• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi dalam Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan komunikasi yang terjadi di antara anggota kelompok. Dalam Komunikasi kelompok yang dilihat adalah frekuensi komunikasi, intensitas berkomunikasi, dan partisipasi kader Posdaya dalam suatu forum kelompok atau pertemuan antaranggota Posdaya. Gambaran mengenai komunikasi dalam kelompok yang dilakukan oleh kader Posdaya disajikan pada Tabel 12.

Dari Tabel 12, dapat dilihat bahwa frekuensi komunikasi kader Posdaya dalam forum kelompok atau pertemuan terbilang cukup aktif yaitu 58.70 persen dari jumlah kader Posdaya dengan proporsi 23.91 persen kader Posdaya di Kota Bogor dan 34.78 persen kader Posdaya di Kabupaten Bogor. Hal ini bisa diartikan bahwa hampir setiap kader Posdaya menyadari pentingnya berkomunikasi dengan sesama kader Posdaya dalam kelompok melalui forum kelompok atau pertemuan seperti pertemuan melalui rapat rutin kader Posdaya, rapat rutin anggota Posdaya, rapat koordinasi wilayah, temu kader maupun pertemuan yang diadakan melalui kegiatan pendampingan atau pembinaan.

Hasil uji beda rata-rata frekuensi kehadiran dalam forum pertemuan antara kader Posdaya dari kota dengan kabupaten, menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata (p>0.05). Jika dilihat dari rata-rata total frekuensi kehadiran kader Posdaya dalam mengikuti forum kelompok, maka kader Posdaya dari Kabupaten Bogor dapat dikatakan lebih aktif dibandingkan dengan kader Posdaya dari Kota Bogor dengan frekuensi keaktifan mengikuti forum kelompok mencapai rata-rata 6.58 kali atau tujuh kali per enam bulan dibandingkan dengan keatifan kader dari kabupaten dengan rata-rata 5.64 kali atau enam kali per enam bulan. Keaktifan kader di dua lokasi penelitian karena memang sudah memiliki

jadwal rutin untuk beberapa kegiatan seperti PAUD, kegiatan Posyandu, Posbindu dan rapat rutin triwulan (per tiga bulan sekali) atau per semester (per enam bulan sekali), ada pula yang mengadakan rapat rutin setiap bulan tergantung jenis kegiatan dan kebutuhan kelompok. Bahkan, keaktifan ini terlihat ketika kelompok Posdaya akan dikunjungi oleh kader lain dan dikunjungi dari instansi luar daerah melalui program OST, kader Posdaya terlihat cukup aktif mengadakan koordinasi untuk menyambut OST tersebut.

Tabel 12 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan frekuensi kehadiran, intensitas kehadiran dan partisipasi mengikuti kegiatan di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2013

Komunikasi Kelompok

Kisaran

Kategori

Kota Kabupaten Rata-Rata

thitung Kota Kabu paten n (%) n (%) Kota Kabu paten Frekuensi Kehadiran Kurang Aktif 0-21 kali/ 6 bulan 0-19 kali/ 6 bulan < 4 kali/ 6 bulan 15 16.30 10 10.87 5.64 6.58 0.932 Cukup Aktif 4 - 9 kali/

6 bulan 22 23.91 32 34.78 Sangat Aktif > 9 kali/

6 bulan 5 5.44 8 8.70 Intensitas Kehadiran Sebentar 0-25 jam/ 6 bulan 0-22 jam/ 6 bulan < 6 jam/ 6 bulan 16 17.39 21 22.83 8.29 8.67 0.307 Lama 6 - 11 jam/ 6 bulan 13 14.13 11 11.96 Sangat lama > 11 jam/

6 bulan 13 14.13 18 19.57 Partisipasi Kurang Aktif Skor 6-42 Skor 6-42 < skor 14 19 20.65 16 17.39 17.74 20.4 1.350 Cukup Aktif skor 14-24 14 15.22 20 21.74

Sangat Aktif > skor 24 9 9.78 14 15.22 Keterangan: ttabel: 1.987

Bertukar pandangan atau pengalaman tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan kegiatan Posdaya menjadi hal yang mendominasi ketika mereka bertemu. Keadaan ini juga menyebabkan intensitas terhadap keterlibatan dalam berkomunikasi menjadi baik, hal ini bisa dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 di atas memperlihatkan bahwa intensitas untuk berkomunikasi antarkader Posdaya tidak berbeda dengan frekuensi kehadiran mengikuti forum kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan komposisi jawaban responden yang mengatakan intensitas atau lamanya responden ketika mengikuti kegiatan atau forum komunikasi kelompok hanya sebentar sebanyak 16 orang (17.39 persen) di Kota Bogor dan 21 kader Posdaya (22.83 persen), cukup lama sebanyak 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kota Bogor dan 11 kader Posdaya (11.96 persen) di Kabupaten Bogor, serta sisanya menyatakan sangat lama dalam setiap mengikuti kegiatan forum kelompok yaitu 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kota Bogor dan 18 kader Posdaya (19.57 persen). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intensitas atau lamanya responden untuk terlibat dalam forum kelompok atau

pertemuan-pertemuan yang diadakan Posdaya belum semuanya seragam, namun demikian ada kecenderungan bahwa kegiatan forum kelompok hanya dilakukan ketika ada kegiatan Posdaya saja atau ada permasalahan-permasalahan yang segera diselesaikan menyangkut kegiatan Posdaya.

Berdasarkan uji beda rata-rata, tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) antara intensitas kehadiran kader Posdaya di Kota dengan Kabupaten Bogor dalam forum pertemuan kelompok. Rata-rata durasi atau lamanya kader Posdaya di Kota Bogor mengikuti forum pertemuan kelompok lebih rendah yaitu 8.29 jam per enam bulan (setara dengan 8 jam 17 menit per enam bulan) dibandingkan dengan kader Posdaya di Kabupaten Bogor yaitu 8.67 jam per enam bulan (setara dengan 8 jam 40 menit per enam bulan). Menurut kader Posdaya, bahwa sebentar, lama, dan sangat lama waktu untuk berkomunikasi dalam kelompok, membuktikan bahwa komunikasi kelompok dilakukan hanya pada saat pemecahan masalah segera terselesaikan sesuai kebutuhan kelompok dan kebutuhan masing-masing kader Posdaya.

Partisipasi atau keikutsertaan dalam kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keterlibatan kader Posdaya dalam kelompok berdasarkan jenis kegiatan Posdaya yang dapat menunjang dan meningkatkan kelompoknya. Keterlibatan kader Posdaya ini meliputi keterlibatannya dalam pelatihan, rapat rutin kader, rapat rutin anggota, rapat koordinasi wilayah, temu kader, dan pendampingan baik terlibat sebagai pendengar, terlibat dalam sebagian perencanaan, sebagian pelaksanaan, sebagian pengambilan keputusan, sebagian evaluasi maupun terlibat aktif semuanya (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengambilan keputusan, dan evaluasi) dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan maupun lingkungan secara umum.

Dari Tabel 12, terlihat bahwa partisipasi kader Posdaya dalam kelompok cukup aktif. Partisipasi ini meliputi hampir semua aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan Posdaya. Terdapat 19 kader Posdaya (20.65 persen) di Kota Bogor dan sebanyak 16 kader Posdaya (17.39 persen) di Kabupaten Bogor kurang aktif dalam kegiatan Posdaya, yang mana sebagian dari kelompok ini adalah kader Posdaya berada diperkotaan.

Uji beda rata-rata, menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata (p>0.05) antara kader Posdaya di Kota dengan di Kabupaten Bogor dalam hal partisipasi. Rata-rata skor partisipasi di Posdaya Kabupaten Bogor (rata-rata skor 20.40) lebih baik dibandingkan rata-rata skor partisipasi kader Posdaya di Kota Bogor (rata-rata skor 17.74). Dari pengamatan di lapangan diperoleh bahwa kader Posdaya di Kota cenderung kurang aktif dibandingkan dengan kader Posdaya di Kabupaten. Hal ini disebabkan bahwa kader Posdaya di kota lebih banyak disibukkan dengan aktivitas pekerjaan utamanya sehari-hari. Selain itu, terjadi perubahan struktur kepengurusan dengan dibentuknya kepengurusan Posdaya baru oleh lurah setempat, jangkauan wilayah Posdaya yang terlalu luas (mencakup satu kelurahan), minimnya kordinasi antarkader Posdaya turut menjadi faktor penyebab kurang aktifnya kader Posdaya. Di Kabupaten Bogor keaktifan kader Posdaya dalam berpartisipasi pada forum kelompok atau pertemuan-pertemuan Posdaya juga didukung oleh rasa toleransi dan solidaritas antarkader Posdaya menjadi hal yang mewarnai kelompok Posdaya. Hal ini yang pada akhirnya menjadikan hampir semua kader Posdaya dari kabupaten selalu terlibat aktif

dalam setiap pelaksanaan kegiatan Posdaya baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi/kewirausahaan maupun bidang lingkungan.

Tingkat Keberdayaan Kader Posdaya

Keberdayaan masyarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan atau kemampuan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta dapat menentukan alternatif pemecahannya secara mandiri (Widjayanti, 2011). Menurut Hendratmoko dan Marsudi (2010) keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Penelitian Tomatala (2008) menyebutkan tiga aspek mendasar yang perlu dimiliki oleh peternak agar dapat meningkatkan keberdayaannya meliputi aspek pengetahuan, sikap mental dan tindakan. Adapun hasil analisis data penelitian tingkat keberdayaan kader Posdaya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah kader Posdaya dan uji beda rata-rata berdasarkan tingkat keberdayaan kognitif, afektif, konatif di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2013

Tingkat Keberdayaan

Kisaran

Kategori

Kota Kabupaten Rata-Rata

thitung Kota Kabu paten n (%) n (%) Kota Kabu paten Kognitif Rendah Skor 45-91 Skor 54-112 < skor 66 13 14.13 13 14.13 70.07 72.58 1.085 Sedang skor 66-77 15 16.30 22 23.92 Tinggi > skor 77 14 15.22 15 16.30 Afektif Kurang Baik Skor 85-170 Skor 101-188 <skor 118 15 16.30 13 14.13 126 128.4 0.635

Cukup Baik skor

118-136 12 13.05 22 23.92 Baik > skor 136 15 16.30 15 16.30 Konatif Kurang terampil Skor 64-122 Skor 63-144 < skor 87 13 14.13 13 14.13 92.76 96.26 1.136 Cukup terampil skor 87-102 18 19.56 23 25.00 Terampil > skor 102 11 11.96 14 15.22 Keberdayaan Kognitif

Keberdayaan pada aspek pengetahuan (kognitif) adalah kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dan mengetahui atau memahami konsep program Posdaya (tujuan, sasaran, fungsi, hak dan kewajiban, pengembangan dan manajemen) pada bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Pada penelitian ini, keberdayaan kognitif ditentukan berdasarkan kriteria memiliki pengetahuan yang luas tentang kegiatan Posdaya, memiliki wawasan jauh ke depan tentang kegiatan Posdaya, paham atas

potensi dan kebutuhan dirinya dengan baik, dan memahami unsur-unsur manajemen dan kepemimpinan dalam penyelenggaraan kegiatan Posdaya.

Berdasarkan hasil penelitian tentang keberdayaan kognitif kader Posdaya mayoritas berada pada kategori sedang dengan kisaran skor antara 66-77 dengan jumlah 15 kader Posdaya (16.30 persen) di Kota Bogor dan sebanyak 22 kader Posdaya (23.92 persen) di Kabupaten Bogor. Kemudian skor terendah berjumlah 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kota Bogor dan 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kabupaten Bogor dan selebihnya sebanyak 14 kader Posdaya (15.22 persen) di Kota Bogor dan 15 kader Posdaya (16.30 persen) di Kabupaten Bogor memiliki keberdayaan kognitif yang tinggi. Rendahnya keberdayaan kognitif kader Posdaya dimungkinkan karena kurangnya informasi tentang program-program Posdaya yang diperoleh kader, sehingga menyebabkan rendahnya tingkat pengetahuan, rendahnya wawasan, dan minimnya pemahaman akan potensi dan kebutuhan tentang penyelenggaraan kegiatan Posdaya baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan bidang lingkungan. Selain itu, rendahnya pengetahuan tersebut disebabkan karena kader Posdaya hanya paham benar dengan bidang Posdaya yang dijabat atau yang disandangnya dan kurang memahmi tugas dan fungsi dari kader bidang lainnya, seperti kader Posdaya bidang pendidikan memiliki pengetahuan, wawasan, dan unsur-unsur manajemen peneyelenggaraan kegiatan Posdaya bidang pendidikan saja. Begitu pula dengan kader Posdaya bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan lebih paham dengan bidang Posdaya yang ditekuni dari pada bidang lainnya. Hal ini menuntut peran pendamping dan pengelola Posdaya untuk lebih banyak berbagi informasi (sharing information) secara rutin dan kontinu agar keberdayaan kognitif tersebar secara merata bagi masing-masing kader Posdaya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kader Posdaya yang rutin melakukan rapat bulanan, rapat tri wulan, atau rajin melakukan komunikasi secara interpersonal dengan pendamping Posdaya (penyuluh pertanian, penyuluh kesehatan) memiliki keberdayaan kognitif yang tinggi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan Posdaya.

Berdasarkan analisis data dan wawancara dengan kader Posdaya diperoleh informasi bahwa keberdayaan kognitif yang paling dominan adalah memiliki wawasan jauh ke depan tentag kegiatan Posdaya dengan rata-rata total skor 21.08 pada kader Posdaya Kabupaten Bogor dan rata-rata total skor 21.14 pada kader Posdaya Kota Bogor, kemudian diikuti pemahaman atas potensi dan kebutuhan dirinya dengan baik, memahami unsur-unsur manajemen dan kepemimpinan dengan rata-rata total skor 20.26 pada kader Posdaya di Kabupaten Bogor dan rata-rata total skor 19.07 pada kader Kota Bogor, paham atas potensi dan kebutuhan dirinya dengan baik, serta memiliki pengetahuan yang luas tentang kegiatan Posdaya dengan rata-rata total skor 10.46 pada kader Posdaya di Kabupaten Bogor dan rata-rata total skor 10.10 pada kader Posdaya (Gambar 8)

Berdasarkan uji beda rata-rata, tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) antara kader Posdaya di Kota dengan Kabupaten Bogor dalam hal keberdayaan kognitif. Keadaan ini menggambarkan bahwa pada keberdayaan kognitif, antara kader di Kota dengan di Kabupaten Bogor memiliki persamaan yang tidak jauh berbeda dalam aspek pengetahuan atau kognitif tentang Posdaya. Persamaan ini disebabkan karena antara kader Posdaya di Kota dan di Kabupaten Bogor memiliki kesamaan dalam hal pencarian sumber-sumber informasi terkait dengan

interpersonal, menggunakan media cetak, media luar rungan, dan media terbaru. Jika dilihat dari rata-rata total skor ternyata tingkat keberdayaan kognitif kader Posdaya di Kabupaten lebih tinggi atau lebih baik jika dibandingkan dengan keberdayaan kader Posdaya di Kota Bogor.

Gambar 8 Rata-rata total skor tingkat keberdayaan kognitif kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor

Keberdayaan Afektif

Keberdayaan afektif atau sikap mental merupakan keberdayaan otonom individu dalam menentukan sikap pada setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Posdaya. Keberdayaan yang menjadi penilaian pada aspek afektif atau sikap meliputi kemampuan berkaitan dengan percaya diri, pantang menyerah dan berani menghadapi risiko, selektif, komunikatif, jujur, dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, terbuka dan peduli terhadap sesamanya, serta menyukai prestasi.

Berdasarkan hasil penelitian tentang keberdayaan afektif pada kader Posdaya (Tabel 13), sebanyak 12 kader Posdaya (13.05 persen) di Kota Bogor dan sebanyak 22 kader Posdaya (23.92 persen) memiliki tingkat keberdayaan kader pada aspek afektif berkategori cukup baik dengan kisaran total skor 118 sampai dengan 136. Sebanyak 15 kader (16.30 persen) di Kota Bogor dan 15 kader Posdaya (16.30 persen) memiliki keberdayaan afektif terkategori baik dengan skor lebih dari 136 dan keberdayaan afektif kurang baik berjumlah 15 kader Posdaya (16.30 persen) di Kota Bogor dan sebanyak 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kabupaten Bogor. Kurang baiknya keberdayaan afektif ini muncul karena kader Posdaya masih memiliki perasaan kurang percaya diri, kurang selektif mencari solusi yang berkaitan dengan kegiatan Posdaya, serta sikap yang mudah menyerah jika mengalami permasalahan dalam penyelenggaraan kegiatan Posdaya baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan bidang lingkungan. Selain itu, rendahnya keberdayaan afektif kader Posdaya juga disebabkan karena kader Posdaya hanya memiliki sikap yang baik dengan bidang yang ditekuni saja (sesuai dengan kader bidangnya masing-masing), sehingga untuk bidang yang tidak sesuai dengan status kader, menyebabkan sikap yang kurang percaya diri jika melaksanakan kegiatan yang bukan menjadi bidangnya.

10.10 21.14 19.76 19.07 10.46 21.08 20.78 20.26 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 Memiliki pengetahuan yang luas tentang

kegiatan Posdaya

Memiliki wawasan jauh ke depan tentang kegiatan Posdaya

Paham atas potensi dan kebutuhan dirinya dengan baik

Memahami unsur-unsur manajemen dan kepemimpinan

Rata-rata total skor

K e b e rd a y a a n k o g n it if

Dengan keadaan tersebut, perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pengelola Posdaya untuk kader yang memiliki keberdayaan afektif kurang baik. Hal ini dimaksudkan agar kader Posdaya ke depannya benar-benar memiliki keberdayaan afektif yang baik sesuai dengan soft skill dan perkembangan kepribadian atau konsep personality sebagai individu yang siap memenej kegiatan-kegiatan Posdaya, seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2006) bahwa ciri-ciri kepribadian yang dewasa atau matang adalah 1) ia mampu berpikir positif terhadap orang lain, 2) bersikap peka terhadap kesulitan orang lain, 3) memiliki rasa percaya diri tinggi dan mempunyai rasa empati yang tinggi.

Berdasarkan analisis data dan wawancara dengan kader Posdaya diperoleh informasi bahwa keberdayaan afektif yang paling dominan adalah terbuka dan peduli terhadap sesamanya dengan rata-rata total skor 27.36 pada Kader Posdaya di Kota Bogor dan rata-rata total skor 28.36 pada kader Posdaya di Kabupaten Bogor, jujur dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri dengan rata-rata total skor 26.31 pada kader Posdaya di Kota Bogor dan rata-rata total skor 26.90 pada kader Posdaya di Kabupaten Bogor, pantang menyerah dan berani menghadapi risiko, selektif, komunikatif, percaya diri, dan menyukai prestasi (Gambar 9)

Gambar 9 Rata-rata total skor tingkat keberdayaan afektif kader Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor

Berdasarkan uji beda rata-rata, tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) antara kader Posdaya di Kota dengan kader di Bogor dalam hal keberdayaan afektif. Hal ini menunjukkan bahwa antara kader Posdaya di Kota dan di Kabupaten Bogor memiliki persamaan yang tidak jauh berbeda pada keberdayaan aspek afektif. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara kader Posdaya di Kota dan di Kabupaten Bogor, terutama pada kemampuan berkaitan dengan percaya diri, pantang menyerah dan berani menghadapi resiko, selektif, komunikatif, jujur dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, terbuka dan

12.29 20.12 14.83 12.86 26.31 27.36 12.24 12.68 21.24 13.98 13.16 26.90 28.36 12.08 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 Percaya diri Pantang menyerah dan berani menghadapi

resiko

Selektif Komunikatif Jujur dan Bertanggungjawab Terbuka dan Peduli Menyukai Prestasi

Rata-rata total skor

K eb er d a y a a n a fe k ti f

peduli terhadap sesamanya, serta menyukai prestasi. Jika dilihat dari rata-rata total skor, ternyata tingkat keberdayaan afektif kader Posdaya di Kabupaten lebih tinggi atau lebih baik jika dibandingkan dengan keberdayaan kader Posdaya di Kota Bogor.

Keberdayaan Konatif

Keberdayaan konatif terjadi pada ranah tingkah laku kader Posdaya. Keberdayaan pada aspek konatif sebagai bentuk keterampilan yang telah diperbuat oleh responden dalam bertindak atau berperilaku pada setiap kegiatan Posdaya bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Penilaian pada keberdayaan konatif ini didasarkan pada pernyataan responden mengenai kemampuan dalam mengelola kegiatan Posdaya yang meliputi dapat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta potensi yang dimiliki secara tepat, memiliki etos kerja yang tinggi, mampu melakukan kerjasama yang menguntungkan, teliti dalam menyelesaikan setiap pekerjaan, mampu menjalankan unsur-unsur manajemen dan kepemimpinan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), mengarahkan dirinya sendiri, cepat tanggap, dan mampu memanfaatkan peluang usaha untuk masa depan Posdaya.

Hasil penelitian pada keberdayaan konatif menunjukkan sebanyak 18 kader Posdaya (19.57 persen) di Kota Bogor dan sebanyak 23 kader Posdaya (25 persen) di Kabupaten Bogor mayoritas tergolong cukup terampil dengan total skor antara 87 sampai dengan total skor 102. Sebanyak 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kota Bogor dan 13 kader Posdaya (14.13 persen) di Kabupaten Bogor memiliki keberdayaan konatif yang tergolong kurang terampil, serta sebanyak 11 kader Posdaya (11.96 persen) di Kota Bogor dan sebanyak 14 kader Posdaya (15.22 persen) di Kabupaten Bogor tergolong terampil. Kader Posdaya yang memiliki keberdayaan konatif tergolong terampil, ternyata memiliki etos kerja yang tinggi untuk memajukan kelompok Posdaya dan masyarakat, lebih banyak memanfaatkan waktu luangnya untuk mengisi kegiatan-kegiatan yang menguntungkan kelompok Posdaya, dan mampu menjalankan perannya sebagai kader dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan Posdaya serta mampu menjalin kerjasama dengan stakeholders lainnya. Menurut Susanto (2006) bahwa kemampuan sosial individu ditandai dengan kemampuannya untuk menjalin kerjasama dengan anggota dalam kelompok dan anggota lain di luar kelompok, kemampuan menerima saran atau pendapat dari orang lain, dan kemampuan membantu orang lain.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa keberdayaan konatif yang tergolong terampil tidak lepas dari peran pendamping Posdaya. Selain itu, menurut pengakuan responden bahwa keterampilan yang diperolehnya selama menjadi kader Posdaya tidak semuanya berasal dari peran pendamping Posdaya, melainkan dari beberapa kegiatan pelatihaan dan kegiatan program-program pertanian, kesehatan, kewirausahaan sebelum ada Posdaya. Sebelum terbentuk Posdaya, para kader memang sudah terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pendidikan (menjadi tutor PAUD, TPA, TK), kegiatan Posyandu (kader Posyandu), kegiatan PKK (kader PKK) dan kegiatan penyuluhan pertanian yang ada di desanya melalui kelompok tani seperti kelompok wanita tani (KWT), serta beberapa responden memang menekuni sebagai pekerja sosial untuk memajukan

warga dan desanya. Dengan demikian, untuk menuju keberdayaan konatif yang dicirikan dengan meningkatnya kemampuan atau keterampilan dalam segala aspek pelaksanaan kegiatan Posdaya, perlu adanya kesinambungan dan kesepemahaman kerjasama antarinstansi (simpul koordinasi) mengingat beragamnya bidang Posdaya (pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan).

Kader Posdaya yang terkategori kurang terampil menjelaskan karena tidak semua bidang Posdaya dapat dijalankan, melainkan menjalankan tugas pokok dan fungsi sesuai status kader Posdaya pada masing-masing bidang. Selain itu, kurang terampilnya kader Posdaya pada keberdayaan konatif disebabkan oleh faktor lingkungan setempat, yang mana untuk beberapa kegiatan Posdaya seperti kegiatan Posdaya bidang lingkungan harus turut melibatkan pihak aparat desa seperti RT, RW, kepala desa atau lurah, sehingga untuk menggerakkan masyarakat setempat kader Posdaya masih merasakan kesulitan. Oleh karena itu sinergisitas beberapa pihak dalam membangun desa dan memajukan Posdaya perlu adanya kesepemahaman antara kader Posdaya dengan pihak atau aparat desa, mengingat beberapa kader Posdaya mengeluhkan sulitnya berkomunikasi dengan aparat desa seperti sulitnya berkomunikasi dengan ketua RT, RW, dan tokoh masyarakat setempat.

Berdasarkan analisis data dan wawancara dengan kader Posdaya diperoleh informasi bahwa keberdayaan konatif yang paling dominan adalah cepat tanggap dan mampu memanfaatkan peluang usaha untuk masa depan dengan rata-rata total skor 22.21 pada Posdaya di Kota Bogor dan rata-rata total skor 23.02 pada kader Posdaya di Kabupaten Bogor, mampu mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta potensi yang dimiliki secara tepat dengan rata-rata total skor 19.52 pada kader Posdaya di Kota Bogor dan rata-rata total skor 20.44 pada kader Posdaya di

Kabupaten Bogor, mampu menjalankan unsur-unsur manajemen dan

kepemimpinan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan) dan mengarahkan dirinya sendiri dengan rata-rata total skor 19.36 pada kader Posdaya di Kota Bogor dan rata-rata total skor 20.28 pada kader Posdaya di Kabupaten Bogor, teliti dalam menyelesaikan setiap pekerjaan, memiliki etos kerja yang tinggi, mampu melakukan kerja sama yang menguntungkan (Gambar 10).

Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara kader Posdaya di Kota dengan di Kabupaten Bogor dalam hal keberdayaan konatif. Pada kenyataannya kader Posdaya di dua lokasi penelitian sama-sama memiliki keterampilan atau kemampuan yang cukup untuk mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan Posdaya baik kegiatan-kegiatan Posdaya bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Jika dilihat dari rata-rata total skor ternyata tingkat keberdayaan konatif kader Posdaya di Kabupaten lebih tinggi atau lebih baik jika dibandingkan dengan keberdayaan kader Posdaya di Kota Bogor.

Dokumen terkait