• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEOR

II.1.2 Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua dan Remaja

Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk komunikasi yang pada dasarnya bersifat dua arah atau timbal balik, artinya kedudukan komunikator dan komunikan sama-sama sebagai penyampai pesan atau gagasan, saling membagi informasi dan sekaligus sebagai penerima suatu informasi. Pada saat aktivitas komuniksi antar pribadi berlangsung, media yang digunakan berupa bentuk kontak langsung secara tatap muka atau juga melalui telepon atau surat. Dalam situasi ini dapat segera diketahui reaksi yang timbul mengenai isi pembicaraan.

Masing-masing pihak dapat menilai kemampuan atau ketrampilannya pada saat meemberikan tanggapan dari isi komunikasi tersebut.

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjelaskan pesan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga orang lain, guru, temen sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memeperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan temen sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.

Dalam perkembangan kepribadian seseorang, maka masa remaja mempuyai arti ysng khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang

sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Masyarakat melalui orang tua dan guru bertanya kepada remaja untuk memilih satu peran. Dalam masyarakat kita ketika anak memasuki SMU anak harus sudah memilih jurusan pendidikan yang akan ditempuh yang akhirnya akan menentukan perannya nanti. Jadi ketika berumur sekitar 15 atau 16 tahun seseorang sudah mulai menempatkan dirinya pada satu jalur yang akan membawa akibat pada apa yang akan dilakukannya pada tahun-tahun selanjutnya.

Karena banyak remaja barada dalam dilema. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tentang peran sosial yang akan mereka jelaskan tanpa menyelesaikan beberapa pertanyaan lain tentang dirinya sendiri. Jawaban terhadap perangkat pertanyaan yang satu saling tergantung dengan jawaban terhadap perangkat pertanyaan yang satu saling tergantung dengan jawaban terhadap rangkaian pertanyaan yang lain. Prestasi belajar siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena pengalaman pertama merupakan fator penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional anak. Fungsi hubungan antara anak dan dewasa dalam kehidupan mereka dikarateristikkan. Meningkatkan karakteristik itu dalam hubungan anda adalah cara yang terbaik untuk memperbaiki komitmen, komunikasi, kerjasama, dan persetujuan, dan mengurangi stress dan konflik dengan baik.

• Proaktif

Kemampuan untuk mengakui dan kapanpun yang mungkin, menyesuaikan kebutuhan anak untuk kasih sayang yang tak bersyarat dan penerimaan, rasa aman, rasa dimiliki, sukses, rasa senang, pengakuan, dankontrol tanpa mengizinkan orang lain menganggu.

• Orientasi sukses

Kemampuan untuk membantu anak dengan memberikan arahan yang jelas, pengaturan batas-batas, menawarkan kesempatan untuk memilih dan bernegoisasi, permintaan perilaku dan respon pada umur yang cocok, penyesuaian kebutuhan pembelajaran individual, memberikan kesempatan untuk mengatur diri dan tetap pada masa kini. Alternatif untuk dugaan yang tidak realistik, kesalahpahaman,instruksi atau lingkungan yang tidak baik untuk kebutuhan anak, dan pengaturan untuk kegagalan, ketidakpedulian atau penentangan.

• Kepastian

Kemampuan untuk membedakan nilai anak dari perilakunya. Kemampuan untuk fokus pada apa yang dilakukan remaja dan membangun kekuatan. Kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang berorientasi pada penghargaan yang mana berakibat munculnya hasil positif dan hak istimewa yang diterima atau pengalaman sebagai hasil kerjasama. Berkomunikasi secara positif (menggunakan janji daripada ancaman, atau penghargaan daripada hukuman). Kemampuan untuk menggunakan rasa humor. Alternatif untuk rasa negatif dan orientasi menghukum.

Kemampuan untuk menggabungkan apa yang anda inginkan dengan apa yang anak inginkan dalam cara yang positif. Kemampuan untuk memotivasi dan menguatkan perilaku kerja sama dengan menghasilkan persetujuan orang dewasa atau menghindari reaksi orang dewasa yang negatif (rasa malu. Kecaamn, ketertinggalan). Kurangnya kemauan untuk memegang konsekuensi yang positif sampai anak mengakhiri persetujuan.

• Kurangnya dukungan

Kemampuan untuk menanggapi masalah anak atau merasakan denagn rasa penerimaan, dukungan, dan pengesahan. Kurangnya kemauan untuk menyadiakan jalan keluar untuk perasaan anak akan memberikan anak untuk mengeluarkan perasaan tanpa menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.

• Tanggung jawab

Kemampuan untuk mengambil tanggung jawab pada perasaan, tanpa berusaha membuat orang lain bertanggung jawab. Kemampuan untuk memperlihatkan perasaan dengan cara yang tidak menyakitkan. Kemampuan untuk menurut dan memecahkan konflik. Kurangnya kemauan untuk menggunakan secara teratur, kontak positif dengan anak.

• Perhatian diri

Kemampuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan seseorang dan perasaan, mengatur batasan, menyenangkan diri sendiri, mengakui diri danmendapatkan pertolongan ketika membutuhkan. Kemampuan untuk membedakan antara memperhatikan diri dan keegoisan diri. Kemampuan untuk merasakan pantas untuk menjaga perilaku sendiri dan keputusan.

Memperoleh kebebasan merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Pada umumnya orang tua yang memiliki anak yang sudah berada dalam tahap perkembangan remaja berada pada usia 35-40 tahun. Pada usia ini orang tua sering mengadakan perubahan dari kehidupannya sebelumnya. Orang tua mulai menarik diri dan cara berpikirnya berusaha untuk mencari yang aman.

Kita selalu berpikir tentang lingkungan anak, tetapi lingkungan keluarga juga memberikan kontribusi pada perkembangan anak dengan pengaruh yang kuat pada fungsi keluarga. Dalam komunitas mungkin, atau tidak mungkin, sebagai sumber dan kebutuhan hubungan keluarga. Dengan pengaturan komunitas, setiap keluarga membangun jaringannya sendiri dalam tersedianya sumber dari dukungan dari formal dan informal. Sebuah keluarga mungkin menempa banyak hubungan, beberapa hubungan yang kuat, atau tidak ada sama sekali sumber hubungan. Mata rantai hubungan keluarga bersumber pada komunitas nyata dan tidak nyata. Lingkungan anak menawarkan tantangan dan kesempatan, pengaturan komunitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk fungsi kesehatan keluarga. Penyamaan tentang interaksi komunitas keluarga ditemukan di literatur termasuk:

• Keluarga pedesaan memiliki beberapa kesempatan pekerjaan, rendahnya ekonomi pendapatan, kesempatan pendidikan sedikit dan kurangnya akses untuk perawatan kesehatan dan pelayanan sosial. Keluarga di perkotaan,

kekeluargaan, kepadatan penduduk yang lebih tinggi, dan kondisi hidup yang ribut.

• Banyak orang tua harus mengatasi dengan ancaman dari kejahatan yang keras di lingkungan tetangga mereka. Respon sebuah keluarga untuk permintaan dan tantangan dari suatu lingkungan komunitas mungkin memajukan atau menghalangi fungsi kelurga dan perkembangan anak. Menarik diri, menjaga anak dalam rumah, dan membatasi aktivitas anak adalah meniri strategi orang tua digunakan ketika dihadapkan dengan kekerasan dalam lingkungan tetangga mereka, tetapi mereka mungkin juga menghalangi perkembagn yang normal.

• Keluarga dipenuhi oleh bagaiman respon aturan komunitas kepada apa yang dibutuhkan keluarga. Strategi yang membuat awal program masa kanak-kanak lebih respon kepada keluarga. Ini mencakup: peningkatan program komunikasi orang tua; memberikan orang tua pilihanantara program yang berbeda; menaksir kebutuhan keluarga dan anak; menegaskan kembali panutan dan menggunakan komunitas penduduk; keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan.

• Hubungan antara keluaga dan perubahan komunitas mereka dan berkembang setiap waktu. Kebutuhan dan ketertarikan anggota keluarga merubah sepanjang hidup. Pokok persoalan dan kurangnya respon juga mengubah dengan menyimpan lama dan tingkat perkembangan.

• Komunitas mungkin mengarahpada hubungan dan jaringan sosial sebaik lokasi fisik. Jaringan sosial pendukung informal sebuah keluarga lebih sering menyediakan pelayanan daripada akses, kebudayaan yang tepat dan

penerimaan daripada pelayanan yang ditawarkan oleh sistem dukungan formal.

Jika kita mencoba untuk meneliti secara lebih rinci masa ini maka akan ditemukan bahwa perhatian dalam hal perkembangan dari orang tua dan remaja saling melengkapi. Pada saat ini terjadi:

1. Perubahan biologis

Pada saat yang sama remaja masuk pada periode-periode pertumbuhan fisik yang cepat, kematangan seksual. Periode dari rentang kehidupan saat ini diberi label oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki penampilan fisik menarik, orang tua juga mulail merasakan terjadi peningkatan perhatian pada tubuhnya, serta pada tampilan-tampilan fisiknya.

2. Krisis yang tumpah tindih

Saat ini pun adalah tentang waktu dan masa depan. Pada saat yang sama remaja mulai mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara sistematik tentang masa depan dan apa yang akan dilakukan. Pada kenyataannya orang tua mulai merasakan bahwa kemungkinan untuk berubah terbatas sementara remaja memiliki ide yang lebih luas tentang masa depan. Ide-ide orang tua dengan sendirinya dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan.

3. Kekuatan dan status

Merupakan jalan menuju peran sebagai orang dewasa. Remaja merupakan waktu dimana individu berada dalam ambang pencapaian status yang baik. Bagi orang tua banyak pilihan yang telah diambil, beberapa hasil dan

lainnya tidak. Kebanyakan orang tua saat ini menjalani masa jenuh di pekerjaan.

Memiliki pekerjaan yang lebih memuaskan akan membantu orang tua lebih mampu untuk melakukan negoisasi dengan transisi dalam keluarga terhadap anak maupun mencapai otonomi dan menjalin komunikasi dengan lebih efektif. Bagi remaja, waktu dengan temen merupakan bagian penting bagi remaja dalam kesehariannya. Teman bagi remaja merupakan tempat menghabiskan waktu, berbicara, berbagi kesenangan dan kebebasan. Teman sebaya bisa merupakan kelompok yang membari pengaruh negatif terhadap anak remaja. Defenisi tentang remaja dalam relasinya dengan teman sebaya membarikan peranan dalam membentuk keterkaitan antara remaja, keluarga dan teman sebaya sebagai pesaing, pemberi kepuasan atau saling melengkapi.

Peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Siswa yang mendapat perhatian baik dari orang tuanya dapat menciptakan belajar yang lebih efektif dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga, orang tua lah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting daam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah penting. Meski dunia pendidikan juga turut berperan dalam memberikan

kesempatan pada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri.

Bagaimana orang tua harus bertindak dalam menyikapi tuntutan seorang remaja, berikut ini terdapat beberapa saran:

1. Komunikasi

Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja komunikasi diisi harus bersifat dua arah, artinya kedua belah pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi orang tua dapat mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan orang tuanya. Kebingungan seperti yang disebutkan tadi mungkin tidak perlu terjadi jika ada komunikasi antara remaja dengan orang tuanya. Komunikasi disini tidak berarti harus dilakukan secara formal, tetapi bisa saja dilakukan sambil makan bersama atau berlibur bersama keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak remajanya untuk membuktikan atau melaksanakan keputusan yang telah diambilnya. Biarkan remaja tersebut mngusahakan sendiri apa yang diperlukannya dan biarkan juga ia mengatasi sendiri berbagai masalah yang muncul. Dalam hal ini orang tua hanya bertindak sebagai pengamat dan hanya boleh melakukan campur tangan jika tinadakan sang remaja dianggap dapat membahayakan dirinya dan orang lain.

Komunikasi yang dilakukan orang tua adalah dengan melakukan komunikasi antar pribadi. Menurut Rogers dalam Depari (dalam Liliweri, 1991: 12)

mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar beberapa pribadi. Apabila dihubungkan dengan penelitian ini berupa komunikasi antara orang tua dengan remaja. Saluran dari mulut ke mulut meliputi komuniaksi verbal (bahasa lisan) dan non verabal (isyarat) sewaktu orang tua memberi nasehat atau memberi informasi dan sebaliknya menerima tanggapan dari remaja.

Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi. Selanjutnya untuk mempertegas pengertian komunikasi antar pribadi, Devito (1976 dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang efektif:

• Keterbukaan (openess)

Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Jadi antara remaja dan orang tua daapat berkomunikasi secara jujur. Indikator dalam keterbukaan yang terjadi antara orangtua dan remaja antara lain :

- frekuensi berkomunikasi orangtua dan remaja - nilai-nilai pelajaran di sekolah

- prestasi di sekolah

- kesulitan dalam menerima pelajaran

• Empati (emphaty)

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan komunikasi segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan kondisi

yang dialami tanpa berpura-pura. Perasaan empati pada diri orang tua akan mempelancar komunikasi sebab orang tua dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi remaja. Indikatornya antara lain :

- masalah dengan teman-teman - masalah dengan guru

- penurunan prestasi di sekolah - keadaan fisik

• Dukungan (suportiveness)

Situasi keterbukaan, empati masih belum cukup apabila komuniaksi berada dalam situasi keatkutan dan tekanan. Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Denagn demikian keinginan dan hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan. Indikatornya antara lain :

- kedisiplinan belajar - cita-cita

- kegiatan ekstrakurikuler - hobby

• Rasa positif (positiveness)

orang lain akan menerima secara negatif. Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi. Indikatornya antara lain :

- dalam menggunakan uang

- dalam menentukan pilihan jurusan di sekolah - memilih teman dalam pergaulan

• Kesamaan (equality)

Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikasi menjadi efektif. Kesamaan dimaksudkan juga dengan kesamaan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, status, nasib, perjuangan dan sebagainya. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam topik pembicaraan agar komunikasi antar pribadi dapat mencapai keefektifannya. Indikatornya antara lain : - status anak dalam keluarga

- perlakuan terhadap anak di keluarga

- dalam memberikan opini atau pendapat dalam keluarga - hubungan persaudaraan dengan abang/kakak/adik 2. Tanggung jawab

Bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani

bertanggung jawab remaja akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak-dampak negatif bagi dirinya.

Konsistensi orang tua dalam menerapkan disiplin dan menanamkan nilai- nilai kepada remaja dan sejak masa anak-anak di dalam keluarga akan menjadi panutan bagi remaja untuk dapat mengembangkan kemandirian dan berpikir secaea dewasa. Orang tua yang konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencaan hidupnya sendiri dan dapat memilih berbagai alternatif karena segala sesuatu sudah dapat diramalkan olehnya. Mungkin masih terdapat banyak cara lain yang petut dipertimbangkan dalam meningkatkan kemandirian sang remaja agar menjadi pribadi yang utuh dan dewasa.

II.2 Efektivitas Belajar

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian mengenai sikap, nilai-nilai, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang tepat dalam berbagai bidang studi.

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua

Whittaker (dalam Syaiful Bahri, 2002: 12) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap dan tugas atau pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya denagn memiliki pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Belajar juga bisa diartikan suatu usaha untuk mencari ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari lewat buku-buku, menerima pelajaran di bangku sekolah atau juga melakukan penelitian-penelitian di laboratorium maupun di perpustakaan.

Jadi dalam belajar itu ada suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu dengan cara membaca, berlatih, sehingga ada perubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang hal itu disebabkan oleh adanya pengalaman. Dalam mencapai usaha tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka perlu diketahui sara belajar yang efektif.

Berikut ulasan singkat tentang cara-cara belajar yang efektif:

1. Ulang kembali pelajaran yang telah didapat, setelah itu baca singkat- singkat halaman berikutnya buat cari kerangkanya saja.

2. Konsentrasi penuh waktu mendengarkan pelajaran di sekolah

3. Mengetik ulang catatan pelajaran ke dalam komputer dan membaca kembali catatan tersebut setelah diketik.

4. Menggunakan buku catatan yang berbeda pada setiap mata pelajaran. Cara ini lebih teratur sehingga pada waktu ingin mengulang suatu pelajaran kita tidak perlu lagi harus membuka semua buku.

5. Dengan mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuat kita selalu ingat dan menjadi paham akan materi tersebut. 6. Sebulan sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. 7. Waktu belajar di pagi hari, sehingga badan dan pikiran masih segar

setelah tidur cukup di malam hari, jadi semangat kita masih tinggi. 8. Kalau badan capek, bakalan susah buat konsentrasi. Oleh karena itu,

disarankan untuk libur dulu dari acara olah raga atau kegiatan fisik lainnya sehari menjelang ujian.

9. Belajar sambil mendengarkan musik. Pilih musik yang tenang tapi menggugah.

10.Membaca ulang catatan pelajaran, kemudian buat kesimpulan dengan kata-katamu sendiri.

11.Beri waktu yang cukup untuk tidur, makan, dan kegiatan hiburan. 12.Prioritaskan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Jangan menunda-

nunda dalam mengerjakan tugas rumah.

13.Luangkan waktu untuk diskusi atau mengulang bahan sebelum kelas dimulai.

14.Jadwalkan waktu 50 menit untuk setiap sesi belajar di kelas agar tidak mudah lupa.

16.Meminjam buku ke perpustakaan, untuk menambah referensi buku. 17.Membuat jadwal harian atau mingguan.

18.Catat janji temu, kelas, dan pertemuan pada buku. 19.Jadwalkan review bahan pelajaran setiap mingguan.

20.Rajin bertanya kepada guru apabila ada pelajaran yang tidak dimengerti sewaktu dikelas.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Sehingga dalam belajar agar lebih dapat diakses dengan mudah bagi para siswa yang sangat beragam, kebiasaan para siswa perlu dipahami secara jelas.

Dalam kegiatan belajar sangat banyak faktor yang mempengaruhi keefektifannya, yang hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh oleh setiap

Dokumen terkait