• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM

4.3 Kondisi Fisik Hutan

Keadaan topografi areal IUPHHK PT DRT terdiri atas dataran rendah pantai dan dataran dengan ketinggian 2-8 m dpl. Pada umumnya areal PT DRT merupakan daerah lahan basah tergenang air (rawa) yang mempunyai kelerengan di bawah 8%. Tinggi genangan air bervariasi tergantung musim, pasang tinggi air laut dan curah hujan yang berkisar antara pergelangan kaki sampai pinggang orang dewasa (PT DRT 2010).

4.3.2 Hidrologi

Areal kerja IUPHHK PT DRT terletak di bagian timur DAS Sungai Rokan dengan beberapa sungai yang mengalir ke barat dan selatan, utara dan timur (Selat Malaka). Sungai-sungai yang mengalir ke bagian barat-selatan yang bermuara ke Sungai Rokan adalah Sungai Pasir Besar, Sungai Agar, Sungai Labuan Tangga Besar, Sungai Labuan Tangga Kecil dan Sungai Bantaian. Sungai-sungai yang ke Utara dan ke arah Timur bermuara ke Selat Malaka adalah Sungai Serusa, Sungai Pematang Nibung, Sungai Nyamuk, Sungai Sinaboi, Sungai Teluk Dalam, Sungai Sinepis Besar dan Sungai Sinepis Kecil. Sungai yang mengalir dari bagian selatan ke arah utara adalah Sungai Sekusut.

Air pada genangan rawa berwarna cokelat tua yang berasal dari tanah gambut. Pelumpuran yang terjadi sangat sedikit, kecuali yang dekat dengan aliran Sungai Rokan.

Kedalaman Sungai Rokan dipengaruhi oleh pasang dan surut air laut. Mulai tahun 2009 base camp (log pond) dipindahkan ke Sungai Sinepis mengingat areal kerja blok RKT berada lebih dekat dengan Sungai Sinepis (PT DRT 2010).

4.3.3 Geologi

Berdasarkan peta satuan lahan dan tanah PPT dan Agroklimat, Bogor (1990) dalam PT DRT (2010). Lembar Dumai dan Bagan Siapiapi (0817 dan 0818) formasi geologi areal hutan IUPHHK PT. Diamond Raya Timber terdiri dari sedimen aluvium tersier dan kuarter. Formasi tersier menempati daerah antiklinarium yang ditempati daerah telisa (Tmt). Formasi telisa dicirikan oleh batu-batu lumpur kelabu bergamping dengan sedikit sisipan batu gamping dan busa gamping. Kandungan deposit bahan tambang di areal kerja IUPHHK PT. Diamond Raya Timber sampai saat ini belum diketahui.

Formasi kuarter ditempati formasi endapan permukaan muda (Ph) dan endapan permukaan tua (Qp). Endapan permukaan muda merupakan daerah yang didominasi oleh bahan organik berupa kubah gambut dan hanya sebagian kecil terbentuk dari lempung yang membentuk aluvial sungai. Endapan permukaan tua adalah daerah basah (basin) dan daerah kering (upland) (PT DRT 2010).

4.3.4 Tanah

Fisiologi tanah di areal PT. Diamond Raya Timber berdasarkan Buku Satuan Lahan dan Tanah Lembar Dumai, dikelompokkan ke dalam tiga grup, yaitu Grup Kubah Gambut, Grup Aluvial dan Grup Marin. Grup Kubah Gambut mendominasi areal ini, yang berkembang dari endapan organik permukaan muda (Ph) dan tua (Qp). Secara umum tanah gambut semakin tebal jika makin jauh dari sungai. Ketebalan gambut bisa melebihi tiga meter dibagian pinggir dan dapat mencapai delapan meter dibagian tengah-selatan. Terdapat pula sedikit tanah glay, aluvial dan podzolik.

Grup alivial berkembang dari endapan aluvial sungai dan menempati jalur aliran sungai yang ditandai dengan adanya pasang surut. Dataran banjir dari sungai bermeander terutama membentuk rawa belakang yang luas dan selalu jenuh air (PT DRT 2010).

4.3.5 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid dan Furgoson (1951) dalam PT DRT (2010b), areal kerja IUPHHK PT. Diamond Raya Timber termasuk kedalam tipe A dengan nilai Q adalah 10,1%. Curah hujan per tahun 2.358 mm, sedangkan curah hujan bulanan rata-rata berkisar 51,32 - 301,6 mm/bulan, curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Maret (51,3 mm/bulan) dan Juli (73,80 mm/bulan). Rata-rata hari hujan adalah 12 hari/bulan, hari hujan tertinggi jatuh pada bulan Nopember (14 hari/bulan) dan terendah pada bulan Februari (3,3 hari/bulan).

Suhu udara rata-rata di areal kerja PT. Diamond Raya Timber hampir merata sepanjang tahun yaitu berkisar antara 25oC - 27oC. Demikian juga kelembaban nisbi bulanannya yaitu antara 79% - 90%. Rata-rata kecepatan angin berkisar antara 8 - 21 km/jam. Belum pernah dilaporkan adanya angin puting beliung. Arah angin yang umum terjadi pada bulan-bulan tertentu pada yaitu Timur Laut pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret; Tenggara pada bulan April, Mei, Juli dan September; Selatan pada bulan Juni dan Agustus; Barat Laut pada bulan Nopember, serta Barat Daya terjadi pada bulan Oktober.

Pada umumnya presipitasi mencukupi dan tersebar dengan baik guna mengurangi resiko kebakaran hutan. Namun demikian, iklim luar biasa dapat

terjadi berkaitan dengan el nino yang menyebabkan musim kemarau panjang sehingga meningkatkan resiko kebakaran hutan dari aktivitas kerja masyarakat lokal di sekitar batas hutan. PT DRT telah memiliki prosedur pencegahan kebakaran dan pemadamannya (PT DRT 2010).

4.4 Keadaan Hutan

4.4.1 Tipe Hutan dan Asosiasi Vegetasi

Terdapat dua tipe utama ekosistem hutan di dalam areal keja IUPHHK PT DRT yaitu hutan rawa gambut dan hutan mangrove, serta diantara kedua tipe tersebut terdapat daerah peralihan yang disebut daerah ekoton. Luas kawasan lindung gambut di PT DRT adalah 4.670,28 ha, sedangkan hutan mangrove dan ekoton 3.204,93 ha. Tipe hutan rawa gambut di areal keja IUPHHK PT DRT termasuk tipe gambut pantai yang terletak di daerah depresi antara Sungai Rokan dan Selat Malaka. Berdasarkan asosiasi vegetasi terdapat tiga asosiasi hutan rawa gambut mulai dari gambut dangkal sampai gambut dalam. Masing-masing asosiasi vegetasi diberi nama menurut jenis pohon komersil yang dominan, yaitu asosiasi Terentang-Pulai pada ketebalan gambut < 3 m, asosiasi Balam-Meranti Batu pada ketebalan gambut 3-6 m dan asosiasi Ramin-Suntai pada ketebalan gambut > 6 m.

Tipe ekosistem hutan mangrove areal keja IUPHHK PT DRT terletak di pantai Utara-Timur yang berbatasan dengan Selat Malaka. Pada lokasi tersebut terbentuk habitat berlumpur yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dan sesuai dengan pertumbuhan hutan mangrove. Lebar jalur hutan mangrove berkisar 200 – 800 m. Zonasi hutan mangrove dari arah laut meliputi asosiasi Sonneratia- Rhizospora spp. yang disusul oleh asosiasi Xylocarpus-Bruguiera spp., sedangkan dari arah tepi sungai dimulai dengan nipah (Nypa fruticans), Xylocarpus granatum sampai Bruguiera cylindrica di bagian tengah. Terdapat juga areal tak berhutan dan belukar (PT DRT 2010).

4.4.2 Pemanfaatan Lahan di Sekitar Areal Konsesi

Berdsarkan karakteristik fisiografi ekosistem hutan rawa gambut, areal yang termasuk kategori subur, yaitu areal yang terdapat deposit tanah mineral (aluvial),

berada di sepanjang sisi sungai dan pantai. Di lokasi tersebut biasanya terdapat pemukiman warga (desa atau kecamatan) dan lahan pertanian intensif. Di areal tersebut juga terdapat jalan aspal yang menghubungkan kota Pekanbaru dan Dumai dengan Bagan Siapiapi.

Penggunaan lahan di luar areal hutan meliputi pemukiman warga, tanah garapan/pertanian tanaman pangan, perkebunan milik masyarakat lokal (khususnya perkebunan kelapa sawit), perkebunan sawit swasta serta lahan semak dan tanah yang terabaikan (PT DRT 2010).

4.4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Masyarakat di sekitar areal PT. DRT sebagian besar adalah suku Melayu dan keturunan etnis Cina (di daerah Sinaboi, Sungai Bakau, Bagan Hulu dan Bagan Timur), sebagian kecil lainnya adalah pendatang dari Pulau Jawa, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan sebagainnya.

Mata pencaharian masyarakat di sekitar areal PT. DRT antara lain adalah nelayan, petani padi dan tanaman pangan lainnya, perkebunan kelapa sawit hasil hutan kayu dan non kayu. Permasalahan ekonomi masyarakat di sekitar areal PT. DRT antara lain adalah sebagian besar termasuk masyarakat miskin dengan mata pencarian rata-rata pertanian, berpendidikan rendah tanpa didukung fasilitas yang memadai, interaksi masyarakat dengan perusahaan terfokus hanya pada daerah berlangsungnya aktifitas (PT DRT 2010).

Dokumen terkait