• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi

Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan ibukota kabupaten di Lubuk Basung. Secara geografis, Kabupaten Agam terletak antara 00°01’34’’ - 0°28’43’’ Lintang Selatan dan 99°46’39’’ -

100°32’50’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Agam adalah 2.232,3 km²,

terdiri dari enambelas kecamatan dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan Palembayan, sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Banuhampu (Tabel 7).

Tabel 7 Luas kecamatan di Kabupaten Agam

No Kecamatan Luas (Km²) Persentase

1 Tanjung Mutiara 205.73 9.22 2 Lubuk Basung 278.4 12.47 3 Ampek Nagari 268.69 12.04 4 Tanjung Raya 244.03 10.93 5 Matur 93.69 4.2 6 IV Koto 68.72 3.08 7 Malalak 104.49 4.68 8 Banuhampu 28.45 1.27 9 Sungai Puar 44.29 1.98 10 Ampek Angkek 30.66 1.37 11 Canduang 52.29 2.34 12 Baso 70.30 3.15 13 Tilatang Kamang 56.07 2.51 14 Kamang Magek 99.60 4.46 15 Palembayan 349.81 15.67 16 Palupuh 237.08 10.62 Jumlah 2232.3 100

Secara administratif, Kabupaten Agam dibatasi oleh beberapa kabupaten dan kota di sekitarnya (Gambar 2). Di bagian utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasaman, di bagian selatan berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten lain, yaitu Padang Pariaman, Tanah Datar, dan Kota Madya Padang Panjang. Di bagian barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, sedangkan di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota. Lokasi geografis ini sangat menguntungkan bagi Kabupaten Agam, karena terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Barat, sehingga jalur transportasi lintas nasional, lintas provinsi maupun kabupaten berada di wilayah ini.

Gambar 2 Peta administrasi Kabupaten Agam Kondisi Geografis

Kabupaten Agam merupakan daerah yang mempunyai topografi beragam, mulai dari dataran hingga pegunungan. Daerah dataran terendah berada di Kecamatan Tanjung Mutiara (sisi barat) dengan elevasi 0 mdpl, sedangkan untuk morfologi pegunungan dan perbukitan secara dominan berada di sisi timur, dimana puncak tertinggi berada pada Kecamatan Matur dengan elevasi 1.030 mdpl. Danau Maninjau sebagai kenampakan khas danau vulkanik Kabupaten Agam berada di bagian tengah yang dikelilingi oleh tebing-tebing yang sangat curam.

Berdasarkan data klimatologis dari website resmi milik Pemerintahan Kabupaten Agam dan Kabupaten Agam Dalam Angka (2011) suhu rata-rata di Kabupaten Agam adalah 20°-33° C, sedangkan curah hujan pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.031,9 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 225 hari. Curah hujan yang tergolong cukup tinggi ini membuat Kabupaten Agam memiliki kondisi kelembaban yang relatif tinggi, namun sejuk karena wilayahnya didominasi oleh relief pegunungan dan perbukitan pada bagian timurnya.

Secara geologis, Kabupaten Agam terbentuk dari dua formasi geologi berumur Kuarter (Q), serta Pra-Tersier dan Tersier (T). Adanya perbedaan formasi tersebut menunjukkan bahwa di daerah penelitian terdapat perbedaan jenis dan struktur batuan, seperti batuan endapan permukaan, sedimen, metamorfik, vulkanik, dan intrusif. Untuk batuan vulkanik secara umum persebarannya terdapat di Gunungapi Singgalang, Gunungapi Marapi, Gunungapi Tandikat, dan

Danau Maninjau. Berdasarkan peta geologi digital (PPPG, 1992) di daerah penelitian terdapat lebih kurang empat belas jenis batuan dan endapan yang tersebar dari bagian barat sampai dengan bagian timur Kabupaten Agam (Gambar 3).

Gambar 3 Peta geologi Kabupaten Agam HASIL DAN PEMBAHASAN

Geomorfologi Kabupaten Agam Bentuklahan Daerah Penelitian

Berbagai proses geomorfik, baik endogenik maupun eksogenik, telah membentuk rangkaian bentanglahan yang sekarang ada di Kabupaten Agam. Secara umum bentanglahan di Kabupaten Agam didominasi oleh topografi pegunungan, khususnya di bagian timur, yang mempunyai elevasi berkisar antara 150 m hingga 2.080 m, sedangkan di bagian barat topografi berupa dataran yang mempunyai elevasi 0 m hingga 150 m. Secara morfogenesis, bentuklahan-bentuklahan di Kabupaten Agam terdiri atas bentuklahan-bentuklahan-bentuklahan-bentuklahan tektonik dan vulkanik yang mendominasi pemandangan perbukitan dan pegunungan di wilayah ini, sedangkan proses fluvial dan marin membentuk bentuklahan-bentuklahan dataran. Dari hasil klasifikasi geomorfologi wilayah Kabupaten Agam didapatkan bahwa di wilayah ini tersusun atas 21 jenis bentuklahan dimana nama-nama bentuklahan tersebut disajikan pada Tabel 8 dan persebaran spasialnya disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta bentuklahan Kabupaten Agam

Tabel 8 Bentuklahan di Kabupaten Agam

Di bagian timur Kabupaten Agam, topografi terdiri atas pegunungan yang dikenal dengan nama Pegunungan Bukit Barisan. Pegunungan ini terbentuk dari hasil proses tektonik dan vulkanik, dimana proses vulkanik tampak lebih dominan. Proses-proses vulkanik menghasilkan morfologi pegunungan diantaranya berupa gunungapi aktif, seperti Gunungapi Marapi, Gunungapi Singgalang, Gunungapi Tandikat, dan Gunungapi Maninjau (nama sebelumnya adalah Gunung Sitinjau). Sebagian yang lainnya berupa pegunungan denudasional dan di lereng bawah merupakan dataran fluvio-vulkanik (Tabel 11).

Pegunungan denudasional (D) merupakan suatu kawasan pegunungan yang sebelumnya terbentuk oleh proses vulkanik, namun pegunungan ini telah mengalami proses denudasi lebih lanjut (Gambar 5). Bentuklahan Denudasional terbagi menjadi dua bagian, yaitu pegunungan denudasional tertoreh berat (D1) dan pegunungan denudasional tertoreh sedang (D2). Torehan yang terbentuk pada pegunungan ini merupakan indikasi terhadap umur pegunungan tersebut. Semakin banyak torehan yang terdapat pada pegunungan ini, mengindikasikan semakin lanjut umur dari pegunungan tersebut, mengingat kondisi bentanglahan di sekitarnya mempunyai formasi yang sama (vulkanik).

Kode Bentuklahan Luas

(km²) Persentase (%) VMa1 VMa2 VMa3 VMa4 VMa5 VMa6 VMr1 VMr2 VMr3 VSi1 VSi2 VSi3 VTa1 VTa2 VTa3 D1 D2 F FV FVs M

Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng Atas Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng Kaki Kerucut Vulkanik Maninjau Tebing Kaldera Kerucut Vulkanik Maninjau Tallus Colluvio-Alluvial

Kerucut Vulkanik Maninjau Dataran Alluvial Kerucut Vulkanik Marapi Lereng Atas Kerucut Vulkanik Marapi Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Marapi Lereng Kaki Kerucut Vulkanik Singgalang Lereng Atas Kerucut Vulkanik Singgalang Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Singgalang Lereng Kaki Kerucut Vulkanik Gunung Tandikat Lereng Atas Kerucut Vulkanik Gunung Tandikat Lereng Tengah

Kerucut Vulkanik Gunung Tandikat Lereng Kaki Pegunungan Denudasional Tertoreh Berat

Pegunungan Denudasional Tertoreh Sedang Dataran Fluvial

Dataran Fluvio-Vulkanik

Dataran Fluvio-Vulkanik Singgalang Dataran Marin 175.83 448.54 291.41 70.87 37.64 14.70 26.14 53.29 51.03 23.52 21.70 28.17 3.02 9.77 23.36 125.62 233.07 262.64 114.46 7.35 66.65 8.0 20.5 13.3 3.2 1.7 0.7 1.2 2.4 2.3 1.1 0.9 1.3 0.1 0.4 1.1 5.7 10.7 12.0 5.2 0.3 3.0

Gambar 5 Bentanglahan pegunungan denudasional di bagian timur Kabupaten Agam

Secara morfologi tubuh Gunungapi Marapi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kerucut vulkanik Gunungapi Marapi lereng atas (VMr1), lereng tengah (VMr2), dan lereng kaki (VMr3). Bentuklahan VMr1 merupakan bagian puncak dari gunungapi tersebut dengan lereng yang sangat curam dan pada peta kontur tampak mempunyai kerapatan kontur yang rapat. Bentuklahan VMr2 merupakan bagian yang lebih rendah dan lebih landai daripada VMr1, dan bentuklahan VMr3 merupakan bagian terendah dari tubuh gunungapi yang dicirikan dengan lereng yang lebih landai daripada VMr2. Untuk tubuh Gunungapi Singgalang dan Gunungapi Tandikat morfologinya juga dapat dibagi menjadi tiga bagian seperti tersebut di atas, yaitu kerucut vulkanik Gunungapi Singgalang lereng atas (VSi1), lereng tengah (VSi2), dan lereng kaki (VSi3), serta kerucut vulkanik Gunungapi Tandikat lereng atas (VTa1), lereng tengah (VTa2), dan lereng kaki (VTa3). Kode bentuklahan tersebut dibedakan sesuai dengan nama gunungapi, karena sangat mungkin setiap gunungapi mempunyai perbedaan karakteristik material yang dihasilkan dari produk letusannya. Tabel 9 menunjukkan gambaran visual hasil klasifikasi bentuklahan dari citra SRTM serta uraian dari komponen-komponen bentuklahan, seperti morfologi, morfogenesis, morfokronologi, dan litologi.

Gabungan endapan abu vulkanik dari Gunungapi Marapi, Gunungapi Singgalang, dan Gunungapi Tandikat yang dibawa oleh aliran air telah membentuk suatu dataran-dataran di lereng kaki (intermountain plain) yang disebut sebagai dataran fluvio-vulkanik (FV). Salah satu contoh dataran tersebut terlihat pada Gambar 6 yang terletak di lereng kaki Gunungapi Singgalang dan dinamakan dataran fluvio-vulkanik Gunungapi Singgalang (FVs).

Gunungapi Maninjau terletak di bagian tengah Kabupaten Agam. Bentuklahan pada Gunungapi Maninjau terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu dataran dasar kaldera (VMa6), tebing kaldera Maninjau (VMa5), lereng tallus colluvio-alluvial (VMa4), lereng kaki kerucut vulkanik Maninjau (VMa3), lereng tengah kerucut vulkanik Maninjau (VMa2), dan lereng atas kerucut vulkanik Maninjau (VMa1). Bentanglahan Maninjau merupakan bentanglahan hasil letusan Gunungapi Sitinjau yang telah meruntuhkan puncaknya dan membentuk sebuah kaldera. Kaldera tersebut kemudian terisi oleh material piroklastik, menjadi kedap, dan kemudian terisi oleh air sehingga membentuk sebuah danau. Sebagian dasar kaldera yang agak tinggi membentuk sebuah dataran dan merupakan tempat deposisi endapan-endapan alluvial yang berasal dari tebing kaldera di sekitarnya. Bentuklahan VMa5 merupakan tebing kaldera yang sangat curam dan berada di sekeliling danau. Tebing ini selanjutnya mengalami proses denudasi, baik berupa erosi maupun longsor.

Dari sisi elevasi bentuklahan, VMa1 merupakan bagian tertinggi dari bentanglahan di bagian tengah Kabupaten Agam. Bentuklahan ini memiliki lereng dominan yang cukup curam. Adapun bentuklahan VMa2 merupakan bagian tengah gunungapi dengan kemiringan lereng agak curam dan bentuklahan VMa3 merupakan bagian bawah kerucut vulkanik, agak landai, dan berdekatan dengan bentanglahan dataran. Beberapa gambaran lapangan dari bentuklahan-bentuklahan yang ada di bagian tengah Kabupaten Agam disajikan pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7 (a) Tebing kaldera dan (b) dataran alluvial yang subur di sekitar Danau Maninjau

Kode Nama Bentuklahan Gambar Morfologi Morfogenesis Morfokronologi Litologi/Struktur VMa1 Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng

Atas

Lereng atas, curam, 1500-2000 m

Vulkanik Kuarter Andesit Maninjau

VMa2 Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng Tengah

Lereng Tengah, agak curam, 900-1500 m

Vulkanik Kuarter Andesit Maninjau

VMa3 Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng Kaki

Lereng Kaki, landai, Vulkanik Kuarter Andesit Maninjau

VMa4 Kerucut Vulkanik Maninjau Tebing Kaldera

Tebing Kaldera, sangat curam, 800-2080 m

Vulkanik Kuarter Andesit Maninjau

VMa5 Kerucut Vulkanik Maninjau Lereng

Tallus-Colluvio

Tebing Tallus-Colluvio-Alluvial, agak curam, 500-800 m

Vulkanik, Fluvial, Gravitasi

Kuarter Andesit Maninjau

VMa6 Kerucut Vulkanik Maninjau Dataran Aluvial

Dataran Aluvial, datar, 500 m

Fluvial, Vulkanik Holosen Aluvium

VMr1 Kerucut Vulkanik Marapi Lereng Atas Lereng Atas, curam,

1800-2080

Vulkanik Kuarter Andesit Marapi

VMr2 Kerucut Vulkanik Marapi Lereng Tengah

Lereng Tengah, agak curam, 1400-1800

Vulkanik Kuarter Andesit Marapi

VMr3 Kerucut Vulkanik Marapi Lereng Kaki

Lereng Kaki, landai, 1200-1400 m

Vulkanik Kuarter Andesit Marapi

VSi1 Kerucut Vulkanik Singgalang Lereng Atas

Lereng Atas, curam, 1400-2700 m

Vulkanik Tersier Andesit

Singgalang

VSi2 Kerucut Vulkanik Singgalang Lereng Tengah

Lereng Tengah, agak curam, 1000-1400 m

Vulkanik Tersier Andesit

Singgalang

VSi3 Kerucut Vulkanik Singgalang Lereng Kaki

Lereng Kaki, landai, 900-1000 m

Vulkanik Tersier Andesit

Singgalang Tabel 9 Hasil interpretasi bentuklahan di Kabupaten Agam

VTa1 Kerucut Vulkanik Tandikat Lereng Atas

Lereng Atas, Curam, 1800-2000 m

Vulkanik Tersier Andesit Tandikat

VTa2 Kerucut Vulkanik Tandikat Lereng Tengah

Lereng Tengah, agak curam, 1300-1800 m

Vulkanik Tersier Andesit Tandikat

VTa3 Kerucut Vulkanik Tandikat Lereng Kaki

Lereng Kaki, landai, 800-1300 m

Vulkanik Tersier Andesit Tandikat

D1

Pegunungan Denudasional Tertoreh Sedang

Pegunungan, agak curam, 900-1300 m, tertoreh sedang

Denudasional, Vulkanik

Pra-Tersier, Tersier Filit, Batupasir, Batulanau, Andesit

D2 Pegunungan Denudasional Tertoreh Berat

Pegunungan, agak curam, 900-1400 m, tertoreh berat Denudasional, Vulkanik Plistosen, Pra-Tersier. Tersier Filit, BAtupasir, Andesit, Tuff Batuapung

FV Dataran Fluvio-Vulkanik Dataran, 900 m Fluvial, Vulkanik Plistosen Tuff Batuapung

FVs

Dataran Fluvio-Vulkanik Singgalang Dataran, 900 m Fluvial, Vulkanik Plistosen Tuff Batuapung

F Dataran Fluvial Dataran, 0-100 m Fluvial Holosen Aluvium

M Dataran Marin Dataran, 0 m Marin Holosen Aluvium

Dibandingkan dengan morfologi bagian tengah dan timur seperti diuraikan di atas, morfologi di bagian barat Kabupaten Agam cukup berbeda karena merupakan bentanglahan dataran yang terdiri atas bentuklahan-bentuklahan fluvial (F) dan marin (M) (Gambar 8). Bentuklahan fluvial terbentuk terutama dari hasil pengendapan bahan vulkanik Gunungapi Maninjau dan pegunungan di sekitarnya. Adapun bentuklahan marin terbentuk dari hasil kerja agen geomorfik marin berupa gelombang dan arus laut yang mengendapkan material di tepi pantai dan selanjutnya dihembuskan oleh angin menuju ke daratan. Bentuklahan M dapat dipilah lebih detil lagi menjadi gisik pantai (beach), gumuk pantai (sand dunes), beting pantai (beach ridges), dan tebing pantai (cliff).

Gambar 8 Bentuklahan gisik pantai (beach) pada bagian barat Kabupaten Agam Secara umum geomorfologi Kabupaten Agam dapat dipilah dalam tujuh kelompok bentanglahan (landscape) berdasarkan morfologi dan morfogenesisnya dan disajikan dalam Tabel 10. Untuk kelompok perbukitan dan pegunungan terdapat lima kelompok, yaitu (1) kelompok Gunungapi Maninjau yang terdiri dari bentuklahan-bentuklahan di sekitar Danau Maninjau (tersusun dari material Gunungapi Maninjau), (2) kelompok pegunungan denudasional yang merupakan gabungan dari bentuklahan-bentuklahan kompleks gunungapi tua (dicirikan oleh torehan-torehan yang lanjut yang dapat dibedakan menjadi torehan sedang hingga berat), (3) kelompok Gunungapi Marapi, (4) Gunungapi Singgalang, dan (5) Gunungapi Tandikat. Ketiga bentanglahan gunungapi terakhir ini terletak berdampingan seperti terlihat pada Gambar 4, adapun untuk kelompok (6) dan (7) berturut-turut merupakan kelompok dataran fluvial dan dataran marin.

Tabel 10 Grup bentuklahan di Kabupaten Agam

No Bentanglahan Bentuklahan 1 2 3 4 5 6 7 Gunungapi Maninjau Pegunungan Denudasional Gunungapi Marapi Gunungapi Singgalang Gunungapi Tandikat

Dataran Fluvial dan Fluvio-Marin Dataran Marin

VMa1, VMa2, VMa3, VMa4, VMa5, VMa6

D1, D2

VMr1, VMr2, VMr3 VSi1,VSi2, VSi3 VTa1, VTa2, VTa3 F, FV, FVs,

Satuan Lahan Daerah Penelitian

Satuan lahan (land unit) merupakan penjabaran lebih detil dari bentuklahan. Satuan lahan dalam penelitian ini menggambarkan keseragaman kemiringan lereng dari setiap bentuklahan, sehingga satuan lahan menggambarkan karakteristik lahan yang relatif homogen sifatnya. Kemiringan lereng dipilih sebagai faktor pembeda dalam klasifikasi satuan lahan ini dikarenakan proses longsor menurut berbagai hasil penelitian banyak dipengaruhi oleh kemiringan lereng.

Secara teknis satuan lahan diperoleh dari hasil overlay antara peta bentuklahan dan peta kemiringan lereng, sehingga satuan lahan ini polanya mengikuti bentuklahannya. Dalam penelitian ini satuan lahan digunakan sebagai satuan pemetaan untuk analisis kerentanan longsor maupun analisis bahaya longsor. Selain itu, satuan lahan juga digunakan untuk melihat hubungan antara titik-titik longsor yang diperoleh di lapangan dengan satuan lahan.

Di Kabupaten Agam wilayah dataran mempunyai kemiringan lereng datar hingga landai (0-8 %), sebaliknya wilayah dengan topografi pegunungan atau perbukitan mempunyai kemiringan lereng bervariasi dari agak curam (15-25 %) hingga sangat curam (> 40 %). Sebagian besar wilayah di bagian barat dan sebagian kecil wilayah di bagian timur Kabupaten Agam memiliki kemiringan datar sampai landai (0 – 15%). Wilayah bagian tengah hingga timur didominasi oleh kemiringan lereng dari kelas agak curam sampai sangat curam (15 - > 40 %). Daerah yang mempunyai kemiringan lereng paling curam adalah tebing-tebing yang terdapat di sekitar Danau Maninjau dengan kemiringan lereng > 40 %, meskipun relief di bagian bawahnya adalah dataran dengan kemiringan lereng 0-8 % (Gambar 9).

Gambar 10 Peta satuan lahan di Kabupaten Agam

Gambar 10 menunjukkan persebaran spasial satuan lahan yang diperoleh dari hasil overlay seperti tersebut di atas. Setiap satuan lahan diberi kode tertentu yang merupakan kombinasi antara kode bentuklahan dan kode kemiringan lereng (angka 1 sampai 5). Dari Gambar 10 terlihat bahwa satuan lahan di bagian timur daerah penelitian mempunyai variasi kemiringan lereng dari kelas 2 sampai 5 atau mempunyai kemiringan lereng dari landai (8 %) sampai sangat curam (> 40%). Sebaliknya di bagian barat dari Kabupaten Agam satuan lahan lebih didominasi oleh kemiringan lereng yang landai (0 – 8 %) atau lereng kelas 1, sehingga kode satuan lahan di wilayah ini diakhiri dengan angka 1, seperti M1, F1, FV1, dan FVS1.

Penilaian Kerentanan (Susceptibility) dan Bahaya (Hazard) Longsor di Kabupaten Agam

Kerentanan Longsor

Kerentanan longsor menggambarkan suatu kondisi alami dari suatu lingkungan dimana proses longsor berpotensi untuk terjadi. Mengingat kejadian longsor terdiri dari massa tanah dan/atau batuan serta dipengaruhi oleh gravitasi, maka untuk mengukur kerentanan longsor diambil beberapa parameter penting yang berpengaruh terhadap proses longsor. Parameter-parameter tersebut adalah kemiringan lereng, jenis batuan, dan kedalaman lapukan batuan atau kedalaman tanah. Ketiganya selanjutnya dianalisis dengan metode MCE. Kemiringan lereng dalam hal ini menggambarkan stabilitas permukaan lahan terhadap gaya gravitasi, jenis batuan menggambarkan kekuatan atau daya tahan material terhadap gaya gravitasi, sedangkan kedalaman tanah menggambarkan jumlah material yang siap untuk dilongsorkan. Kedalaman tanah yang dimaksud dalam penelitian ini secara morfologi mencakup horizon A sampai dengan C.

Berdasarkan konsep tersebut di atas dan hasil analisis serta klasifikasi selanjutnya diperoleh hasil kelas kerentanan longsor untuk Kabupaten Agam seperti disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Hasil analisis kerentanan longsor di Kabupaten Agam Kelas Kerentanan Longsor Luas (km²) Persentase

Tidak rentan (aman) 1211.5 54.3

Kerentanan Rendah 331.7 14.9

Kerentanan Sedang 271.6 12.2

Kerentanan Tinggi 414.7 18.6

Berdasarkan Tabel 11 tersebut terlihat bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Agam masih berada dalam kelas aman dan kerentanan rendah (69 %). Kelas ini jika dilihat persebarannya berada di bagian barat daerah penelitian dan sebagian kecil berada di bagian timur (Gambar 11). Adapun seperlima dari wilayah penelitian (18 %) mempunyai kerentanan tinggi yang tersebar di bagian tengah dan bagian timur. Kelas kerentanan sedang dan rendah luasnya relatif lebih

kecil, berturut-turut 12 % dan 15 %, yang tersebar di bagian tengah sampai timur Kabupaten Agam. Pola persebaran kerentanan longsor tampak mengikuti pola umum persebaran bentuklahan (landform) dimana di bagian tengah dan timur memiliki kerentanan yang tinggi sesuai dengan kondisi topografinya berupa perbukitan dan pegunungan.

Tabel 12 berikut memperlihatkan hubungan antara kelas kerentanan tinggi dengan bentanglahannya. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa kelas kerentanan tinggi tersebar pada bentanglahan Gunungapi Maninjau (42.5 %), kemudian pada bentanglahan Pegunungan Denudasional (28.4 %), pada bentanglahan Gunungapi Marapi (15.9 %), pada bentanglahan Gunungapi Singgalang (11.0 %), dan pada bentanglahan Gunungapi Tandikat (2.1 %). Dengan demikian tampak bahwa wilayah-wilayah yang rentan longsor di Kabupaten Agam berada pada bentanglahan vulkanik, khususnya di Gunungapi Maninjau dan Pegunungan Denudasional.

Tabel 12 Matrik hubungan bentanglahan dan kerentanan tinggi

Bentanglahan Luas (km²) Persentase

Gunugapi Maninjau 212.0 42.5 Pegunungan Denudasional 141.7 28.4 Gunugapi Marapi 79.5 15.9 Gunugapi Singgalang Gunungapi Tandikat 54.6 10.7 11.0 2.1

Bila dihubungkan dengan satuan lahan, tampak bahwa persebaran kerentanan longsor sesuai pula dengan sifat satuan lahannya. Daerah dengan satuan lahan yang memiliki kelas kemiringan lereng lebih tinggi mempunyai kelas kerentanan longsor yang tinggi dan daerah dengan kemiringan lereng yang datar memiliki tingkat kerentanan yang rendah atau bahkan aman. Sebagai contoh di bagian barat Kabupaten Agam memiliki satuan lahan M1 dan F1 yang memiliki lereng yang datar, sehingga wilayah ini tergolong aman dari longsor. Begitu pula untuk wilayah di bagian timur yang memiliki satuan lahan FV1 dan FVS1 yang juga memiliki kelas kerentanan aman. Namun untuk satuan-satuan lahan vulkanik yang mempunyai kemiringan lereng bervariasi, mulai landai (8 %) sampai sangat curam (> 40 %), mempunyai kelas kerentanan longsor yang bervariasi pula mulai dari rendah sampai tinggi.

Secara administratif wilayah-wilayah yang mempunyai kerentanan tinggi di Kabupaten Agam berada di Kecamatan Ampek Angkek Candung, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Malalak, Kecamatan Palupuh, Kecamatan Palembayan, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Baso, dan Kecamatan Tanjung Raya (Tabel 13). Menurut Tabel ini terlihat bahwa Kecamatan Palupuh memiliki wilayah kerentanan tinggi yang paling luas, sehingga kecamatan ini perlu mempunyai prioritas program pengelolaan wilayah yang terkait dengan penanggulangan bencana longsor di waktu mendatang.

Tabel 13 Kelas kerentanan longsor tinggi di setiap kecamatan di Kabupaten Agam

Kecamatan Kerentanan Tinggi

Luas (km²) Persentase (%) Tanjung Mutiara Lubuk Basung Ampek Nagari Tanjung Raya Matur Malalak Banuhampu

Ampek Angkek Candung Baso Tilatang Kamang Kamang Magek Palembayan Palupuh IV Koto 0.5 8.4 33.2 67.4 17.8 38.7 13.3 10.6 14.6 4.0 34.2 65.4 87.6 16.8 0.1 2.0 8.1 16.3 4.3 9.4 3.2 2.6 3.5 1.0 8.3 15.9 21.2 4.1 Bahaya Longsor

Hasil penilaian dan pemetaan kerentanan longsor seperti tersebut di atas ini selanjutnya akan digunakan untuk menilai bahaya longsor yang akan dianalisis dengan variabel-variabel pemicu longsor lain, yaitu curah hujan dan penggunaan lahan. Metode penilaian bahaya longsor yang digunakan sama dengan metode penilaian untuk kerentanan longsor, yaitu dengan metode MCE.

Curah Hujan

Berdasarkan klasifikasi iklim versi Oldeman, iklim di Kabupaten Agam dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu tipe iklim A, B1, B2, C1, D1, dan E2 (Gambar 13). Tipe iklim A merupakan wilayah dengan curah hujan tertinggi disusul oleh tipe iklim B, C, D, sedangkan tipe iklim E merupakan wilayah dengan curah hujan terendah karena memiliki bulan basah yang jumlahnya relatif sangat kecil. Berdasarkan data dari website resmi Pemerintahan Kabupaten Agam (www.agamkab.go.id, 2012) daerah penelitian terbagi menjadi empat kelas curah hujan (klasifikasi Oldeman), yaitu :

1. Daerah dengan curah hujan > 4.500 mm/tahun tanpa bulan kering (Tipe A), yang berada disekitar lereng Gunung Marapi-Singgalang atau meliputi sebagian wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.

2. Daerah dengan curah hujan 3.500-4.500 mm/tahun tanpa bulan kering (Tipe A1) yang mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Baso, dan Kecamatan Candung Ampek Angkek.

3. Daerah dengan curah hujan 3.500-4.500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palupuh, Kecamatan Palembayan, dan Kecamatan IV Koto.

4. Daerah dengan curah hujan 2.500-3.500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan Tanjung Raya.

Gambar 12 Peta iklim Kabupaten Agam

Penutupan/Penggunaan Lahan

Sebagian wilayah Kabupaten Agam merupakan wilayah yang masih tertutupi oleh hutan alam, terutama di wilayah-wilayah perbukitan dan pegunungan. Selain hutan alam, terdapat pula kebun dan perkebunan yang menutupi hampir seluruh wilayah bagian barat dari kabupaten ini. Bagian timur Kabupaten Agam didominasi oleh penggunaan lahan lain, yaitu sawah, tegalan, ladang, dan tanah-tanah terbuka. Penggunaan lahan ini banyak terdapat di Kecamatan Baso, Kecamatan Candung, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Palupuh, dan Kecamatan Tilatang Kamang. Beras dari Kecamatan Tilatang Kamang merupakan produk pertanian terbaik dari Kabupaten Agam. Adapun lahan-lahan terbangun, seperti perumahan, pemukiman, atau perkampungan sebagian besar menyebar disepanjang jalan-jalan yang ada di Kabupaten Agam. Lahan terbangun ini ada yang berpola terpusat, seperti di Kecamatan Lubuk Basung, di daerah perbatasan dengan Kota Madya Bukittinggi, dan di sekitar pantai di Kecamatan Tiku, sedangkan di kecamatan-kecamatan lainnya, lahan terbangun mempunyai pola menyebar di daerah-daerah yang terjangkau oleh akses jalan raya.

Gambar 13 Peta penutupan/penggunaan lahan Kabupaten Agam

Dari data curah hujan dan penutupan/penggunaan lahan daerah penelitian seperti tersebut di atas selanjutnya dapat dilakukan penilaian terhadap bahaya

Dokumen terkait