• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Punjabi

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.2. Profil Informan

4.3.4. Sistem Pelapisan Sosial

4.3.4.1. Komunitas Punjabi

Orang Punjabi dikenal dengan pedagang toko sport dan musik. Jaringan ekonomi mereka lebih baik, tingkat ekonomi dan pendidikan mereka juga lebih tinggi dari komunitas India yang lain yang berada di Indonesia.

Agama yang dianut orang Punjabi adalah Sikh. Kitab suci agama Sikh disebut Granth Sahib. Agama Sikh muncul karena adanya reformasi agama di Eropa pada abad ke-15 yang menyebabkan timbulnya gerakan bakti di India. Gerakan bakti mengajarkan bahwa etika pribadi merupakan inti dari agama. Agama Sikh mengenal konsep satu Tuhan dengan 10 (sepuluh) orang guru. Ada 3 prinsip utama dalam agama Sikh yaitu: pertama, “Kiri Kero” artinya setiap orang Sikh harus bekerja mencari nafkah dengan jalan halal. Kedua, “Nam Japo” artinya disepanjang hari setiap orang Punjabi harus menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, “Wand Shako” artinya setiap orang Punjabi harus memberi sedekah kepada sesama manusia.

Mereka mudah dikenali dengan cara melihat ciri khasnya, yakni memakai sorban (penutup kepala). Biasanya mereka bertempat tinggal dekat dengan lokasi usaha dagangannya. Tempat ibadah mereka yaitu di Gurudwara yang bersebelahan dengan Shri Mariamman Kuil tempat ibadah orang Tamil. Orang Punjabi diajarkan bahwa dalam hidupnya dia harus taat pada aturan agama dan budaya mereka. Aturan- aturan itu mewajibkan seseorang untuk selalu menghormati serta berbuat sesuai dengan agama dan kehendak orang tuanya.

Kebudayaan orang Punjabi dan agama Sikh sangat mempengaruhi system kekerabatan mereka. Peraturan mereka ketat dalam menjaga agar perkawinan hanya dapat dilakukan dikalangan orang Punjabi saja. Budaya dan agama masih kuat dalam mempengaruhi cara berbisnis orang Punjabi. Para pebisnis Punjabi cukup taat menjalankan upacar-upacara yang merupakan bagian dari budaya untuk melakukan permintaan doa demi kesuksesan usaha mereka. Dan hingga saat ini, orang-orang Punjabi masih lebih kuat dalam mempertahankan budaya mereka dan terkhususnya agama dibandingkan orang Tamil.

Kesuksesan bisnis orang Punjabi dilandasi oleh masih kuatnya ikatan solidaritas sesama orang Punjabi. Bila usaha mereka sudah berhasil, mereka akan membuka toko cabang di dalam maupun di luar daerah. Dan ini sudah menjadi tradisi mereka sehingga usaha mereka dapat berkembang.

Pada masa ini, penggunaan bahasa Punjabi sudah tidak murni Karena sudah tercampur dengan unsur-unsur bahasa lain seperti bahasa Hindi dan bahasa Inggris. Selain itu penggunaan bahsa Punjabi sudah mulai berkurang karena golongan muda sudah jarang menggunakan bahasa tersebut. Dalam berdagangpun mereka lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

4.3.4.2. Komunitas Tamil

Pada umumnya orang Tamil memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan hanya sedikit yang memiliki pendidikan formal. Kondisi ini tentunya akan turut menentukan atau berpengaruh terhadap cara-cara berpikir mereka, yang pada gilirannya akan berakibat pada kehidupan sosial ekonomi mereka.

Agama orang Tamil pada umumnya adalah Hindu, tetapi di Kampung Madras saat ini sudah banyak yang tidak menganut agama Hindu. Agama yang mereka anut adalah Katholik, Kristen Protestan, Budha dan Islam. Hal ini terjadi karena banyak diantara mereka yang sudah melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Bagi yang beragama Hindu, tempat ibadah mereka berada di Shri Mariamman Kuil. Bagi mereka Kuil juga berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kebudayaan etnis India sampai sekarang. Orang-orang Tamil yang bukan beragama Hindu tetap juga datang ke kuil Srimariamman untuk melakukan tradisi budaya mereka.

Walaupun mereka telah terpisah jauh secara fisik dengan pusat budayanya yaitu India, namun di daerah rantau Kampung Madras mereka berusah untuk meyesuaikan diri. Bagi perempuan Tamil, biasanya mereka memakai ”Potte” yaitu tanda bulat yang diletakkan di ddahi dengan berbagai warna, seperti: hijau, merah, hitam, kuning dan bir. Sebuah falsafah hidup yang berbunyi “Yathum Ure, Yawerum Kellir” selalu mengiringi misi budaya dan setiap tindak tanduk mereka di daerah rantau untuk menjaga mereka agar tetap bisa bertahan hidup.

Orang Tamil lebih terbuka untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga identitas dan budaya mereka berangsur-angsur mulai hilang. Walaupun budaya masih ada tetapi sudah banyak yang hilang dibandingkan dengan budaya yang dulu dibawa nenek moyang mereka. Hal ini berbeda dengan orang Punjabi yang masih tetap mempertahankan lingkungan sosial budaya mereka sehingga orang-orang Punjabi lebih mampu bertahan dengan karakteristik budayanya.

Solidaritas kelompok diantara orang Tamil masih kuat yakni berupa system tolong-menolong atau yang disebut dengan Uthewi Sheithel. Solidaritas mereka diwujudkan pada saat mengadakan kegiatan perkawinan, rangkaian upacara kematian dan acara hari-hari besar mereka. System tolong-menolong ini memiliki prinsip timbal balik; orang yang pernah membantu pada saat mereka membutuhkan maka orang yang pernah ditolong harus membantu mereka. Untuk urusan berdagang tidak dicampur adukkan dengan kegiatan budaya mereka, karena mereka juga memiliki prinsip mandiri dalam mencari kebutuhan masing-masing. Bagi orang-orang Tamil yang profesinya berdagang, mereka memiliki tradisi untuk membakar dhupa yang apabila dibakar maka asapnya akan membuat ruangan menjadi wangi dan sebelum maupun sesudah toko atau warung mereka dibuka mereka akan berdoa kepada dewa yang mereka yakini sebagai pemberi rejeki bagi mereka.

Bagi mereka yang satu etnik atau bertetangga maupun kerabat, harga barang-barang dagangan tetap saja disamakan dengan pembeli lainnya. Tetapi tidak mengurangi keakraban mereka yang satu etnik karena interaksi antar orang Tamil biasanya erjadi pada saat adanya acara-acara atau kegiatan keagamaan di Kuil.

Berdasarkan interpretasi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dilapangan, maka dapat diketahui bagaimana moral ekonomi pedagang pada komunitas etnik India di Kampung Madras Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Petisah sebagai berikut:

Matriks Moral Ekonomi NO Keterangan Moral ekonomi petani (James.C. Scott) Moral ekonomi pedagang (Hans Dieter Evers) Moral ekonomi pedagang etnik India

1 Dimensi moral Statis Dinamis dinamis

2 Pemenuhan kebutuhan

Etika subsistensi Berdagang Berdagang 3 Tindakan ekonomi Menghindari resiko cerminan langsung dari moral Sintesis moral ekonomi dan kepentingan ekonomi Memperoleh untung 4 Solidaritas (kekeluargaan)

Tinggi Berkurang Berkurang

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi perubahan dalam moral ekonomi pada masyarakat. Moral ekonomi mengalami perubahan sesuai perkembangan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Dimensi moral pada moral ekonomi petani sesuai dengan yang dinyatakan oleh James Scott bahwa moral ekonomi petani adalah statis. Norma-norma dan nilai yang diyakini senantiasa tetap dilaksanakan. Jika ada misalnya individu yang keluar dari kewajiban moral yang seharusnya maka dia akan kehilangan reputasi sebagai warga yang dihormati atau mendapat gunjingan atau ejekan. Pada moral ekonomi pedagang dan moral ekonomi etnik India senantiasa dinamis. Ini terlihat, ketika para pedagang tidak mendapatkan apa yang seharusnya diperoleh dari hasil dagangannya maka mereka akan mencari jalan keluar tanpa mengusik tatanan nilai-nilai atau budaya yang ada dalam masyarakat tersebut.pada komunitas India juga terjadi hal yang sama, menurut hasil

lapangan diketahui bahwa sistem bisnis mereka adalah bersifat turun temurun tetapimereka memiliki sifat yang mandiri. Tidak terdapat sifat untuk memanfaatkan keluarga dalam mendapatkan kebutuhan hidup karena budaya mereka mengharamkan untuk meminta-minta atau mengharapkan sesuatu kepada keluarga sehingga setiap komunitas India di kampung madras memiliki usaha masing-masing dalam pemenuhan akan hidup. Norma resiprositas pada moral ekonomi pedagang dan moral ekonomi etnik India sudah berkurang. Tindakan ekonomi pada masyarakat petani merupakan refleksi langsung dari moral ekonomi yaitu manusia bertindak sebatas tidak keluar dari etika subsistensinya. Pada komunitas India, tindakan ekonomi mereka adalah untuk memperoleh keuntungan agar kehidupan keluarga dpata berlangsung. Pada masyarakat pedagang dan komunitas India, tingkat solidaritas pada moral ekonomi sudah berkurang sedangkan moral ekonomi etnik India masih tinggi karena mereka beranggapan bahwa jumlah etnik mereka adalah sedikit sehingga mereka tetap menghargai dan memiliki ikatan yang baik diantara sesama mereka.

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Perkembangan sebuah kota sangat mempengaruhi kehidupan setiap anggota masyarakat yang berada di dalamnya baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, politik maupun aspek lainnya. Kota Medan sebagai kota yang sudah berkembang ternyata telah mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi baik pada masyarakat pribumi maupun masyarakat pendatang. Pada komunitas etnik India yang awalnya adalah sebagai pendatang dan membentuk sebuah komunitas di Kampung Madras mengalami perubahan sesuai perkembangan kota saat ini. Mata pencaharian mereka yang secara turun-temurun adalah sebagai pedagang harus mampu dipertahankan apabila tidak tergusur oleh etnik Tionghoa. Untuk mampu bersaing maka mereka harus membuat strategi bertahan yaitu dengan membuat dagangan mereka yang khas seperti makanan pakaian dan lain sebagainya yang hanya di temukanpada pedagang India.

Dunia dagang adalah salah satu mata pencaharian yang banyak digeluti oleh komunitas etnik India. Hal-hal yang sangat penting dalam menunjang usaha adalah tentang masalah modal, tenaga kerja yang baik, manajemen dan pemasaran. Tetapi ada satu yang yang tak kalah pentingnya yaitu tentang moral ekonomi pedagang yakni adanya norma-norma maupun nilai-nilai yang diterapkan oleh pedagang sesuai dengan budaya yang mereka yakini. Dilihat dari sejarahnya, komunitas etnik India sebagai pendatang dan banyak menjadi pedagang, telah menuntut mereka untuk dapat

hidup mandiri yang menjadi pedoman dalam hidup mereka. Cara berdagang yang di terapkan secara turun-menurun adalah salah cara yang samapai sekarang tetap dijalankan.

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dapi peelitian yang telah dilakukan antara lain:

1. Komunitas India di Kota Medan khususnya di Kampung Madras memiliki sifat dagang yang adalah turun temurun dalam keluarga mereka. Tindakan ekonomi mereka masih berhubungan dengan nilai-nilai budaya yang diyakini sampai saat ini.

2. Komunitas orang Tamil dan orang Punjabi adalah etnik India yang banyak berada di Kampung Madras dan Sumatera Utara umumnya. Orang Tamil lebih terbuka untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga identitas dan budaya mereka berangsur-angsur mulai hilang. Walaupun budaya masih ada tetapi sudah banyak yang hilang dibandingkan dengan budaya yang dulu dibawa nenek moyang mereka. Hal ini berbeda dengan orang Punjabi yang masih tetap mempertahankan lingkungan sosial budaya mereka sehingga orang-orang Punjabi lebih mampu bertahan dengan karakteristik budayanya.

3. Solidaritas kelompok diantara orang Tamil masih kuat yakni berupa system tolong-menolong atau yang disebut dengan Uthewi Sheithel. Kesuksesan bisnis orang Punjabi dilandasi oleh masih kuatnya ikatan solidaritas sesama orang Punjabi. Bila usaha mereka sudah berhasil, mereka akan membuka

toko cabang di dalam maupun di luar daerah. Dan ini sudah menjadi tradisi mereka sehingga usaha mereka dapat berkembang.

4. Persaingan dan adaptasi yang mampu dilakukan para pedagang komunitas India adalah dengan cara menjual atau berdagang barang atau makanan yang menjadi ciri khas mereka.

5. Pada akhirnya moral ekonomi pedagang etnik India tidak lagi relevan untuk dilakukan sesuai dengan perkembangan kota Medan saat ini. Tanpa mengurangi nilai-nilai dari budaya, dan agama komunitas etnik India tetap menjadikan nilai-nilai yang mereka yakini sebagai pedoman dalam hidup.

5.2. SARAN

Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia merupakan daya tarik tersendiri yang dilihat oleh bangsa-bangsa lain pada negeri kita ini. Beragam etnik membuat beragam bahasa daerah dan adat istiadat adalah ciri khas negeri kita. Salah satu budaya etnik pendatang yakni budaya etnik India hendaknya dapat dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri sebagai penambah keunikan bangsa Indonesia. Untuk itu, ada beberapa saran dan harapan yang dapat peneliti sampaiakn sebagai bahan masukan dalam melihat perkembangan moral ekonomi pedagang khususnya pedagang India di kota Medan, yaitu:

1. Daerah Kampung Madras kiranya dapat dijaga dan dilestarikan sebagai kawasan komunitas India yang ada di kota Medan dan bukti sejarah yang

menjadi kunjungan wisatawan luar, bukan malah di gusur atau di domonasi oleh komunitas lainnya.

2. Moral ekonomi pedagang yang di dalamnya mencakup norma-norma maupun nilai-nilai dalam aturan dalam ekonomi khususnya dalam berdagang dapat tetap dijalankan dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada agar pedagang tidak mengalami dilema tetapi tetap mampu menjaga hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga, pembeli dan dengan pedagang lainnya. 3. Pemerintah hendaknya dapat memperhatikan perkembangan usaha-usaha

kecil menengah yang ada di Kampung Madras tanpa ada pemihakan terhadap satu etnik saja.

DAFTAR PUSTAKA

BWS. 2001. Kampung Madras: Sebuah Potret Komunitas India Di Medan, naskah buku.

Damsar. 2000. Sosiologi Ekonomi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Daniel, Moehar, JR. 2001. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. Etzioni, Amitai. 1992. Dimensi Moral: Menuju Ilmu Ekonomi Baru. PT. Remaja

Rosdakarya Bandung. Bandung.

Faisal, Sanapiah. 1995. Format-format Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta.

Hefner, Robert W. 1998. Budaya Pasar: Masyarakat dan Moralitas dalam Kapitalisme Asia Baru. LP3ES. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Jakarta. Moeleong, J Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya

Bandung. Bandung.

Mubyarto. 1987. Ekonomi Pancasila: Gagasan Dan Kemungkinan. LP3ES. Jakarta. Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Putra, Ahimsa, Shri, Heddy. 2003. Ekonomi Moral, Rasional Dan Politik Dalam Industri Kecil Di Jawa. KEPEL Press. Yogyakarta.

Pringgodigado, A G. 1973. Ensiklopedia Umum. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. Rachbini, D.J. 1994. Perspektif Teori Ekonomi Politik Baru. Prisma 3, thn XXIII. Sairin, Sjafri., Semedi, Pujo & Hudajana Bambang. 2002. Pengantar Antropologi

Ekonomi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Scoot, C James.1976. Moral Ekonomi Petani: pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. LP3ES. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Rajawali Perss. Jakarta.

--- Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiolog Suatu Pengantar. Rajawali Perss. Jakarta.

Sinar, Lukman, Tengku. 2001. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Cetakan kedelapan tanpa penerbit.

Subrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Sinulingga, D Budi. 1999. Pembangunan Perkotaan Tinjauan Regional dan Lokal.

Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Jurnal dan Website

Lubis, B, Zulkifli, Desember 2005. Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan: Adaptasi dan Jaringan Sosial, Etnovisi: Jurnal Antropologi Sosial Budaya, LPM-ANTROP FISIP USU, Vol I, No.3, hlm: 138-148.

Putra, Eka, Joni. 18 Desember 2007. Moral Ekonomi, (online), (http://3kh4.wordpress.com/2007/12/18/moral-ekonomi, diakses 01 Februari 2008).

www.Google.com (http://id.wikipedia.org/India-Indonesia, diakses 22 Februari 2008).

http://www.pu.go.id/Ditjen_kota/web_metro/webmetro%20juli/web_metro/profil/met ro_meb.htm (diakses 3 Maret 2008)

Gani, Sadikin. 20 September 2006. Sekilas tentang Ekonomi Moral dan Rasional, ( http://rumahkiri.net/index.php?option=com_content&task=view&id=142 &Itemid=3, diakses 16 September 2008)

Dokumen terkait