• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Pola Hidup Masyarakat

Hasil Survey EHRA memperlihatkan bahwa kebiasaan masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan pada umumnya belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting pada keluarga. Pada Grafik berikut terlihat hanya 16,83 % saja yang melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting, bahkan ada 6,73 % yang melakukan praktek cuci tangan pakai sabun selain waktu utama antara lain setelah makan dan setelah melakukan pekerjaan rumah.

Grafik 3.

Praktek CTPS Pada keluarga Berdasarkan Survey EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011

Pada keluarga yang memiliki balita hendaknya melakukan praktek cuci tangan pakai sabun setidaknya di tiga waktu utama antara lain :

1. Setelah BAB

2. Sebelum menyiapkan makanan 3. Sebelum Makan

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 35

Berdasarkan Survey EHRA kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada keluarga yang mempunyai balita belum membudaya, umumnya Hanya 16,8 % saja yang melakukan cuci tangan pakai sabun di tiga waktu utama, sedang cuci tangan pakai sabun di dua waktu utama sebanyak 19,75 % dan sebanyak 24,5 % yang melakukan cuci tangan pakai sabun pada satu waktu utama. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.

Praktek CTPS Pada keluarga yang mempunyai Balita Berdasarkan Survey EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011

Lokasi Praktek cuci tangan pakai sabun berdasarkan survey EHRA di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011 paling banyak berada di Sumur yaitu 39,8 %, Kemudian di Kamar Mandi sebanyak 25,99 %, sedangkan yang melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di dapur sebanyak 23,97 % dan untuk lokasi tempat jamban sebanyak 6,63 %. Selanjutnya untuk lebih lengkapnya lokasi praktek cuci tangan pakai sabun dapat dilihat pada grafik 3..

Grafik 3.

Lokasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) berdasarkan Survey EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011

Hasil Survey PHBS yang dilakukan oleh Dinkes pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 3.5. Berdasarkan survey PHBS tersebut dapat dilihat indikator masyarakat yang menggunakan air sumur sebanyak 79%, diikutin dengan air ledeng 9,39%, penampungan air hujan 2,94% dan menikmati air bersih dari sumber lainnya sebanyak 8,48%. Masyarakat yang sudah memiliki jamban sehat sebanyak 52,87%, pemanfaatan sampah sebanyak 60,83% dan memiliki pengolahan air limbah sebanyak 44,78% dan akses air bersih 100%. Sementara rumah sehat yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 64,70%. Survey PHBS tersebut dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. Salah satu indikator promosi kesehatan adalah Rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang memenuhi indikator PHBS. Adapun indikator PHBS yang diberlakukan di Pesisir Selatan adalah menggunakan 10 indikator minimal dari Depkes diantaranya :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Pemberian ASI Ekslusif

3. Melakukan Penimbangan terhadap bayi dan balita 4. Melakukan Aktifitas Fisik

5. Biasa makan sayur dan buah-buahan 6. Tidak Merokok di dalam rumah 7. Melakukan Cuci tangan

8. Rumah Bebas jentik 9. Tersedia Air Bersih 10. Tersedia Jamban

Tabel 3.

Hasil Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010

No Indikator Keterangan

1 Sarana Air Bersih Persentase tertinggi adalah sumur gali 79,18%, ledeng 9,39%, penampung air hujan 2,94%, dan lainya 8,48

2 Sanitasi Dasar Seperti jamban sehat 52,87%, pemanfaatan sampah 60,83%, yang memiliki pengolahan limbah 44,78% dan akses air bersih 100% 3 Tempat Umum

Pengolahan Makanan

Cakupan TUPM tahun 2010 dari 397 yang diperiksa sebesar 71,54% dan mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebanyak 69,53% 4 Rumah Sehat Rumah sehat yang memenihi persyaratan kesehatan sebanyak

64,70%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010

Selain kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun, kebiasaan membuang sampah masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan juga masih menimbulkan pencemaran tanah dan air. Rata-rata masyarakat membuang sampah di halaman, kali/sungai kecil, di lubang sampah tetapi tidak melakukan pengolahan selanjutnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah dapat dilihat selengkapnya pada grafik berikut:

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 37

Grafik 3. Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011

Dari hasil survey EHRA diatas sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan membuang sampah dengan cara di bakar yaitu sebanyak 66%, kemudian yang dibuang ke sungai sebanyak 13,2 % dan yang dibuang ke lahan kosong sebanyak 9,5%. Pembuangan sampah yang diangkut oleh tukang sampah hanya sebanyak 5,8%, ini menunjukkan pelayanan sampah di Kabupaten Pesisir Selatan masih sangat minim. Selanjutnya yang dibuang dan dikubur dilobang sebanyak 4,3%, sedangkan yang dibiarkan saja sebanyak 1,1%.

B. Program-program yang sudah, sedang dilaksanakan

Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah berupaya melaksanakan berbagai program kerjasama, baik dengan Pemerintah Pusat, Propinsi maupun lembaga swasta lokal seperti :

 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).  Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS).

 Peningkatan Kualitas Perumahan dan Bantuan Stimulasi Pembangunan Perumahan.

 Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesos (Bantuan Bahan Bangunan).

 Program Pembangunan Rumah Nelayan Ramah Bencana (40 unit rumah).  Program Kemitraan Multi Pihak bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.

Sedangkan Program Sanitasi yang didanai oleh APBD antara lain adalah : Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Penyuluhan Masyarakat PHBS) dengan cakupan program antara lain :

 Pengembangan Lingkungan Sehat.

 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.

 Pemeliharaan rutin / berkala instalasi pengolahan air limbah rumah sakit.  Pemeliharaan Air Minum/Air Bersih.

Lainnya.

 Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.

 Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, dan Sumber Daya Air.  Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.

 Pengembangan Perumahan.

 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

 Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perdesaan.  Koordinasi Perencanaan Penanganan Perumahan.

 Penyusunan Renstra AMPL-BM.

 Koordinasi Penyusunan Masterplan Pengendalian SDA dan Lingkungan Hidup.  Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan.

 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.  Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

 Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

 Pengujian Kualitas Limbah Cair dan Udara.

 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan.  Investasi PDAM.

 Bantuan Pembangunan MCK di Pondok Pesantren.  Pembangunan Air Bersih untuk Kelompok Masyarakat. C. Tantangan

 Kesinambungan kapasitas kader.

 Meningkatkan kebiasaan CTPS (Cuci tangan pakai sabun) pada 3 (pada keluarga tanpa balita) dan 5 waktu utama (Pada keluarga dengan balita).

 Optimalisasi Kampanye PHBS di masyarakat melalui saluran media yang mendukung dan disenangi oleh masyarakat.

 Meningkatkan kondisi TTU (Tempat-tempat Umum) seperti restoran, hotel, pasar sehat ( % TTU yang dinyatakan sehat pada tahun 2009 : hotel 34,9 %, restoran/rumah makan 36 %, pasar 42,9 % ).

 Meningkatkan pengetahuan PHBS sejak pendidikan usia dini sampai pendidikan tingkat menengah.

 Budaya dan perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) akan mencemari lingkungan yang berpengaruh terhadap hygiene sanitasi.

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 39

Analisa SWOT

Kesimpulan SANITASI TEKNIS “Kekuatan” (Strength) 1 Adanya SKPD yang menangani Sanitasi

2 Sudah ada master plan dan SOP drainase skala Kecamatan 3 Sudah ada Prasarana dan Sarana yang terkait dengan Sanitasi

4 Terdapat SDA yang dapat dimanfaatkan untuk cakupan layanan air bersih 5 Adanya program usaha kesehatan berbasis masyarakat (Nagari siaga, posyandu) 6 Sudah ada kerjasama PDAM dengan Dinkes untuk pengujian kualiatas air bersih 7 Sudah ada O & M (operasional and maintenance) untuk Sanitasi tingkat Kecamatan

Konsep 3R yang telah dipahami masyarakat dapat mengurangi permasalahan Persampahan

Kesimpulan SANITASI NON TEKNIS “Kekuatan” (Strength) 1 komitmen pimpinan daerah terhadap program sanitasi

2 Adanya Peraturan Daerah yang menangani Sektor sanitasi (Sampah dan Air Limbah) 3 Adanya sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten untuk pembangunan sanitasi

Terdapatnya Beberapa Media Lokal yang Ada di Kab. Pesisir Selatan (Cetak, Radio, TV)

5 Adanya Isu dan pesan-pesan kunci terkait pembangunan Sanitasi

6 adanya keterlibatan sektor swasta dalam memilih usaha bidang sanitasi (pengusaha pengepul barang bekas) 7 Kemudahan pengurusan perizinan usaha bidang sanitasi

8 Adanya Kebijakan dan program pembangunan sanitasi memihak kepada pemberdayaan masyarakat terkait khusunya isu gender dan kemiskian 9 Regulasi sitem pelaporan yang transparan yang mengharuskan perlunya monev secara

berkala

Kesimpulan SANITASI TEKNIS “Kelemahan” (weakness)

1 Lemahnya koordinasi dalam perencanaan dan pembinaan sektor Sanitasi 2 Belum ada master plan Sanitasi skala Kabupaten

3 Belum tertanganinya masalah Sanitasi secara terpadu 4 Penegakan hukum bidang Sanitasi masih lemah

5 Masih terbatasnya dan belum optimalnya SDM pengelola sektor Sanitasi 6 Masih minim dan belum meratanya sarana dan prasarana Sektor Sanitasi 7 Minimnya perencanaan dan data base tentang Sanitasi

Kesimpulan SANITASI NON TEKNIS “Kelemahan” (weakness) 1 Belum lengkapnya database tentang sanitasi

2 Belum adanya perencanaan dan monitoring program sanitasi yang komprehensif 3 Sistem dan prosedur yag belum maksimal dan belum disesuaikan dengan bidang kerja

belum adanya perhatian secara khusus untuk kelompok swasta dalam bidang usaha sanitasi

4 Belum optimalnya sosialisasi pelaku bisnis tentang prospek untuk waktu yang akan datang bagi pengusaha dalam bidang pembangunan sanitasi

5 Jumlah Anggaran untuk pembangunan sanitasi sangat terbatas 6 Belum terintegrasinya monitoring dan evaluasi antar SKPd terkait

7 Masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengertian gender dan kesetaraan sosial

8 Belum adanya regulasi tingkat daerah/kabupaten yang mengatur tentang keterlibatan kaum perempuan dan ibu rumah tangga

Kesimpulan SANITASI TEKNIS “Peluang” (opportunity)

1 Terbuka peluang kerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaan sektor Sanitasi 2 Adanya akses dan kepemilikan jamban masyarakat yang meningkat

3 Adanya peran aktif masyarakat untuk mendukung program Sektor Sanitasi

4 Kondisi topografi Kab. Pessel memungkinkan pembangunan jaringan perpipaan dengan sistem gravitasi dengan berbagiai bentuk layanan

Kesimpulan SANITASI NON TEKNIS “Peluang” (opportunity) 1 Adanya Dana DAK Sektor Sanitasi

2 Adanya moment untuk menyebarluaskan informasi program sanitasi seperti pengajian, arisan, pertemuan ibu PPK.

3 Kemauan masyarakat untuk mau mengakses media komunikasi yang terkait sanitasi 4 Peran sektor swasta dan tokoh masyarakat sangat mungkin untuk dapat membantu

dalam mengkomunikasikan masalah sanitasi kepada masyarakat luar

5 Adanya instrument monev sanitasi berbasis Website yang dapat akses dan dipahami berbagai pihak termasuk SKPD terkait pembanguan sanitasi

6 Peningkatan pelaksanaan 3R pada rumah tangga dalam ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah memalui pelaksanaan program 3R

7 Pembangunan sanitasi yang dapat meningkatkan akses, pengaruh dan manfaat yang diperoleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

8 Kebijakan pusat dan Pemerintah Provinsi untuk penanganan sanitasi sudah ada ditunjang keberadaan kelembagaan

9 Terdapat sumber Dana dari Hibah/loan untuk program air bersih dan sanitasi 10 masih adanya budaya pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan serta gotong

royong dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan sarana sanitasi Kesimpulan SANITASI TEKNIS “Ancaman” (Threat)

1 Adanya hambatan pembebasan lahan untuk pembangunan saluran drainase lingkungan 2 Masih rendahnya akses masyarakat dalam kempemilikan SPAL dan jamban

3 Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeliharaan sarana Sanitasi

Rendahnya kesadaran masyarakat berPHBS (BABS, CTPS, membuang sampah sembarangan)

Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 41

Kesimpulan SANITASI NON TEKNIS “Ancaman” (Threat) 1 Belum adanya regulasi kebijakan Sanitasi tingkat Implementasi

2 Alokasi Penganggaran APBD/APBN Masih Belum Berpihak Pada Sektor Sanitasi 3 Terbatasnya jangkauan penyebaran informasi melalui media lokal terhadap program

sanitasi (cetak maupun elektronik) 4

5 Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses media yang ada seperti internet

6 Kondisi pasar yang tidak stabil dalam usaha bidang sanitasi

Dokumen terkait