• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Nonverbal Etnis Madura dan Etnis Arab di Kampung

Dalam dokumen INKULTURASI BUDAYA DI KAMPUNG AMPEL SURABAYA. (Halaman 103-107)

BAB III PENYAJIAN DATA

C. Deskripsi Data Penelitian

5. Komunikasi Nonverbal Etnis Madura dan Etnis Arab di Kampung

5. Komunikasi Nonverbal Etnis Madura dan Etnis Arab di Kampung Ampel Surabaya

Gambaran tentang diri seseorang memiliki peran penting dalam komunikasi, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh gambaran fisik seseorang serta penampilan fisiknya. Gambaran diri seseorang juga dapat dilihat melalui pakaian yang dikenakannya sehari-hari. Pakaian merupakan media komunikasi

yang penting. Pakaian bisa dilihat sebelum kata-kata terdengar. Pesan yang dibawa oleh pakaian bergantung pada beberapa hal, seperti latar belakang budaya, pengalaman, dan sebagainya.

Sebagai media yang komunikatif, pakaian memiliki beberapa fungsi. Pertama, pakaian dapat melambangkan serta mengkomunikasikan informasi tentang kondisi psikologi pemakainya. Kedua, pakaian juga berpengaruh terhadap tingkah laku pemakainya sebagaimana juga tingkah laku orang yang menanggapinya. Ketiga, pakaian berfungsi untuk membedakan seseorang dengan orang lain atau kelompok satu dengan kelompok lain.

Hal ini juga yang terjadi di Kampung Ampel Surabaya. Etnis Madura dan etnis Arab memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan budayanya. Dapat dilihat dari cara berpakaian masing-masing etnis. Etnis Madura dengan ciri khasnya yang menggunakan sarung serta kerudung diikat ke belakang pada wanita, dan menggunakan celana pendek serta kaos oblong pada pria dalam berpakaian sehari-hari mampu menunjukkan identitasnya sebagai etnis Madura. Sedangkan etnis arab yang cenderung menggunakan baju longgar serta menggunakan hijab yang panjang dan besar cenderung syar'i pada wanita serta menggunakan jubah serta kopyah untuk pria dalam berpakaian sehari-hari juga menunjukkan identitasnya sebagai warga yang berasal dari etnis Arab. Seperti yang terungkap dalam pernyataan Ibu Fitriyah:

“Disini kalau orang Arab kebanyakan yang cewek pake' jubah

paling pake' jubah sama pake' peci Mbak. Nah kalau orang

Madura ya kalau yang cewek biasanya suka pake' sarung atau

sewek yang khusus buat cewek itu loh Mbak, trus pake' kerudungnya Cuma disampirkan gitu aja. Nah kalau cowoknya

biasanya ya pake' pakaian biasa Mbak, kaya orang-orang

biasanya gitu.”16

Hal ini dipertegas oleh pernyataan dari Ibu Zainab:

“Orang Arab ya pake' pakaian biasa Mbak. Yang cewek pake'

baju syar'i, yang cowok biasanya pake' jubah. Jarang disini

orang Arab cowok pake' sarung Mbak. Kalau orang Madura gak

ada bedanya sama yang lain. Mungkin yang beda cuma yang

cewek, orang Madura cewek biasanya itu loh Mbak kalau pake'

kerudung kan cuma disampirin aja gitu, tros kadang juga pake'

sarung tapi sarung yang buat cewek itu loh Mbak.”17

Adanya identitas pada masing-masing etnis tersebut, secara kasat mata akan mudah membedakan mana orang yang berasal dari etnis Madura dan mana yang berasal dari etnis Arab. Di Kampung Ampel Surabaya sendiri antara etnis Madura dan etnis Arab terkadang ada yang tidak bisa dibedakan jika dilihat dari cara berpakaiannya. Misalnya, pada kaum laki-laki antara etnis Madura dengan etnis Jawa, dalam kesehariannya kedua etnis ini hampir tidak bisa dibedakan dalam hal berpakaian. Hal ini terjadi karena antara beberapa etnis tersebut sudah membaur antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, tidak jarang pula peneliti mendapati etnis Madura yang juga berpakaian layaknya etnis Jawa maupun etnis Arab. Hal ini menunjukkan adanya penyesuaian budaya dengan budaya lokal yang telah ada sebelumnya.

16

Hasil wawancara informan Ibu Fitriyah, 04 November 2015.

17

Budaya etnis Arab dan etnis Madura yang hampir sama juga dapat

ditemui yakni pada penggunaan celak atau penggunaan seperti pensil alis

yang digunakan untuk mempertajam penampilan mata, biasanya digunakan oleh anak-anak, remaja maupun dewasa oleh etnis Arab dan

etnis Madura. Akan tetapi seiring berjalannya waktu penggunaan celak

tidak seperti dahulu. Sekarang di Kampung Ampel Surabaya penggunaan celak dapat ditemui hanya pada etnis Madura khususnya pada anak-anak.

etnis Arab sendiri sudah jarang sekali menggunakan celak dalam

kehidupan sehari-hari. Etnis Arab menggunakan celak hanya pada waktu

tertentu saja atau ketika ada acara tertentu saja. Lain dengan etnis

Madura yang tetap menggunakan celak bahkan dapat peneliti temui pada

anak-anak etnis Madura kebanyakan menggunakan celak. Seperti yang

disampaikan oleh Ibu Fitriyah:

“Kalau penggunaan celak disini rata-rata orang Madura Mbak

yang masih pake'. Itu (sambil menunjuk anak kecil etnis

Madura) anak kecil-kecil gitu masih sering di pake'in celak

sama Ibunya. Kalau orang Arab sudah jarang pake' celak gitu.

Sekarang kan sudah ada eyeliner gitu Mbak, jadi yang cewek

Arab gitu sudah pake'nya ya eyeliner itu tadi. Mungkin lebih

gampang ya Mbak.”18

Jika mendapati hal tersebut maka yang dapat membedakan antara etnis Madura dan etnis Arab ialah dengan bentuk fisik yang berbeda antara kedua etnis tersebut. Etnis Arab yang dapat ditandai dengan hidung mancung dan berbadan besar serta tinggi merupakan ciri khas atau identitas diri yang telah melekat pada dirinya sebagai orang yang

18

berasal dari Arab. Sedangkan etnis Madura yang cenderung memiliki hidung yang tidak terlalu mancung serta memiliki postur badan yang sedang merupakan identitas yang telah dimiliki sebagai orang yang berasal dari etnis Madura. Bentuk fisik etnis Madura terkadang hampir mirip dengan etnis Jawa. Dikarenakan kedua etnis ini berdekatan secara wilayah geografis serta banyaknya etnis Madura yang telah masuk dan membaur dengan etnis Jawa.

Dalam dokumen INKULTURASI BUDAYA DI KAMPUNG AMPEL SURABAYA. (Halaman 103-107)

Dokumen terkait