• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi iklim di Kabupaten Bireuen sebagaimana pada umumnya di Indonesia, Kabupaten Bireuen merupakan daerah tropis dengan tipe iklim muson, dengan klasifikasi menurut sistem mohr, schimidt dan ferguson termasuk dalam

tipe C. Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Bireuen relatif lebih kering di banding dengan bagian lain di Provinsi Aceh. Hal ini di pengaruhi oleh adanya pegunungan Bukit Barisan, secara umum wilayah Timur dan Utara merupakan wilayah yang lebih kering di bandingkandengan wilayah sebelah Barat dan Selatan.

Keadaan iklim secara umum di wilayah Kabupaten Bireuen dengan suhu rata-rata 30 0C dan kelembaban udara berkisar 84 – 89 %, bila di rata-rata dalam sepuluh tahun berkisar 86,6 %. Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bireuen berdasarkan pantauan dari 4 (empat) BPP adalah berkisar 1.447 mm pertahun, dengan rata-rata hari hujan adalah sebesar 92 hari pertahun. Pada bulan Agustus sampai Desember, curah hujan bulanan mencapai maksimal dengan rata-rata berkisar antara 10 – 13 hari dalam satu bulan. Pada bulan Juni curah hujan paling rendah dengan rata-rata curah hujan berkisar 54 mm dengan hari hujan sebanyak empat hari.

Iklim berpengaruh juga terhadap persediaan air di daerah peternakan, karena air sangat diperlukan dalam pertanian dan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Ketersediaan air yang banyak dan mudah sangat besar potensinya untuk perkembangan di wilayah dekat sumber air tersebut, karena segala aktifitas membutuhkan air. Banyaknya air yang tersedia di Kabupaten Bireuen relatif dapat mencukupi untuk perkembangan usaha peternakan, bila dilihat dari banyaknya aliran sungai serta anak sungai yang mengaliri wilayah usaha peternakan.

Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia adalah faktor penting untuk keberlangsungan usaha pengembangan peternakan, karena semua rencana dan keputusan pengembangan peternakan tergantung dari kualitas sumberdaya manusian. Umur, pendidikan dan pengalaman beternak mampu mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia terhadap pengembangan ternak ruminansia. Penduduk Kabupaten Bireuen tahun 2012 adalah 406.083 jiwa yang terdiri dari 199.042 laki-laki dan 207.041 perempuan dengan kepadatan 226 jiwa/km², dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan lapangan usaha di Kabupaten Bireuen.

Uraian Jumlah

Jiwa %

Penduduk berdasarkan jenis kelamin 406.083

Laki-laki 199.042 49.02

Perempuan 207.041 50.98

Rata-rata kepadatan penduduk (jiwa/km²) 226 100 Penduduk berdasarkan sektor usaha 4.446

Pertanian 237 5.3

Pertambangan/pergalian - -

Industri pengolahan 183 4.1

Listrik, gas dan air bersih 140 3.1

Bangunan, 1.067 24.0

Perdagangan, hotel dan restoran 1.213 27.3

Pengangkutan dan komunikasi 51 1.1

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

1.396

31.4

Lainnya 159 3.6

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireuen (2012)

Sebaran penduduk di berbagai Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yakni 49.541 jiwa atau 12.20 % mendiami di Kecamatan Peusangan. Hampir sebagian besar Kecamatan menunjukkan berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hanya Kecamatan Simpang Mamplam, Jeumpa, Kota Juang dan Gandapura yang menunjukkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, dapat dilihat pada Lampiran 2 jumlah penduduk Kabupaten Bireuen 2012.

Berdasarkan lapangan usaha jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian adalah sebesar 237 jiwa (5,3 persen) meliputi tanaman pangan, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan merupakan urutan ke empat. Urutan terbesar pertama adalah sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu 1.396 jiwa (31,4 persen). Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan urutan terbesar kedua yaitu 1.213 jiwa (27,3 persen). Urutan terbesar ketiga yaitu Sektor bangunan sebanyak 1.067 jiwa (24.0 persen), dan selebihnya bekerja pada lapangan usaha industri pengelolaan, listrik, gas dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi.

Karakteristik Responden di Daerah Penelitian

Dilihat dari potensi sumberdaya manusia untuk pengembangan usaha ternak ruminansia dapat kita lihat dari karakterstik peternak. Karakteristik peternak responden dapat menggambarkan keadaan peternak serta latar belakang peternak yang berhubungan dengan keterlibatannya dalam mengelola usahanya. Keberhasilan suatu usaha peternakan sangat ditunjang oleh kamampuan peternak dalam menjalankan usaha tersebut. Karakteristik peternak dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan, pekerjaan, jumlah ternak yang dipelihara, karakteristik peternak di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 3, 4 dan 5.

Umur Peternak

Data karakteristik responden dilokasi penelitian berdasarkan umur dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12. Umur Peternak

Umur (tahun)

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

20-35 13 43,33 9 30 6 20,00

36-55 8 26,67 14 46,7 17 56,67

56-65 7 23,33 7 23,3 6 20,00

>65 2 6,67 0 0 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Tabel 12 menjelaskan bahwa mayoritas umur peternak di Kecamatan Juli sebanyak (43,33 persen) berkisar antara 20-35 tahun, umur peternak di Kecamatan Kuala sebanyak (46,7 persen) berkisar antara 36-55 tahun, sedangkan di Kecamatan Jangka sebanyak (56,67 persen) berkisar antara 36-55 tahun. Rata-rata umur peternak di Kecamatan Juli sebesar 43,50 tahun, Kecamatan Kuala 46 tahun dan Kecamatan Jangka 47 tahun. Secara umum dapat dinyatakan kisaran umur peternak di daerah penelitian sangat baik karena pada saat usia produktif peternak memiliki kondisi fisik serta kemampuan berfikir yang baik, sehingga masih memungkinkan bagi peternak untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam memelihara ternak.

Tingkat Pendidikan Peternak

Menurut Mosher (2002), bahwa pendidikan secara individual adalah penting untuk menerapkan perkembangan baru, rendahnya tingkat pendidikan juga dikarenakan tidak adanya biaya untuk pendidikan. Kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditempuh, karena berpengaruh terhadap manajemen usaha dan kemampuan peternak dalam mengadopsi informasi dan teknologi baru. Tabel 13 menunjukkan tingkat pendidikan responden di tiga Kecamatan berbeda.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Peternak

Tingkat Pendidikan

(tahun)

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Tidak sekolah 5 16,67 4 13,3 2 6,7 SD 8 26,67 10 33,3 14 46,7 SLTP 4 13,33 11 36,7 9 30 SLTA 11 36,67 4 13,3 4 13,3 Sarjana 2 6,67 1 3,3 1 3,3 Jumlah 30 100 30 100 30 100

Tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Juli, Kuala dan Jangka dari perbandingan persentase tingkat pendidikan dimana tamat SMA sebanyak (36,67 persen) sedangkan Kecamtan Kuala dan Jangka relatif sama yaitu (13,3 persen). Tamat SD (26,67 persen), (33,3 persen) dan (46,7 persen). Tingkat pendidikan terendah di Kecamatan Juli yaitu tidak tamat sekolah (16,67 persen), Kecamatan Kuala (13,3 persen) dan diikuti Kecamatan Jangka (6,7 persen). Tamat SLTP (13,33 persen) di Kecamatan (Juli, 36,7 persen), di Kecamatan Kuala dan (30 persen) di Kecamatan Jangka. Sedangkan tingkat pendidikan perguruan tinggi dimasing-masing Kecamatan adalah (6,67 persen) dan (3,3 persen). Jika dilihat dari nilai ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan seseorang rendah maka akan berpengaruh kepada tingkat kematangan berfikir, dalam mengambil keputusan secara cepat.

Pengalaman Beternak

Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan peternak dalam usaha peternakan adalah lama pengalaman peternak dalam menjalankan usaha ternaknya, semakin banyak pengalaman beternak akan semakin memudahkan

peternak, yaitu dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses manajemen usaha ternaknya. Pengalaman beternak dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pengalaman Peternak

Pengalaman (tahun)

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 - 10 16 53,3 17 56,7 18 60,0

11-20 9 30 9 30 11 36,7

21-30 5 16,67 4 13,3 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Hasil penelitian menunjukan pengalaman beternak yang dimiliki cukup lama di Kabupaten Bireuen. Rata- rata pengalaman beternak di Kecamatan Juli yaitu 11,7 tahun, Kecamatan Kuala 11,53 tahun dan di Kecamatan Jangka 10,66 tahun. Persentase pengalaman beternak dari 30 reponden masing-masing Kecamatan relatif sama yaitu Kecamatan Juli (53,3 persen), Kecamatan Kuala (56,7 persen) dan Kecamatan Jangka (60,0 persen) memiliki pengalaman dibawah 10 tahun. Sedangkan pengalaman paling rendah yaitu (3,33 persen) atau 1 orang berada di Kecamatan Jangka.

Status Pekerjaan

Kegiatan ekonomi rumah tangga yang ditekuni di pedesaan sangat beraneka ragam. Rahmat (2011) mengemukakan bahwa di pedesaan masih banyak anggota rumah tangga yang bekerja lebih dari satu jenis pekerjaan, artinya mereka mempunyai pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Hal ini menunjukkan bahwa beternak hanya sebagai pekerjaan sambilan, sehingga peternak tidak dapat fokus mengelola usahanya. Status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Status Pekerjaan

Pekerjaan

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Petani 27 90,00 24 80 28 93,33

Pedagang 2 6,67 4 13,3 1 3,33

PNS 1 3,33 2 6,7 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Sebagian besar mata pencaharian utama adalah sebagai petani Kecamatan Juli (90 persen) Kuala dan (93,33 persen) Jangka . Mata pencaharian lainnya yaitu

pedagang (6,67 persen) di Kecamatan Juli , (13,3 persen) di Kuala dan (3,33 persen) di Jangka. Masyarakat yang bermata pencaharian PNS/pegawai yaitu (3,33 persen ) di Kecamatan Juli, ( 6,7 persen) di Kuala dan (3,33 % persen) Jangka. Hal ini menunjukan bahwa usaha ternak ruminansia mulai diminati oleh berbagai macam lapisan, karena ternak ruminansia dianggap dapat memberikan penambahan penghasilan, disela waktu kosong banyak petani/ternak menambah penghasilannya dengan melakukan pekerjaan sambilan, hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga.

Jumlah Kepemilikan Ternak

Jumlah ternak yang semakin banyak akan menyebabkan seseorang peternak menyediakan waktu lebih banyak untuk mengelola usahanya, sehingga lebih banyak kesempatan baginya untuk memperhatikan perkembangan atau kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usahanya. Kepemilikan ternak dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Jumlah Kepemilikan Ternak

Kepemilikan ternak

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1-3 ekor 11 36,7 17 56,7 28 93,33

4-8 ekor 15 50,0 13 43,3 1 3,33

9-12 ekor 4 13,3 0 0 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Tabel 16 menunjukkan tingkat kepemilikan ternak berbeda-beda, dimana tingkat kepemilikan ternak terbesar yaitu Kecamatan Juli sebanyak 15 orang, 4-8 ekor atau (50,0 persen), dan rata-rata kepemilikan ternak di Kecamatan Juli yaitu 5 ekor, Kecamatan Kuala 3-4 ekor dan Kecamatan Jangka 3-7 ekor.

Alasan Beternak

Alasan peternak ketika memulai usaha peternakan ruminansia cukup beragam, dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Alasan Beternak

Alasan Beternak

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Tabungan 16 53,3 12 40 14 46,7

Hobbi 3 10 2 6,67 0 0.0

Penambahan pendapatan 11 36,7 16 53,33 16 53,3

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Sebagian besar alasan peternak di Kecamatan Juli sebanyak (36,7 persen), di Kecamatan Kuala (53,33) dan di Kecamatan Jangka (53,3 persen), peternak yang di wawancara memiliki alasan untuk memperoleh penambahan pendapatan atau keuntungan dan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga peternak. Mayoritas alasan peternak sebagai tabungan di Kecamatan Juli sebesar (53,3 persen), di Kecamatan Kuala (40 persen) dan di Kecamatan Jangka (46,7 persen) yang digunakan pada saat darurat atau pada masa musim paceklik sebagai modal tambahan. Sedangkan alasan peternak memiliki alasan berusaha ternak sebagai hobi, yang merupakan kebiasaan telah ada pada masa kecil peternak, di Kecamatan Juli sebesar 10 persen, di Kecamatan Kuala (6,67 persen) sedangkan di Kecamatan Jangka tidak di jumpai peternak yang beralasan sebagai hobi dalam beternak.

Riwayat Kepemilikan Ternak

Secara umum riwayat kepemilikan ternak yang dimiliki di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Riwayat Kepemilikan Ternak

Riwayat kepemilikan ternak

Kecamatan

Juli Kuala Jangka

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Ternak milik sendiri 13 43,3 16 53,3 13 43,3

Warisan 4 13,3 3 10 1 3,3

Bagi hasil 9 30 9 30 14 46,7

Bantua pemerintah 4 13,3 2 6,67 2 6,67

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Untuk Kecamatan Juli sebagian besar peternak atau sebanyak (43,3 persen), Kecamatan Kuala (53,3 persen) dan Kecamatan Jangka (50 persen)

merupakan ternak milik sendiri. Selanjutnya peternak yang memperoleh bantuan sapi potong dari pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan sebanyak (13,3 persen) di Kecamatan Juli (6,67 persen), sedangkan Kecamatan Kuala dan Jangka hanya (6,67 persen) peternak. Pemilikan ternak yang merupakan dari bagi hasil antar peternak sebanyak (46,7 persen) yaitu di Kecamatan Jangka. kepemilikan ternak dari warisan paling banyak di Kecamatan Juli yaitu 13,3 persen.

Manajemen Pemeliharaan Ternak dan Pemberian Pakan

Ternak yang sehat dan memiliki pertumbuhan yang baik, bisa didapatkan melalui pemeliharaan dan perawatan dengan baik. Pemeliharaan dan perawatan akan lebih baik jika menggunakan teknologi yang terbaik, supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Peternakan di Kabupaten Bireuen umumnya masih menggunakan cara tradisional dilihat dari cara pemeliharaan dan sarananya, seperti perkandangan, peralatan yang digunakan, penanggulangan penyakit, dan cara pemberian pakan serta obat-obatan. Teknologi yang sudah cukup berkembang adalah teknologi dalam bidang perkawinan, peternak sudah menggunakan teknik Inseminasi Buatan untuk perkembangbiakan ternaknya.

Kandang

Ternak yang sehat dan memiliki pertumbuhan yang baik, bisa didapatkan melalui pemeliharaan dan perawatan dengan baik. Pemeliharaan dan perawatan akan lebih baik jika menggunakan teknologi yang terbaik, supaya mendapatkan hasil yang maksimal.

Peternakan di Kabupaten Bireuen umumnya masih menggunakan cara tradisional dilihat dari cara pemeliharaan dan sarananya, seperti perkandangan, peralatan yang digunakan, penanggulangan penyakit, dan cara pemberian pakan serta obat-obatan. Teknologi yang sudah cukup berkembang adalah teknologi dalam bidang perkawinan, peternak sudah menggunakan teknik Inseminasi Buatan untuk perkembangbiakan ternaknya.

Hasil penelitian menunjukan kandang umumnya menggunakan atap rumbia dengan lantai tanah, lantai semen dan Atap seng jarang di dapatkan

kecualai kandang bantuan dari pemerintah atau pihak lain, sedangkan dinding terbuat dari kayu dan bambu. Kandang ternak dibangun tidak jauh dari pemukiman, sekitar 15-50 m dari rumah peternak bahkan ada yang membangun dipekarangan/halaman rumah. Bangunan kandang yang tidak jauh dari pemukiman, dibuat sengaja oleh peternak mengingat segi keamanan beresiko tinggi terjadi tindak pencurian dan memanfaatkan limbah ternak menjadi pupuk untuk lahan pertaniannya.

Perlengkapan kandang atau peralatan yang digunakan untuk ternak masih sederhana. Perlengkapan yang disediakan terutama adalah tempat pakan dan minum, sedangkan perlengkapan pembersihnya meliputi sekop, sapu lidi, selang air, sikat, ember, dan kereta dorong. Perlengkapan yang lain adalah tali untuk mengikat ternak dan untuk keperluan lain.

Pakan

Pakan yang diberikan adalah hijauan,daun-daunan dan jerami padi sedangkan pakan penguat berupa konsentrat tidak diberikan. Sebagian peternak tidak menambahkan pakan lain selain rumput pada ternaknya, namun ada yang menambahkan bahan lain berupa konsentrat atau ampas tahu. Pakan diberikan pada ternak langsung, biasanya dua kali sehari yaitu setiap pagi dan pada sore hari dan sebagian peternak tidak teratur memberikan pakan, apabila pada musim panen padi, kedelai dan jagung ternak dilepas dari siang sampai sore hari hari tanpa digembalakan oleh peternak.

Sebagian peternak pemberian pakan rumput diarit diberikan pada ternak pada waktu sore hari dan malam hari setelah ternak digembalakan. Waktu penggembalaan ternak selama 3 samapi 5 jam/hari, yaitu setelah peternak melakukan kegiatan bertaninya. Umumnya peternak menggembalakan ternak pada pukul 12.00–17.00 WIB. Pemberian air minum jarang dilakukan oleh peternak, karena ternak sebagian waktunya digembalakan di ladang dan di perkebunan jadi ternak mendapatkan air dari kandungan yang terdapat pada rumput.

Kesehatan

Penyakit merupakan faktor yang dapat menghambat perkembangan peternakan ruminansia. Peternak menumbuhkan minatnya dalam usaha pencegahan dan pembasmian penyakit-penyakit yang biasa berjangkit didaerahnya, dengan mengkonsultasikannya kepada dinas yang terkait atau langsung ke dokter hewan. Sebagian besar penyakit mengenai pencernaan ternak. Penyakit yang menyerang sistem pencernaan timpani/kembung, mencret dan cacingan. Hal ini disebabkan ternak dilepas sehingga kurang terkontrol terhadap pakan yang dimakan,. Penyakit lain yang sering menyerang ternak adalah ofr dan kudis. Hal ini disebabkan ketidak tahuan peternak terhadap kebersihan kandang. Sebagian peternak dalam mengobati ternak dengan memangil mantri hewan atau dokter hewan dan bagi peternak yang tidak ada akses dengan petugas kesehatan ternak, ternak di obati dengan memberikan obat tradisional.

Peternak yang tinggalnya dekat pos kesehatan memiliki akses yang lebih baik dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ternak, khususnya dalam hal pengobatan. peternak yang menggunakan jasa pelayanan petugas kesehatan ternak, menyisihkan uang untuk pemberian obat injeksi antibiotik dan vitamin terhadap ternaknya sesuai dengan kebutuhan.

Kelembagaan

Kelembagaan merupakan salah satu faktor yang cukup mendukung pengembangan peternakan, keberadaannya dapat mempermudah pelaksanaan pengembangan ternak. Kelembagaan yang baik dapat memberikan pelayanan yang baik dan maksimal terhadap kebutuhan peternak yang ada di lapangan. Kelembagaan peternakan mencakup kelembagaan di kalangan pemerintah dan kalangan peternak. Kalangan pemerintah, kelembagaan yang berkaitan adalah Dinas pertanian dan Peternakan Kabupaten Bireuen.

Peran yang dimiliki Kelembagaan sangat penting sekali, karena berawal dari program dan kebijakan yang diambil akan menentukan arah pengembangan peternakan yang inginkan. Pemerintah menyediakan yang dibutuhkan oleh peternak, bisa berupa fasilitas atau jasa lainnya. Fasilitas yang disediakan pemerintah seperti rumah potong hewan, pasar hewan, pos pelayanan IB,

pelayanan kesehatan ternak, jalur transportasi dan lainnya. Fasilitas kelembagaan ini harus senantiasa dikembangkan dan difungsikan secara optimal. Rumah potong hewan yang tersedia di Kabupaten Bireuen dengan status dikelola pemerintah berjumlah dua rumah potong, yaitu rumah potong hewan Kota Juang dan rumah potong hewan Peusangan. Keberadaan rumah potong hewan berdekatan dengan pasar tradisional dikarenakan produk yang dihasilkan berupa daging, harus cepat dipasarkan untuk dapat diperjual belikan.

Pelayanan yang dapat mendukung usaha peternak dari pemerintah yaitu dalam bidang kesehatan, dengan dibangun pos kesehatan hewan. Saat ini pos pelayanan kesehatan hewan baru berada di lima tempat, yaitu kecamatan Samalangan, Pandrah, Juli, Kota Juang, Gandapura dan Peusangan Siblah Krueng pada tahun 2013. Tujuan pelayanan kesehatan hewan itu sendiri adalah mendekatkan pelayanan kesehatan hewan dari pemerintah kepada peternak melalui kegiatan diagnosa penyakit, pengobatan, penanganan masalah reproduksi, penyuluhan kesehatan hewan dan melakukan pemantauan terhadap perkembangan kesehatan peternakan. Kelembagaan dikalangan peternak yang penting adalah kompok peternak.

Kelompok peternak merupakan sarana kelembagaan yang bagus karena dapat memudahkan pemerintah untuk mensosialisaikan programnya, seperti penyuluhan atau penyaluran bantuan. Selain itu kelompok peternak ini dapat memperkuat posisi peternak dalam menjalankan usahanya, misalkan dalam hal tawar menawar harga dengan Bandar pengumpul supaya terjadi kebersamaan harga. Saat ini kelompok peternak yang aktif di Kabupaten Bireuen berjumlah 15 (lima belas) kelompok.

Kelembagaan pemerintah dan peternakan bekerjasama dalam menjalankan program masing-masing, sehingga dapat mempermudah proses pengembangan peternakan. Program pemerintah dapat dijalankan dengan bantuan kelompok ternak, misalkan dengan mengadakan pelatihan, penyuluhan, sosialisasi teknologi baru atau menyampaikan aturan baru dalam proses usaha peternakan. Kelompok ternak sendiri dapat menyampaikan keluhan atau keinginannya kepada pihak pemerintah, melalui perwakilan dari kelompok supaya lebih mudah dan didapatkan hasil yang lebih baik.

Sarana Fisik Pendukung Utama

Fasilitas pendukung utama seperti Kantor Dinas Peternakan beserta staf dan karyawannya, rumah potong hewan (RPH), pasar hewan, Unit Inseminasi Buatan (IB) beserta petugas dan fasilitas IB, hasil samping industri pertanian sebagai bahan baku pakan konsentrat serta kelembagaan peternak (kelompok tani) merupakan potensi pengembangan ternak ruminansia di Kabupaten Bireuen. Sumberdaya manusia aparatur Dinas Peternakan di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Sarana Fisik Pendukung Utama

Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

Sumberdaya Manusia - Petugas peternakan

- Petugas Inseminasi Buatan - Petugas Medis - Petugas Paramedis Prasarana - Poskeswan - RPH - RPU

- Pasar hewan ternak kecil - Pasar hewan ternak besar - Pasar daging ternak besar - Pasar daging unggas

17 orang 14 orang 6 orang 21 orang 5 Unit 2 Unit 2 Unit 4 Unit 1 Unit 2 Unit 7 Unit

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bireuen (2012)

Jumlah rumah tangga petani peternak (RTP Ternak) di Kabupaten Bireuen adalah sebesar 25.283 KK (Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Bireuen 2012), dan yang bekerja sebagai tenaga kerja pada komoditi ternak sapi sebanyak 10.223 KK dari keseluruhan rumah tangga petani peternak, komoditi ternak kambing sebanyak 8.815 KK, ternak domba 5.120 KK sedangkan peternak kerbau paling sedikit yaitu sebanyak 1.125 KK dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Jumlah Peternak Kabupaten Bireuen Tahun 2012

Kecamatan Jumlah Peternak

Sapi Kerbau Kambing Domba

Samalanga 583 40 728 224 Simpang. Mamplam 546 140 233 230 Pandrah 384 132 322 82 Jeunieb 214 37 318 129 Peulimbang 532 68 354 270 Peudada 637 263 710 253 Juli 966 76 383 155 Jeumpa 635 23 217 176 Kota Juang 688 35 1.428 697 Kuala 491 0 428 272 Jangka 470 6 400 490 Peusangan 760 57 475 400 Peusangan Selatan 692 29 425 230 Peusangan Sb. Krueng 545 51 377 202 Makmur 566 44 661 245 Gandapura 946 65 872 443 Kutablang 568 59 484 622 Jumlah 10.223 1.125 8.815 5.120

Sumber : Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Bireuen 2012 Pemasaran

Pada umumnya peternak menjual ternaknya melalui pedagang pengumpul atau agen dan peternak sendiri, hal ini disebabkan para tengkulak dan peternak yang memiliki alat transport serta akses ke pasar dengan cepat. Peternak memilih jalur pemasaran ini karena peternak dapat langsung memperoleh uang tunai dari para tengkulak. Apabila ada peternak yang ingin menjual ternaknya hanya memberi tahu secara lisan kepada tengkulak, maka tengkulak akan datang ke peternak tersebut dengan membawa alat transport dan uang tunai. Kelemahan dari jalur pemasaran ini adalah posisi peternak yang lemah dalam menentukan harga jual dari ternaknya, karena para tengkulak lebih memiliki akses terhadap pemasaran ternak. Hal ini menyebabkan peternak mendapatkan keuntungan yang relatif kecil. Bagi peternak yang bisa menjual ternaknya ke pasar hewan yang ada di wilayah Kabupaten Bireuen akan lebih banyak keuntungan dibandingkan di jual ke agen atau pedandang pengumpul. Sedangkan para agen/tengkulak memasarkan ternak ke pasar hewan di wilayah Bireuen, Banda Aceh, Aceh Utara,

Aceh Tengah bahkan ke Sumatera Utara. Gambar 2 menunjukkan jalur pemasaran ternak dari Kecamatan Juli, Jangka, Kuala dan Kecamatan-kecamatan dalam Kabupaten Bireuen.

Gambar 2. Jalur Pemasaran Ternak Ruminansia

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui produktivitas ekonomi secara makro disuatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bireuen atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha pada tahun 2012 sebesar Rp. 7,16 trilyun dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar Rp. 2.731.536,63 atau 38,16 % dan disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sumbangan sebesar 25,78 %. sektor pengangkutan dan komunikasi dengan andil di kisaran 12 % selama 4 tahun terakhir. Sektor jasa- jasa dapat memberikan sumbangan sebesar 10,31 % pada tahun 2012 seperti terlihat pada gambar Gambar 3 di bawah ini.

Peternak Ruminansia

Peternak di Kecamatan

Agen atau Tengkulak

Kabupaten Bireuen

Aceh Utara

Aceh Tengah Banda Aceh

Pertanian 38.16 % Pertambangan /pergalian 1.06% Industri pengolahan 1.14 % Listrik, gas dan

air bersih 0.39% Bangunan, 8.72 % Perdagangan, ho t el dan restoran 25.78 % Pengangkutan dan komunikasi 12.43 % Keuangan, perse waan dan jasa perusahaan 2.00 %

Jasa-jasa 10.31 %

Gambar 3.PDRB Kabupaten Bireuen atas dasar harga berlaku 2012 (BPS Kabupaten Bireuen 2013)

Dari jumlah PDRB sektor pertanian (Gambar 3), kontribusi subsektor peternakan ialah 8,50 % atau Rp. 608.193.98 juta. Subsektor yang memberikan sumbangan tertinggi ialah Subsektor tanaman bahan makanan sebesar 17,90 %. Primadona tanaman bahan makanan di Kabupaten Bireuen adalah padi dan kedelai. Disusul oleh subsektor perikanan 8,94 %. Sedangkan kontribusi subsektor tanaman perkebunan dan subsektor kehutanan hanya sebesar 2,56 % dan 0,26 %.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada tahun 2012 adalah sebesar 5,28 %, lebih rendah dari tahun sebelumnya 6,35 %. Hal yang sama juga

Dokumen terkait