• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Konseptual

3. Komunitas

a. Pengertian Komunitas

Istilah komunitas mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-14 yang pada awalnya digunakan untuk menuntuk pada suatu kelompok orang yang berada pada status rendah, orang biasa, dalam hubungannya dengan kelompok atas. Variasi penggunaan tampak pada saat istilah yang sama digunakan untuk menjelaskan suatu unit kecil dari suatu sistem yang terorganisir, seperti negara ada skala kecil. Pada abad ke-16, komunitas telah mengandung makna ”kesamaan” dalam identitas atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sekelompok orang. Kelompok yang memiliki minat yang sama, misalnya, disebut sebagai komunitas seperti ditunjukkan dengan istilah community of interests.

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.11 Proses pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individu-individu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.12 Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.

11

Hermawan Kertajaya, Arti komunitas :Gramedia Pustaka, 2008, hlm 21

12

Soenarno, Kekuatan Komunitas Sebagai Pilar Pembangunan nasional, Jakarta 24 April 2002, hlm 31.

Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya. Menurut Masduki, komunitas terbentuk oleh dua hal, pertama kesamaan lokasi atau status sosial individu-individu, kedua, kesadaran kolektif untuk mencapai tujuan tertentu.13

Community diistilahkan sebagai persekutuan hidup atau paguyuban

dan dimaknai sebagai suatau daerah masyarakat yang ditandai dengan beberapa tingkatan pertalian kelompok sosial satu sama lain.14

Keberadaan komunitas biasanya didasari oleh beberapa hal yaitu: 1) Lokalitas

2) Sentiment Community

Unsur-unsur dalam sentiment community adalah:15 1) Seperasaan

Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dikarenakan adanya kesamaan kepentingan.

13 Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Jogjakarta: Lkis. 2003, hlm 23.

14

Mansyur, M, Cholil. Sosiologi masyarakat Kota dan Desa. Usaha Nasional. Surabaya. 1989. Hal. 69.

15

2) Sepenanggungan

Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya.

3) Saling memerlukan

Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik maupun psikis Menurut Montagu dan Matson16, terdapat sembilan konsep komunitas yang baik dan empat kompetensi masyarakat, yakni:

a) Setiap anggota komunitas berinteraksi berdasar hubungan pribadi dan hubungan kelompok.

b) Komunitas memiliki kewenangan dan kemampuan mengelola kepentingannya secara bertanggungjawab.

c) Memiliki vialibitas, yaitu kemampuan memecahkan masalah sendiri.

d) Pemerataan distribusi kekuasaan.

e) Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi demi kepentingan bersama

f) Komunitas memberi makna pada anggota. g) Adanya heterogenitas dan beda pendapat.

h) Pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat kepada yang berkepentingan.

i) Adanya konflik dan managing conflict.

16

Ambar T. Sulistiyani & Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pembangunan dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu, Yogyakarta. Hal 81-82.

Sedang untuk melengkapi sebuah komunitas yang baik perlu ditambahkan kompetensi sebagai berikut:

a) kemampuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitas.

b) menentukan tujuan yang hendak dicapai dan skala prioritas. c) kemampuan menemukan dan menyepakati cara dan alat

mencapai tujuan.

d) kemampuan bekerjasama secara rasional dalam mencapai tujuan.

Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapinya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

b. Bentuk-bentuk Paguyuban atau Komunitas

Dalam kaitan komunitas yang diartikan sebagai paguyuban atau gemeinschaft, paguyuban dimaknai sebagai suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, alamiah, dan kekal, biasanya dijumpai dalam keluarga.

kelompok kekerabatan, rukun tetangga, rukun warga dan lain sebagainya.17

Ciri-ciri gemeinschaft menurut Tonnies18 yaitu: 1) hubungan yang intim

2) privat 3) eksklusif.

Sedang tipe gemeinschaft sendiri ada tiga yaitu:

1) Gemeinschaft by blood, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau keturunan.

2) Gemeinschaft of place, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat tinggal atau kesamaan lokasi.

3) Gemeinschaft of mind, hubungannya didasarkan pada kesamaan ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang berdekatan.

Menurut Mac Iver19, keberadaan communal code (keberagam aturan dalam kelompok) mengakibatkan komunitas terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Primary group, hubungan antar anggota komunitas lebih intim dalam jumlah anggota terbatas dan berlangsung dalam jangka waktu relatif lama. Contoh: keluarga, suami-istri, pertemanan, guru-murid, dan lain-lain. 17 Ibid, hal 128-129. 18 Ibid, hal 130-131. 19 Ibid, hal 80-81.

2) Secondary group, hubungan antar anggota tidak intim dalam jumlah anggota yang banyak dan dalam jangka waktu relatif singkat. Contoh: perkumpulan profesi, atasan-bawahan, perkumpulan minat/hobiis, dan lain-lain.

Menurut Robert K. Merton, kelompok juga dapat dibedakan menjadi:

1) Membership group

Kelompok sosial yang setiap anggotanya secara jelas sebagai anggota dan bagian dari suatu kelompok disebut dengan membership group. Membership group dikenal juga dengan istilah kelompok keanggotaan. Dalam membership group, penentuan seseorang sebagai anggota kelompok dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara seperti seleksi, tes masuk, dan sebagainya. Misalnya: seorang anggota TNI akan berperilaku sesuai dengan ketentuan dari kelompok di mana dia menjadi bagian di dalamnya. TNI adalah membership group dari orang tersebut.

2) Reference group

Selain dikenal dengan adanya membership group, dikenal juga reference group. Membership group adalah kelompok keanggotaan, sedangkan reference group adalah kelompok acuan.

Ketika seseorang yang tidak diterima menjadi salah satu anggota dalam membership group. Maka orang yang terobsesi cenderung untuk bertingkah laku dan berperilaku layaknya membership group dalam suatu kelompok. Misalnya, seseorang yang tidak diterima

menjadi anggota polri padahal itu merupakan obsesinya, kemudian dia bertingkah laku layaknya seorang anggota polri. Hal itu menunjukan bahwa polri adalah reference group dari orang tersebut.

Dokumen terkait