• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

4.6 Komposisi Koloni Karang Rekruitmen .1 Pulau Aceh

Dari hasil pengamatan di Pulau Aceh berdasarkan transek kuadrat pada tahun 2006 diperoleh jumlah rata-rata komposisi genus rekrutmen sebesar 20 koloni/transek. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan jumlah komposisi genus rekrutmen sebesar 31 dan 26 koloni/transek. Terjadi penurun jumlah komposisi genus rekrutmen yang signifikan pada tahun 2011 sebesar 20 koloni/transek (Lampiran 10). Peningkatan jumlah rekrutmen pada tahun 2008 dan 2009 menunjukkan telah terjadi pemulihan secara alami setelah terjadinya gempa dan tsunami di Aceh. Hal yang paling penting dalam proses ini adalah ketersedian larva karang dan substrat yang baik untuk penempelan.

Kelompok organisme yang berasosiasi akan berperan dalam pembentukan komunitas karang yang stabil. Komunitas karang yang berada disekitar lokasi ataupun komunitas karang serta sifat-sifat reproduksi karang akan berpengaruh terhadap rekruetmen karang dan kemampuannya untuk membentuk komunitas karang. Sepuluh besar persentase koloni karang rekrutmen pada masing-masing waktu pengamatan (Gambar 17).

Gambar 17 Persentase koloni karang rekrutmen di Pulau Aceh.

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa persentase koloni rekrutmen pada setiap tahun berbeda-beda yang termasuk sepuluh besar. Pada tahun 2006, 2008, 2009 dan 2011 koloni Acropora sebesar 11%, 13%, 27% dan 31%, koloni Favia sebesar 9%, 4%, 5% dan 2%, koloni Pavona sebesar 16%, 8%, 3% dan 10%, koloni Pocillopora sebesar 12%, 13%, 20% dan 3%, koloni Porites sebesar 35%, 36%, 21% dan 18%.

Selanjutnya juga ditemukan persentase koloni karang yang mengalami perbedaan pada setiap tahunnya seperi koloni Cyphastrea sebesar 5% dan 2% hanya ditemukan sepuluh besar pada tahun 2006 dan 2008. Koloni Favites ditemukan sepuluh besar pada tahun 2008 dan 2009 sebesar 12% dan 5%, begitu juga dengan koloni Galaxea, Seriatopora dan Stylopora ditemukan dalam sepuluh besar pada tahun 2009 dan 2011.Hasil pengamatan persentase koloni rekruetmen karang secara umum menunjukkan bahwa kondisi substrat dan kualitas perairan berpengaruh terhadap koloni karang yang di jumpai pada lokasi ini.

4.6.2 Daerah Pemanfaatan

Pada daerah pemanfaatan berdasarkan transek kuadrat pada tahun 2006 diperoleh jumlah rata-rata komposisi genus rekrutmen sebesar 22 koloni/transek. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan jumlah komposisi genus rekrutmen sebesar 32 dan 33 koloni/transek. Terjadi penurun jumlah komposisi genus rekrutmen yang signifikan pada tahun 2011 sebesar 18 koloni/transek (lampiran 11).

Gambar 18 menunjukkan bahwa persentase koloni karang rekrutmen pada tahun 2006, 2008, 2009 dan 2011 dengan persentase koloni Acropora sebesar 10%, 8%, 15% dan 24%, koloni Favia sebesar 8%, 6%, 7% dan 10%, koloni Pocillopora sebesar 4%, 5%, 7% dan 1%, koloni Porites sebesar 28%, 44%, 36%, 22%.

Pada tahun 2008 terjadi perubahan pada komposisi koloni karang yaitu terdapatnya koloni Favites dan koloni Montastrea dimana pada waktu pengamatan 2006 koloni tersebut belum termasuk dalam sepuluh besar jumlah yang didapatkan. Kemungkinan faktor yang menyebabkan hal ini adalah kelimpahan individu dan kondisi geografis suatu wilayah.

4.6.3 Taman Wisata Alam Laut (TWAL)

Berdasarkan hasil pengamatan di TWAL di peroleh jumlah komposisi genus karang pada tahun 2006, 2008, 2009 dan 2011 sebesar 20, 30, 31 dan 25 koloni/transek (Lampiran 12). Faktor yang menyebabkan penurunan jumlah genus dari proses rekrutmen karang lebih disebabkan oleh kehadiran larva baru yang tidak tersedia, sirkulasi air laut permukaan, substrat dan sedimentasi.

Persentase masing-masing koloni karang di TWAL setiap tahunnya berbeda-beda yang termasuk kedalam sepuluh besar persentase koloni rekrutmen karang. Pada tahun 2006, 2008, 2009 dan 2011 persentase koloni Acropora sebesar 16%, 17%, 19% dan 34%, koloni Favia sebesar 3%, 5%, 6% dan 6%, koloni Favites sebesar 4%, 16%, 10% dan 5%, koloni Montipora sebesar 5%, 5%, 8% dan 2%, koloni Povona sebesar 17%, 4%, 2% dan 8%, koloni Pocillopora sebesar 4%, 7%, 10% dan 16%, koloni Porites sebesar 20%, 33%, 22% dan 10%.

Gambar 19 Persentase koloni karang rekrutmen di TWAL.

Koloni Goniastrea hanya termasuk dalam sepuluh besar persentase rekrutmen karang pada tahun 2006, 2008 dan 2009 sebesar 5%, 4% dan 2%.

koloni Stylocoeniella termasuk dalam sepuluh besar persentase rekrutmen pada 2006 dan 2008 sebesar 8% dan 1%. Pada tahun 2008 terjadi perubahan pada komposisi persentase rekrutmen dengan terdapatnya koloni Seriatopora sebesar 1%, 3% dan 2%, dimana pada waktu pengamatan 2006 koloni tersebut belum termasuk dalam sepuluh besar persentase rekrutmen yang ditemukan. Diduga kelimpahan individu, kondisi geografis suatu wilayah, proses dan mekanisme pengidentifikasi tempat yang sesuai untuk penempelan larva menuntukan tinggi tidaknya rekrutmen (Richmond 1997).

4.6.4 Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)

Berdasarkan hasil pengamatan di KKLD diperoleh jumlah komposisi genus karang pada tahun 2006, 2008, 2009 dan 2011 sebesar 14, 21, 23 dan 14 koloni/transek (Lampiran 13). Faktor yang menyebabkan penurunan jumlah genus dari proses rekrutmen karang disebabkan oleh kehadiran larva baru yang tidak tersedia.

Persentase masing-masing koloni karang rekrutmen di KKLD setiap tahunnya berbeda-beda yang termasuk dalam sepuluh besar koloni karang rekrutmen (Gambar 20). Pada tahun 2006, 2008, 2009 dan 2011 persentase koloni Acropora sebesar 27%, 14%, 15% dan 16%, koloni Montipora sebesar 3%, 2%, 10% dan 3%, koloni Povona sebesar 25%, 3%, 2% dan 16%, koloni Porites sebesar 22%, 59%, 37% dan 30%.

Koloni Favia hanya terdapat pada sepuluh besar persentase koloni karang rekrutmen karang tahun 2009 dan 2011 dengan jumlah 4% dan 9%. Koloni Favites, koloni Heliopora, koloni Hydnophora, koloni Pocillopora dan koloni Seriatopora terdapat persentase yang berbeda-beda pada sepuluh besar setiap tahun. Hal ini disebabkan oleh kelimpahan individu dan kondisi geografis suatu wilayah tertentu.

Gambar 20 Persentase koloni karang rekrutmen di KKLD.

Secara umum terdapat sepuluh koloni karang yang paling banyak ditemukan di seluruh kawasan penelitian setiap tahun. Koloni yang paling banyak terdapat pada kawasan penelitian adalah koloni Acropora, Favia, Favites, Montipora, Pavona, Pocillopora dan Porites. Selain dari koloni tersebut terdapat banyak lagi jenis koloni lainnya yang dikelompokkan dalam kategori koloni lainnya.

Genus Acropora umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Karakteristik bentuk rangka kapur genus Acropora antara lain koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel atau submasif, koralit dua tipe, axial dan radial, septa umumnya mempunyai dua lingkaran dan tentakel umumnya keluar pada malam hari (Suharsono 1996). Untuk genus Pocillopora mempunyai sifat yang khas yang mengeluarkan larva sepanjang tahun dan jenis ini mempunyai sifat yang oportunis. Pocillopora mendominasi daerah yang terbuka pada awal suksesi pada muntahan lahar gunung di Hawaii (Grigg dan Dollar 1990).

Suharsono (1996) mengatakan bahwa beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites: bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau bercabang, koloni yang masif berbentuk bulat atau setengah bulat. Koloni masif yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m, koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada koloni dengan lebar kurang dari 2 mm. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Supriharyono (2000) menjelaskan bahwa Porites lutea merupakan salah satu karang yang umum ditemukan di Indonesia dan memiliki tolerasi yang tinggi terhadap sedimentasi dan perairan yang keruh.

Juvenil karang yang mengakhiri kehidupannya sebagai organisme planktonik, lalu menempel pada substrat yang cocok disebut dengan proses rekrutmen karang. Menurut Richmond (1997) reproduksi dan rekrutmen adalah dua proses penting yang menentukan keberadaan dan keberlangsungan suatu terumbu karang. Berbeda dengan reproduksi yang merupakan proses pembentukan individu baru, rekrutmen karang merupakan proses dimana individu karang baru hasil reproduksi tersebut menjadi bagian dari komunitas di suatu terumbu karang. Salah satu proses penting dalam rekrutmen karang tersebut adalah kolonisasi yaitu suatu proses juvenil karang mulai menempati suatu habitat baru. Dalam proses ini, ada dua hal penting yang sangat menentukan yaitu ketersediaan larva dan substrat yang cocok.

Proses penempelan larva karang pada substrat yang sesuai sampai ia menjadi bagian dari suatu ekosistem terumbu karang berlangsung dalam beberapa tahapan. Keberhasilan reproduksi merupakan tahapan pertama yang harus dilalui oleh karang sebelum larva mengakhiri kehidupan sebagai organisme planktonik dan menjadi bentik. Proses dan mekanisme pengidentifikasian tempat yang sesuai untuk menempel sangat tergantung kemampuan larva dalam pengenalan dan pencarian terhadap substrat tersebut (Richmond 1997).