• Tidak ada hasil yang ditemukan

Heteroseksual 0 = Heteroseksual eksklusif

F. Kerangka Konsep

1. Komunikasi Antarpribad

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang – orang yang saling berkomunikasi. Menurut Johnson (1981) ada beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia.

Pertama, komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali dengan keterantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan dengan

118 proses itu, perkembangan intelektal dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar atau tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain

Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan – kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan – kesan dan pengertian oran lain tentang realitas yang sama. Tentu saja, perbandingan sosial (social comparason) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi dengan orang lain, lebih – lebih orang – orang yang merupakan tokoh – tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Nilai hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, sedih, cemas, frustasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alamipun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin bahkan mungkin penderitaan fisik. (Supratiknya, 1995 : 9).

119 Sementara komunikasi interpersonal memiliki definisi yaitu : penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (De Vito, 1995 : 8)

Sementara itu, hubungan yang terjalin antara pendampingan dengan orang yang didampingi berlangsung dari suatu hubungan impersonal sampai ke tahap interpersonal. Hubungan antara pendamping dengan orang yang didampingi ini sesuai dengan definisi komunikasi interpersonal De Vito berdasarkan pengembangan. Pada mulanya, hubungan antara pendamping dengan orang yang didampingi dipengaruhi oleh data psikologis, pengetahuan yang menjelaskan, dan aturan yang ditetapkan secara personal yang derajatnya terbatas atau belum mendalam. Sejalan dengan hubungan mereka, hubungan itu akan menjadi lebih interpersonal.

Dalam proses itu, berlangsung lima tahapan pengembangan menurut De Vito, yaitu kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan, dan pemutusan. Namun kelima tahapan tersebut tidak selalu diakhiri dengan perusakan dan pemutusan hubungan. Dapat dilakukan berbagai upaya untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang terjalin. Dalam pendampingan, menjalin dan membangun hubungan merupakan hal yang penting.

Menurut De Vito, ada beberapa faktor yang diperlukan dalam hubungan interpersonal yakni dengan sikap keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif dan kesetaraan.

120 1 ) Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya 3 (tiga) aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.

Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah

121 memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal). 2 ) Empati (Empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai :

Kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu

Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan :

a. Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai;

b. Konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta

122 3 ) Sikap Mendukung (Supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif, bukan evaluatif; spontan, bukan strategic; dan provisional, bukan sangat yakin.

4 ) Sikap Positif (Positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya 2 (dua) cara yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

123 5 ) Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam- diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

Dokumen terkait