil tangkapan tersebut dijelaskan pada Gambar 16.

Hasil tangkapan secara total menghasilkan jenis ikan yang berbeda. Hal ini disebabkan karakteristik sumberdaya ikan di Palabuhanratu beraneka ragam (multispesies). Faktor lainnya adalah pengaruh musim dan teknologi proses penangkapan ikan yang menyebabkan banyak atau sedikitnya hasil tangkapan.

Gambar 16 Komposisi berat hasil tangkapan total bagan apung berdasarkan jenis

Jenis tembang merupakan hasil tangkapan terberat. Beratnya mencapai 65,8 kg atau 41% dari berat total tangkapan. Selanjutnya kembung seberat 28,2 kg (18%), diikuti oleh bawal 20,5 kg (13 %), cumi-cumi 16,5 kg (10%), tongkol 14 kg (9%), layur 8 kg (5%), teri 5 kg (3%), dan rebon 3 kg (2%).

Tembang bersifat fototaksis positif yang menyenangi cahaya terang. Habitatnya di sepanjang perairan pantai dan merupakan spesies permukaan (Gunarso 1988). Pengoperasian bagan di perairan pantai dengan menggunakan

alat bantu cahaya menyebabkan jenis tembang banyak tertangkap. Apalagi waktu penangkapan dilakukan pada bulan Agustus dan September.

Organisme dominan kedua yang tertangkap adalah kembung yang merupakan jenis ikan fototaksis positif (Pasaribu 1967). Kembung merupakan ikan pelagis yang daerah penyebarannya luas, selalu hidup bergerombol, dapat berenang dengan cepat, dan menyukai makanan berupa zooplankton (Gunarso 1988). Penggunaan cahaya pada bagan mengakibatkan terdapat banyak plankton di sekitar bagan dan otomatis mengundang kembung datang. Kedua hal inilah yang menyebabkan kembung banyak tertangkap.

Tembang dan kembung sangat mungkin tertangkap oleh bagan. Penyebabnya, musim penangkapan kedua jenis ikan ini berlangsung sepanjang tahun. Data statistik PPN Palabuhanratu (2009) menyebutkan, tembang dan kembung di daratkan sepanjang tahun.

Kembung biasanya hidup lebih mendekati pantai dan membentuk gerombolan besar. Daerah penyebarannya di perairan pantai Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Laut Jawa (Suhendra et al 1990). Dapat dipastikan bahwa Palabuhanratu terdapat sumberdaya ikan kembung yang relatif banyak. Penangkapan menggunakan bagan cukup efektif dalam menangkap ikan kembung. Hal ini dikarenakan, kembung cenderung berada di permukaan perairan pada malam hari dan mencari cahaya. Pasaribu (1967) mengatakan bahwa pada malam hari dalam keadaan gelap, kembung berada di lapisan permukaan. Bagian punggung ikan ini kelihatan berkilau-kilau. Adanya cahaya menyebabkan kembung mudah terlihat. Itulah sebabnya kenapa penangkapan kembung umumnya dilakukan pada malam hari dalam keadaan gelap.

Bawal termasuk ikan karnivora pemakan daging, hidup bergerombol dalam jumlah yang kecil dan mencari mangsa ikan kecil dan udang. Ini terlihat dari bentuk giginya yang tajam. Ikan ini tergolong predator sejati. Bawal yang tertangkap bagan kemungkinan besar sedang mencari makanan berupa ikan-ikan kecil dan udang di sekitar bagan (Dirjen Perikanan Budidaya 2011). Subani (1989) menambahkan bawal merupakan hasil tangkapan sampingan bagan apung.

Jenis tangkapan lainnya berupa cumi-cumi 16,5 kg, atau 10% dari total tangkapan. Cumi-cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena cumi-cumi

memakan udang dan ikan-ikan pelagis kecil yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes 1987). Menurut Raharjo dan Bengen (1984), komponen makanan yang paling sering ditemukan dalam lambung cumi-cumi adalah ikan-ikan kecil dan crustacea.

Habitat cumi-cumi adalah di dasar perairan. Brodziak and Hendrickson (1999), mengatakan bahwa cumi-cumi digolongkan sebagai organisme demersal karena sering berada di dasar perairan. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal. Pada siang hari cumi-cumi berkelompok di dekat dasar perairan dan menyebar di kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertangkap karena mendekat ke arah bagan akibat rangsangan cahaya dan mencari makanan berupa ikan-ikan pelagis kecil.

Tongkol yang tertangkap bagan seberat 14 kg (9%). Jenis ikan ini merupakan hasil tangkapan sampingan pada bagan apung. Tongkol merupakan jenis ikan pelagis, hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai panjang 58 cm, dan tersebar luas di perairan tropis dan sub tropis (Paristiwady 2006). Jenis tongkol adalah pemakan ikan-ikan kecil, seperti teri, larva ikan sardine, dan cumi-cumi. Tongkol hanya tertangkap bagan pada sore hari di saat langit masih terang. Menurut Gunarso (1988), tongkol tergolong kelompok jenis ikan predator diurnal. Keberadaan ikan-ikan kecil di sekitar bagan akan mengundang tongkol untuk datang.

Layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan sub tropis di dunia (Matsuda et al 1975). Ikan ini menyebar hampir di semua perairan pantai Indonesia (Dirjen Perikanan Tangkap 1979). Beberapa jenis layur, menurut Nontji (1987),banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa.

Menurut Badrudin et al (2004), layur termasuk ikan buas. Hal ini terlihat dari susunan gigi-giginya yang tajam. Makanannya adalah hewan berukuran kecil, seperti rebon, larva udang dan ikan-ikan kecil (teri, sardin, dan larva layur). Layur tertangkap karena mencari makan di sekitar bagan. Layur hidup pada perairan pantai yang dalam dengan dasar lumpur. Walau digolongkan dalam jenis ikan demersal, ikan jenis ini biasanya muncul ke pemukaan pada waktu senja untuk mencari makan (Wewengkang 2002).

Teri dan rebon adalah organisme yang paling sedikit tertangkap pada bagan apung. Padahal teri dan rebon adalah komoditas utama hasil tangkapan bagan. Teri tertangkap seberat 5 kg dan udang rebon tertangkap paling sedikit seberat 3 kg. Sedikitnya hasil tangkapan teri dan rebon disebabkan oleh keberadaan predator yang cukup banyak di area jaring bagan apung serta musim ikan yang terjadi. Selain itu, pengoperasian bagan antara Agustus-September bukan musim teri. Puncak-puncak musim teri berlangsung antara April-Mei dan Desember- Januari (Hutomo et al 1987).

Jenis teri memiliki variasi pergerakan renang yang jelas di kedalaman tertentu pada waktu siang hari. Jenis ikan ini akan muncul ke permukaan pada waktu malam. Dengan bantuan cahaya yang maksimal, teri akan muncul ke permukaan laut. Teri bersifat fototaksis positif (Gunarso 1988).

Teri tertangkap pada bagan apung karena memiliki respon yang positif terhadap cahaya. Selain itu, ikan teri memiliki tingkah laku hidup bergerombol yang memudahkan ikan tertangkap pada bagan. Pada saat musim puncak, teri merupakan hasil tangkapan utama pada bagan apung.

2) Berdasarkan waktu penangkapan

Hasil tangkapan bagan berdasarkan waktu penangkapan agak berbeda, baik dalam jenis maupun berat tangkapan. Komposisi jenis ikan pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 meliputi tembang seberat 20 kg, kembung (10,5 kg), tongkol (8,1 kg), layur (5 kg), dan teri (2 kg). Waktu penangkapan antara 22.00-01.00 meliputi tembang (23,8 kg), kembung (11 kg), dan cumi-cumi (1,5 kg). Adapun waktu penangkapan 01.00-04.00 mendapatkan tembang (22 kg), kembung (6,7 kg), bawal (20,5 kg), cumi-cumi (15 kg), tongkol (6,9 kg), layur (3 kg), teri (3 kg), dan rebon (3 kg). Komposisi berat setiap jenis tangkapan bagan berdasarkan waktu penangkapan dijelaskan pada Gambar 17.

Gambar 17 Komposisi berat hasil tangkapan total bagan apung berdasarkan

Berdasarkan Gambar 17, komposisi jenis tangkapan terbanyak pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 dengan 8 jenis ikan seberat 79,1 kg. Posisi kedua antara pukul 22.00-01.00 seberat 45,6 kg dengan 3 jenis ikan, dan yang paling sedikit adalah waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 seberat 36,3 kg dengan 5 jenis ikan. Komposisi berat total berdasarkan interval waktu dipengaruhi oleh tingkah laku waktu makan ikan. Ikan jenis tembang dan kembung tertangkap di ketiga waktu penangkapan.

Pada penangkapan pertama antara pukul 19.00-22.00 keberadaan tembang dan kembung banyak terlihat di perairan. Tembang adalah fototaksis positif atau peka terhadap cahaya, sedangkan kembung tergolong ikan pemakan plankton hewani (Gunarso 1988). Pengoperasian bagan menggunakan cahaya dengan cepat mengundang plankton untuk datang. Keberadaan tembang dan kembung dalam jumlah yang besar serta ketepatan waktu makan inilah yang menyebabkan tembang dan kembung banyak tertangkap disemua waktu penangkapan.

Tembang paling banyak tertangkap pada waktu penangkapan pukul 22.00- 01.00 seberat 23,8 kg, selanjutnya antara pukul 01.00-04.00 seberat 22 kg dan pukul 19.00-22.00 seberat 20 kg. Pada penangkapan pertama (19.00-22.00), tembang masih banyak tertangkap daripada ikan jenis lainnya, namun paling sedikit jika dibandingkan dengan waktu penangkapan kedua (22.00-01.00) dan ketiga (01.00-04.00). Hal ini sesuai dengan pendapat Tupamahu (2003) yang menjelaskan bahwa indeks kandungan isi lambung ikan tembang pada pukul

19.00 adalah 0,41 menurun ke 0,28 pada pukul 20.00 dan 0,20 pukul 21.00. Selanjutnya pukul 20.00, 21.00, 22.00, 02.00 dan 05.00 nilainya berfluktuasi antara 0,16 dan 0,22.

Kembung lebih banyak tertangkap pada penangkapan antara pukul 19.00- 22.00 dan pukul 22.00-01.00 yang mencapai berat 11 kg. Pada waktu penangkapan 01.00-04.00 berat tangkapan kembung menurun hanya seberat 6,7 kg. Menurut Laevastu dan Hayes (1981), kembung adalah ikan yang aktif pada siang hari dan banyak muncul ke permukaan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari, dimana cahaya matahari mecapai maksimum gerombolan kembung berada di dasar perairan.

Jenis ikan lain yang banyak tertangkap adalah bawal (Pampus argentus) seberat 20,5 kg. Bawal tertangkap hanya pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00, sedangkan waktu penangkapan yang lainnya bawal tidak tertangkap. Bawal merupakan ikan dominan kedua yang tertangkap setelah tembang pada waktu penangkapan pukul 01.00-04.00. Bawal, kembung, dan tembang merupakan ikan yang dominan tertangkap pada perikanan bagan dengan nilai berat total yang tinggi. Selain bawal, cumi-cumi juga tertangkap pada bagan cukup banyak.

Cumi-cumi tertangkap pada bagan seberat 16,5 kg. Cumi-cumi tidak tertangkap di awal waktu penangkapan. Cumi-cumi tertangkap pada waktu setelah malam dan menjelang pagi antara pukul 22.00-01.00 dan 01.00-04.00. Cumi-cumi tertangkap seberat 15 kg pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00, sedangkan pada waktu penangkapan antara 22.00-01.00 cumi-cumi yang tertangkap sedikit hanya 1,5 kg. Cumi-cumi mengalami peningkatan berat hasil tangkapan berdasarkan waktu penangkapan.

Tongkol tertangkap seberat 15 kg. Tongkol tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 seberat 8,1 kg dan waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 seberat 6,9 kg. Waktu penangkapan antara pukul 22.00- 01.00 tongkol tidak tertangkap. Layur juga tertangkap pada perikanan bagan. Layur tertangkap pada bagan cukup besar seberat 8 kg. Layur banyak tertangkap seberat 5 kg pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 dan 3 kg antara

pukul 01.00-04.00. Waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 layur tidak tertangkap sama sekali.

Teri hanya tertangkap seberat 5 kg. Teri tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 seberat 2 kg dan waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 seberat 3 kg. Pada waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 teri tidak tertangkap. Jenis ikan lainnya yang sedikit tertangkap adalah rebon. Rebon hanya tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 seberat 3 kg. Teri dan rebon merupakan hasil tangkapan dengan jumlah sedikit dalam proses penangkapan.

Hasil tangkapan bagan secara keseluruhan didominasi oleh jenis-jenis ikan pelagis kecil, seperti tembang, kembung, dan teri. Ikan-ikan predator seperti layur juga tertangkap. Hal ini yang menyebabkan teri, rebon dan ikan kecil lainnya mengalami penurunan hasil tangkapan. Hasil tangkapan teri dan rebon relatif sedikit akibat adanya ikan predator yang memburunya. Sebagian teri pergi menghindar dan sebagian lainnya dimakan oleh serangan ikan-ikan predator.

4.2.2 Komposisi hasil tangkapan dengan lampu tabung tanpa reflektor 1) Berdasarkan jenis organisme

Penggunaan lampu tabung tanpa reflektor pada penangkapan bagan menghasilkan 7 jenis ikan, yaitu cumi (Loligo sp), rebon (Mysis sp), tongkol (Auxis thazard), tembang (Sardinella fimbriata), teri (Stolephorus sp), layur (Trichiurus sp), dan kembung (Rastreliger sp). Komposisi hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung tanpa reflektor seberat 65,1 kg. Setiap jenis tangkapan memiliki berat yang berbeda-beda. Gambar 18 menjelaskan komposisi berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu tabung tanpa reflektor berdasarkan jenis ikan.

Tembang merupakan jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh bagan apung tanpa reflektor. Berat total tembang yang tertangkap, yaitu 21,8 kg atau sebesar 33%. Hasil tangkapan dominan selanjutnya adalah kembung seberat 13,8 kg sebesar 21%. Adapun hasil tangkapan lainnya berupa cumi 8,5 kg (13%), layur 8 kg (12%), tongkol 5 kg (8%), teri 5 kg (8%), dan yang terendah adalah rebon seberat 3 kg atau (5%).

Gambar 18 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung menggunakan lampu

Hasil tangkapan bagan apung menggunakan lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan ikan yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan cahaya yang menyebar ke segala arah. Dengan pancaran cahaya yang menyebar, ikan akan terangsang untuk datang meskipun jaraknya jauh dari sumber cahaya.

Tembang merupakan jenis ikan yang paling mendominasi, memiliki ciri pemakan plankton dan hidup bergerombol. Ikan ini membutuhkan cahaya untuk membentuk gerombolan besar (Ben Yami 1987). Cahaya lampu tabung tanpa reflektor memiliki nilai iluminasi antara 0,1-54,5 lux pada kedalaman 1-3 m. Pada kedalaman tersebut gerombolan tembang mendatangi cahaya.

Pada kedalaman 4-6 m, nilai iluminasi cahaya cenderung menurun. Iluminasi terendah terjadi pada kedalaman 6 m pada posisi titik pengukuran terjauh (3,9 m). Tobing (2008) menjelaskan tembang selalu mencari daerah yang iluminasinya rendah, kemudian membentuk gerakan renang bergerombol. Jika terdapat makanan, ikan tembang akan makan dengan tetap bergerombol dan bertahan di daerah iluminasi tersebut.

Cahaya yang menyebar ke segala arah mengundang tembang datang ke bagan. Selanjutnya, tembang berenang secara bergerombol menuju daerah dengan iluminasi yang rendah untuk mencari plankton makanannya. Gerombolan

tembang tetap bertahan di sekitar bagan pada daerah iluminasi rendah hingga akhirnya tertangkap.

Kembung dan teri merupakan ikan pelagis yang memakan plankton. Kedua jenis ikan ini suka hidup bergerombol. Pancaran cahaya yang menyebar ke segala arah mengundang plankton-plankton untuk berkumpul, hidup dan berkembangbiak. Plankton menyukai cahaya yang redup atau daerah dengan iluminasi yang rendah (Basmi 1995). Melimpahnya keberadaan plankton menyebabkan jumlah kembung cukup banyak. Hasil tangkapan teri relatif sedikit, karena pada saat penelitian sedang tidak musim teri dan jumlah predator di sekitar kerangka jaring bagan sangat banyak.

Rebon bersifat fototaksis positif terhadap cahaya. Hasil tangkapan rebon, paling sedikit pada lampu tabung tanpa refelektor. Hal ini, dikarenakan iluminasi cahaya yang dihasilkan rendah dan menyebar ke segala arah. Menurut Wahyudi (2009), rebon akan mendekat dan berkumpul pada perairan dengan iluminasi cahaya yang tinggi. Rebon memakan fitoplankton dan zooplankton yang tertarik cahaya di sekitar lampu. Adanya cahaya menyebabkan plankton berkumpul. Rebon yang tertangkap pada bagan adalah rebon yang hanya dapat mendeteksi keberadaan cahaya di bawah areal jaring. Rebon yang sudah berada di areal jaring akan memakan plankton kemudian tertangkap bagan ketika dilakukan pengangkatan jaring.

Layur, tongkol, dan cumi-cumi adalah jenis ikan predator yang memakan ikan-ikan kecil. Layur tergolong jenis ikan buas yang mempunyai gigi-gigi yang kuat untuk memakan mangsanya (Badrudin et al 2004). Juvenil layur memangsa ikan kecil, sedangkan layur dewasa memangsa cumi-cumi dan ikan-ikan kecil lainnya. Tongkol adalah predator diurnal yang aktif mencari mangsa pada siang hari (Gunarso 1988). Makanan tongkol adalah ikan-ikan kecil, seperti teri, sardin larva ikan, dan cumi-cumi. Adapun cumi-cumi tergolong kedalam ikan karnivora yang bersifat fototaksis positif atau peka terhadap rangsang cahaya. Makanannya berupa ikan-ikan kecil dan crustacea (Raharjo dan Bengen 1984). Cumi-cumi mendekat ke bagan karena adanya ikan-ikan kecil yang berkumpul di sekitar lampu.

Keberadaan plankton di sekitar cahaya lampu menarik ikan untuk masuk ke dalam areal kerangka jaring. Rantai makanan dan persaingan dalam memperebutkan mangsa terjadi di areal kerangka jaring apung. Cumi-cumi memakan ikan-ikan kecil, seperti teri dan rebon. Adapun tongkol dan layur memakan cumi dan ikan lainnya. Dari ketiga predator tersebut, layur tertangkap dalam jumlah terbanyak.

2) Berdasarkan waktu penangkapan

Pengoperasian bagan dibagi atas 3 waktu penangkapan, yaitu antara pukul 19.00-22.00, 22.00-01.00, dan 01.00-04.00. Hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung tanpa reflektor berdasarkan waktu penangkapan dijelaskan pada Gambar 19.

Gambar 19 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung Bagan apung dengan lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan jenis dan berat ikan yang berbeda pada setiap waktu penangkapan. Penangkapan antara pukul 19.00-22.00 menghasilkan 5 jenis ikan dengan berat total 24,2 kg. Rinciannya adalah layur (Trichiurus sp) seberat 5 kg, kembung (Rastreliger sp) seberat 6,1 kg, tembang (Sardinella fimbriata) seberat 6,1 kg, tongkol (Auxis thazard) seberat 5 kg, dan teri (Stolephorus sp) seberat 2 kg. Pengangkatan jaring antara pukul 22.00-01.00 mendapatkan hasil tangkapan paling sedikit hanya 2 jenis ikan (12,9 kg), yaitu kembung seberat 4,5 kg dan tembang 8,4 kg. Hasil tangkapan terbanyak terjadi pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00

sebanyak 6 jenis ikan (28 kg) yang terdiri atas teri 3 kg, layur 3 kg, kembung 3 kg, tembang 7,3 kg, rebon 3 kg, dan cumi-cumi 8,5 kg.

Hasil tangkapan paling banyak tertangkap antara pukul 01.00-04.00. Pada penangkapan kedua antara pukul 22.00-01.00, jumlah tangkapan menurun dari penangkapan pertama pukul 19.00-22.00. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tobing (2008) yang mengatakan bahwa ikan banyak tertangkap pada interval waktu I (pukul 19.00-22.00) dan III (pukul 01.00-04.00). Adapun pada interval II (pukul 23.00-01.00) hasil tangkapan menurun dan jumlahnya sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh kecenderugan waktu makan tembang. Sepanjang waktu penangkapan, tembang adalah jenis ikan terbanyak yang tertangkap.

Keberadaan tembang melimpah di perairan seiring dengan bertambahnya jumlah plankton. Plankton berada di sekitar bagan akibat pancaran cahaya dari lampu. Basmi (1995) mengatakan bahwa plankton akan hidup dan berkembangbiak pada daerah yang cukup cahaya. Dengan sifat fototaksisnya, tembang langsung menuju ke arah cahaya yang nilai iluminasinya tinggi. Tembang paling banyak tertangkap karena gerombolan tembang dalam jumlah besar berada pada sekitar jaring bagan.

Jenis ikan dominan lain yang tertangkap antara pukul 19.00-22.00 adalah kembung. Kembung mendominasi hasil tangkapan karena kembung merupakan ikan pelagis yang memiliki daerah penyebaran yang luas. Selain itu, kembung memiliki sifat cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Kembung muncul ke permukaan untuk mencari makanan berupa plankton secara bergerombol. Itulah yang menyebabkan kembung juga dominan tertangkap setelah tembang.

Pada waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00, ikan yang tertangkap hanya 2 jenis, yaitu tembang dan kembung. Masing-masing beratnya adalah 8,4 kg dan 4,5 kg. Jenis tembang mengalami peningkatan jumlah total dari waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 ke waktu penangkapan antara pukul 22.00- 01.00. Hal ini dikarenakan sumberdaya ikan yang terdapat di perairan didominasi oleh tembang. Ikan-ikan kecil lainnya tidak tertangkap karena terdapat kembung sebagai predatornya. Hasil tangkapan kembung menurun pada penangkapan pukul

01.00-04.00 karena terdapat bawal yang mendomimasi pada waktu penangkapan tersebut.

Penangkapan antara pukul 01.00-04.00 mendapatkan tembang yang masih cukup banyak dengan berat 7,3 kg. Pada waktu tersebut, organisme yang paling banyak tertangkap adalah cumi-cumi. Hal ini diduga bahwa waktu makan cumi adalah pada waktu tengah malam menjelang pagi hari. Cumi-cumi mendominasi hasil tangkapan karena terdapat habitat cumi di perairan sekitar bagan. Hasil tangkapan lainnya, yaitu teri, layur, rebon dan tongkol.

Teri dan layur tertangkap pada pukul 19.00-22.00 dan 01.00-04.00. Dalam hal jumlah, teri mengalami peningkatan sedangkan layur menurun. Pada waktu pengangkatan jaring ke-2 antara pukul 22.00-01.00, teri dan layur tidak tertangkap. Jenis ikan yang tertangkap hanya tembang dan layur. Pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 hasil tangkapan bertambah dengan kehadiran rebon. Rebon tertangkap hanya pada waktu tersebut.

4.2.3 Komposisi hasil tangkapan dengan lampu tabung bereflektor 1) Berdasarkan organisme

Perikanan bagan mensyaratkan cahaya yang terfokus ke dalam perairan. Dengan cahaya yang terfokus ke dalam perairan dapat meningkatkan efektifitas penangkapan ikan dengan bagan. Penggunaan reflektor kerucut berwarna perak pada lampu tabung mampu menghasilkan iluminasi cahaya yang maksimal dan terfokus ke arah bawah bagan, sehingga hasil tangkapan bagan apung meningkat.

Jenis ikan yang tertangkap setelah menggunakan reflektor kerucut umumnya memiliki nilai ekonomis penting lebih tinggi seperti bawal. Bawal adalah jenis ikan dengan harga yang tinggi atau mahal di pasaran. Jumlah bawal dan jenis ikan lainnya yang tertangkap ditunjukkan pada Gambar 20.

Penggunaan lampu tabung dengan reflektor pada bagan apung menghasilkan 4 jenis ikan dan cumi-cumi dengan berat total mencapai 95,9 kg. Rinciannya adalah kembung (Rastreliger sp) 14,4 kg atau sebesar 15% dari berat total hasil tangkapan, tembang (Sardinella fimbriata) 44 kg atau sebesar 46%, tongkol (Auxis thazard) 9 kg atau sebesar 9%, bawal (Pampus argentus) 20,5 kg atau sebesar 21%, dan cumi-cumi (Loligo sp) 8 kg sebesar 8%.

Gambar 20 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung Dari Gambar 20, jenis hasil tangkapan terberat adalah tembang. Tembang adalah ikan fototaksis positif yang tertangkap pada bagan menggunakan lampu tabung bereflektor. Tembang menyenangi cahaya yang datang dari arah dorsal tubuhnya. Parrish (1962) diacu dalam Gunarso (1988) menambahkan bahwa ikan akan cenderung berorientasi ke arah kanan dari arah datangnya cahaya. Lampu tabung tanpa reflektor memiliki nilai iluminasi cahaya yang tinggi sebesar 162,5 lux di permukaan air laut. Tembang adalah jenis hasil yang paling peka dan paling cepat mendekati bagan di sekitar areal bagan. Habitat tembang adalah di sepanjang perairan pantai dan merupakan spesies permukaan (Gunarso 1988).

Jenis kembung yang tertangkap adalah kembung perempuan dan kembung lelaki. Kedua jenis ikan tersebut termasuk dalam famili Scombridae, yaitu jenis ikan yang suka hidup bergerombol. Ikan jenis ini, menurut (Gunarso 1988), biasanya hidup lebih mendekati pantai dan termasuk predator bagi ikan-ikan kecil lainnya, seperti teri dan rebon.

Plankton adalah organisme laut yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan bantuan cahaya (Basmi 1995). Keberadaan plankton di sekitar cahaya mengundang teri dan rebon -- jenis ikan pemakan plankton -- untuk datang mencari makanan (Gunarso 1988). Selanjutnya keberadaan teri dan rebon menyebabkan kembung mendekat ke arah bagan. Teri dan rebon sebagian termakan oleh kembung dan predator lainnya, sedangkan sebagian lainnya lagi menyebar menghindari predator. Hal inilah yang menyebabkan teri dan rebon

14,4

44

dapat tidak tertangkap sama sekali, sedangkan kembung tertangkap dalam jumlah banyak.

Tongkol, bawal dan cumi-cumi adalah organisme predator yang tertangkap pada bagan apung bereflektor. Gunarso (1988) menggolongkan tongkol ke dalam kelompok spesies predator diurnal yang memburu mangsanya terlebih dahulu untuk dimakan. Bawal ikan buas, termasuk ikan karnivora pemakan daging, hidup

Dokumen terkait