• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Energi Wilayah Sumatera

BAB 3 SUMBER DAN PENGUMPULAN DATA

4.1 Kondisi Energi Wilayah Sumatera

Permintaan energi di wilayah Sumatera masih didominasi oleh sektor transportasi. Permintaan sektor transportasi mengalami peningkatan sebesar 6 % pertahun dari 60,5 Juta SBM di tahun 2010 menjadi 108,6 Juta SBM di tahun 2020. Tingginya konsumsi untuk sektor transportasi kemungkinan didorong oleh pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang sudah cukup baik di wilayah Sumatera namun tidak diimbangi oleh pilihan moda transportasi khususnya transportasi publik. Subsektor transportasi, yang paling mempengaruhi peningkatan adalah sub sektor kendaraan sepeda motor dan truk. Adapun permintaan sub sektor untuk kendaraan sepeda motor meningkat dari 26,5 Juta SBM pada tahun 2010 menjadi 55,7 Juta SBM pada tahun 2020. Untuk sub sektor truk meningkat dari 17.959 Juta SBM pada tahun 2010 menjadi 30,4 Juta SBM pada tahun 2020. Sementara itu untuk sektor Industri, konsumsi energi sektor industri mengalami peningkatan permintaan energi sebesar 7% pertahun yakni 27 Juta SBM pada awal tahun 2010 dan meningkat menjadi

50,9 Juta SBM pada akhir 2020. Dengan peningkatan terbesar pada sub sektor industri makanan yang meningkat dari 11,7 Juta SBM pada tahun 2010 menjadi 22 Juta SBM pada tahun 2020. Untuk sektor komersial, walaupun jumlah konsumsi energinya relatif kecil namun terjadi peningkatan yang cukup tinggi yaitu 6,3 Juta SBM pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 13,2 Juta SBM pada tahun 2020. Jika dilihat lebih dalam pada sub sektor yang ada, sub sektor jasa komersial menjadi salah satu yang meningkat yaitu pada tahun 2010 mencapai 4,3 Juta SBM menjadi 7,9 Juta SBM pada tahun 2020.

Tahun Lainnya Transportasi Industri Komersial Rumah Tangga

2010 3.792 60.545 28.421 6.468 15.920

2015 5.016 82.514 37.978 9.146 18.524

2020 6.933 108.578 53.738 13.553 21.215

Gambar 8 Permintaan Energi per Jenis Wilayah Sumatera

Berdasarkan jenis energinya, BBM merupakan jenis energi final yang menempati pangsa terbesar dalam penggunaan energi pada wilayah Sumatera. Gambar diatas menjelaskan bahwa pada tahun 2010 jenis energi yang mendominasi dari segi permintaan adalah minyak solar dan diikuti oleh premium. Namun demikian, berdasarkan proyeksi yang telah dilakukan pada tahun 2015 dan tahun 2020 jenis energi yang akan mendominasi permintaan adalah adalah minyak solar dan diikuti oleh premium akan tetap mendominasi kebutuhan energi pada wilayah ini. Sedangkan untuk energi jenis lain seperti gas bumi, batubara, minyak tanah dan LPG akan terjadi peningkatan permintaan energi yang tidak terlalu besar yakni sekitar 2% pertahun.

4.1.2 Penyediaan Energi Wilayah Sumatera

Pulau Sumatera merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, membagi pulau Sumatera menjadi dua bagian, Sumatera belahan sebelah utara dan Sumatera belahan sebelah selatan. Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan

landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

Gambar 9 Peta Wilayah Sumatera

Hasil Focus Group Discusion (FGD) menunjukkan bahwa potensi energi di Wilayah Sumatera sangat besar namun sebaliknya kebutuhan energi di wilayah ini juga cukup besar terutama untuk dapat menunjang pertumbuhan ekonomi, transportasi dan industri yang semakin tinggi diwilayah ini sehingga terjadi defisit energi yang besar terutama BBM, listrik dan gas alam di hampir seluruh Wilayah Sumatera. Oleh karena itu terjadi ketergantungan antar daerah yang sangat tinggi akan suplai energi dari provinsi terdekat seperti Provinsi Aceh sangat tergantung kepada suplai energy listrik dari Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Bengkulu tergantung dari Provinsi Sumatera Selatan.

Sementara itu, adanya suplai gas alam membuat ketergantungan akan suplai energi dari provinsi tetangga terutama diakibatkan karena belum terintegrasikannya jaringan listrik antara pusat pembangkit dengan pusat beban atau pusat konumsi, karena tidak adanya interkoneksi jaringan transmisi listrik, sehingga masih banyak pembangkit listrik di daerah yang terisolir yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang masih memakai BBM yang berakibat tingginya biaya produksi sehingga tidak sesuai dengan harga jual listrik didaerah tersebut yang masih rendah. Oleh karena itu, karena kurangnya suplai tenaga listrik dan pengaturan beban yang tidak dapat dilakukan secara efisien sehingga jika terjadi gangguan pada pembangkit atau jaringan listrik yang ada, maka terpaksa harus dilakukan pemadaman bergilir.

Tabel 11 Potensi Sumber Daya dan Infrastruktur Energi

No Provinsi Infrastruktur Energi Potensi Minyak Bumi Potensi Gas Bumi Potensi Panas Bumi Potensi Batubara

1 Aceh PLTA, LNG Arun 150,68

MMSTB

6,93 TSCF 1.307 mwe 450 juta ton

2 Sumatera Utara PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, Smelter Aluminium 109,05 MMSTB

1,20 TSCF 2.762 mwe 27 juta ton

3 Sumatera Barat

PLTA

3.386,55

MMSTB 8,06 TSCF

1.788 mwe 795 juta ton

4 Riau Kilang BBM, Jalur Pipa Gas

25 mwe 1.8 milyar ton 5 Kepulauan

Riau

Jalur Pipa Gas 373,23

MMSTB

50,48 TSCF - -

6 Jambi PLTA, Jalur Pipa Gas - - 1.032 mwe 2.2 milyar

ton

7 Bengkulu PLTA - - 1.362 mwe 192 juta ton

8 Sumatera Selatan Kilang BBM, PLTU, PLTG, Pabrik Pupuk 1.007,07 MMSTB

18,32 TSCF 1.855 mwe 50 milyar ton

9 Bangka Belitung

Smelter Timah - - 105 mwe -

10 Lampung PLTA, PLTU, PLTP - - 2.571 mwe 107 juta ton

Sumber: Hasil FGD Sektor Sumber Daya Energi Mineral dan Pertambangan tahun 2014

Produksi gas alam di Wilayah Sumatera masih diprioritaskan untuk ekspor melalui pipa ke Singapura dan Malaysia, sehingga kegiatan industri di Wilayah Sumatera masih akan terus dibayangi oleh potensi defisit gas. Dalam hal ini konsumen gas alam di Wilayah Sumatera tidak dapat melakukan apa-apa karena sesuai kontrak penjualan jangka panjang gas alam ke luar negeri pembeli luar negeri selalu dilindungi dengan berbagai cara untuk memperoleh penggantian suplainya dengan cara best effort, dan hal tersebut tidak berlaku

untuk kontrak penjualan gas di dalam negeri. Hal ini juga akan mengakibatkan terhentinya suplai gas alam secara tidak terduga jika terjadi gangguan atau masalah pada produksi di hulu atau pada pipa transmisi gas alam itu sendiri. Khusus bioenergi, meskipun di Wilayah Sumatera banyak perkebunan sawit yang memproduksi banyak CPO berkualitas yang dapat dijadikan bahan baku biofuel, namun perusahaan lebih suka mengekspor hasil CPO dibandingkan mengolah menjadi biodiesel di dalam negeri karena nilai jual yang jauh lebih tinggi.

Tabel 12 Kondisi Kelistrikan di Wilayah Sumatera

No Provinsi Beban Puncak

(MW) Rasio Elektrifikasi (Persen) 1 Aceh 350 89.19 2 Sumatera Utara 1.450 90.23 3 Riau 523 79.59 4 Kepulauan Riau 51 75.10 5 Sumatera Selatan 869 71.11 6 Sumatera Barat 485 86.48 7 Jambi 301 76.02 8 Bengkulu 154 79.59 9 Lampung 717 74.05 10 Bangka Belitung 177 98.20

Sumber : Kementerian ESDM, Diolah Bappenas 2014

4.2 Kondisi Energi di Wilayah Jawa dan Bali

Dokumen terkait