• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Keuangan Departemen Syariah AJB Bumiputera 1912

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

B. Kondisi Keuangan Departemen Syariah AJB Bumiputera 1912

Tahapan yang dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan adalah dengan mengklasifikasikan akun-akun pada laporan keuangan yang akan diperhitungkan terkait metode analisis yang digunakan. Klasifikasi tersebut disajikan sebagai berikut:

Tabel IV.1

Neraca Perbandingan AJB Bumiputera 1912 unit yariah

2014 2013 2012 2011 2010

ASET (dalam jutaan rupiah)

Kas dan Setara Kas 8,468.44 16,108.01 14,490.28 16,569.99 23,414.99

Piutang Kontribusi - - - - -

Tagihan Investasi - - - - -

Piutang Hasil Investasi 2,570.34 2,545.59 1,307.21 1,543.62 1,189.33

Tagihan Ujroh kepada Peserta - - - - -

Piutang Reasuransi - - - - - Tagihan Qardh - - - - - Piutang a. Murabahah - - - - - b.Musyarakah - - - - - c. Salam - - - - - e. lain-lain - - - - - f. Istishna' - - - - -

Investasi Pada Surat Berharga 888,124.26 720,210.77 673,411.23 533,637.23 391,336.28

Pembiayaan

a. Mudharabah - - - - -

b.Musyarakah - - - - -

Investasi pada Entitas Lain - - - - -

Properti Investasi - - - - -

Aset Lain 5,747.37 6,885.32 6,435.84 3,628.55 6,976.05

2014 2013 2012 2011 2010

KEWAJIBAN (dalam jutaan rupiah)

Penyisihan Kontribusi 42,854.32 35,094.55 24,422.02 - -

Penyisihan Kontribusi yang Belum Menjadi Hak

1,570.74 586.80 1,347.46 - -

Penyisihan Teknis - - - 23,631.26 17,633.35

Kontribusi yang belum menjadi hak

- - - 42,544.86 20,049.55

Utang Klaim 3,008.42 3,110.20 1,744.87 1,564.71 -

Klaim yang Sudah Terjadi Tetapi belum dilaporkan

314.15 117.36 214.72 - -

Bagian Peserta atas Surplus Underwriting Dana Tabarru' yang Masih Harus Dibayar

- - - - - Utang Komisi - - - 122.95 - Utang Pajak 129.14 260.39 356.97 266.02 394.23 Utang Reasuransi 1,350.66 308.80 390.30 456.47 254.60 Utang Dividen - - - - - Utang Lain 68,962.51 73,153.06 65,095.54 7,557.34 10,173.81 Jumlah Kewajiban 118,189.94 112,631.16 93,571.88 76,143.61 48,505.54

EKUITAS (dalam jutaan rupiah)

Modal disetor 80,000.00 80,000.00 80,000.00 80,000.00 55,000.00

Kenaikan (Penurunan) Surat Berharga

24,271.05 (28,733.39) 6,019.91 (1,335.83) 8,665.70

Saldo Laba (Rugi) 4,226.82 3,529.84 3,289.46 8,669.81 (19,472.32)

Tabel IV.2

Laporan Laba Rugi Perbandingan AJB Bumiputera 1912 unit syariah

LABA RUGI 2014 2013 2012 2011 2010

Pendapatan (dalam jutaan rupiah)

Pendapatan Pengelolaan Operasi

Asuransi

33,194.40 44,665.05 46,449.48 53,064.43 36,954.23

Pendapatan Pengelolaan Portofolio

Investasi Dana Peserta

10,410.33 10,273.73 13,073.37 11,398.57 6,742.14

Pendapatan Pembagian Surplus

Underwriting - - - - - Pendapatan Investasi 13,904.10 4,474.52 7,847.59 1,056.05 5,143.59 Jumlah Pendapatan 57,508.83 59,413.30 67,370.44 65,519.05 48,839.96 Beban Beban komisi 21,877.94 28,070.73 27,701.46 28,054.96 24,596.59 Ujroh dibayar 640.38 339.00 356.93 377.22 -

Beban umum dan administrasi 6,741.49 9,548.96 11,832.67 9,596.94 9,614.59

Beban pemasaran 28,780.46 25,858.96 27,373.10 28,610.22 31,848.55

Beban pengembangan - - - - -

Jumlah Beban 58,040.27 63,817.66 67,264.16 66,639.34 66,059.73 Laba Usaha (531.44) (4,404.36) 106.28 (1,120.29) (17,219.77)

Pendapatan (beban) non usaha neto 1,228.43 4,644.74 (683.62) 29,262.43 (55,511.11)

Laba sebelum pajak 696.99 240.38 (577.34) 28,142.14 (72,730.88)

Beban pajak - - - - -

Tabel IV.3

Laporan Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru’ AJB Bumiputera 1912 unit syariah

2014 2013 2012 2011 2010

PENDAPATAN ASURANSI (dalam jutaan rupiah)

Kontribusi Bruto 60,392.29 75,199.09 64,731.19 71,047.86 61,866.26

Ujroh Pengelola (33,194.40) (44,665.05) (46,449.48) (53,064.43) (36,954.23)

Bagian Reasuransi (atas risiko) (3,216.90) (1,688.48) (1,246.67) (1,131.68) (1,149.66)

Perubahan Kontribusi yang Belum Menjadi Hak

983.94 (760.66) (335.41) 551.64 (539.98)

Jumlah Pendapatan (pendapatan premi) 22,997.05 29,606.22 17,370.45 16,300.11 24,302.35 Premi Neto 23,980.99 28,845.56 17,035.04 16,851.75 23,762.37 BEBAN ASURANSI

Pembayaran Klaim 14,366.85 16,268.48 20,213.45 18,702.58 9,317.93

Klaim yang Ditanggung Reasuransi dan Pihak Lain

(1,321.96) - - (197.67) -

Klaim yang Masih Harus Dibayar - - - - -

Klaim yang Masih Harus Dibayar yang Ditanggung Reasuransi dan Pihak Lain

- - - - -

Penyisihan Kontribusi 7,759.77 10,672.54 2,742.99 5,176.90 4,484.64

Penyisihan Klaim 196.79 (97.36) (54.64) 269.37 -

Beban Pengelolaan Asuransi - - - - -

Jumlah Beban Asuransi 21,001.45 26,843.66 22,901.80 23,951.18 13,802.57 Surplus (Defisit) Neto Asuransi 1,995.60 2,762.56 (5,531.35) (7,651.07) 10,499.78 Pendapatan Investasi

Total Pendapatan Investasi 5,450.61 (1,117.76) 2,117.10 2,963.05 1,174.59

Dikurangi Beban Pengelolaan Portofolio Investasi

(1,200.11) (968.90) (636.74) (888.91) (352.38)

Pendapatan investasi neto 4,250.50 (2,086.66) 1,480.36 2,074.14 822.21 Surplus (defisit) Underwriting Dana

Tabarru'

2. Analisis Rasio Keuangan

Rasio Risk Based Capital/RBC merupakan tolak ukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, bahwa Perusahaan harus menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30% dari dana yang diperlukan.

Selain itu, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.826/KMK.013/1992 tentang cara perhitungan nilai kondisi keuangan, tolak ukur yang digunakan dikenal dengan metode RLS (Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas). Metode ini membagi kondisi keuangan perusahaan menjadi 4 (empat) golongan yaitu: Sehat sekali, sehat, kurang sehat dan tidak sehat.

Cara perhitungan bobot nilai tersebut adalah sebagai berikut:

No Kondisi

Keuangan Rentabilitas Likuiditas Solvabilitas

Total Bobot 1 Sehat Sekali >12% >150% >200% Bobot Nilai > 75 > 12.5 > 12.5 >100 2 Sehat > 8-12 % >100-150% >150-200% Bobot Nilai >50-75 >8.33-12.5 >9.38-12.5 >68-100 3 Kurang Sehat >5-8% >75-100% >100-150% Bobot Nilai >31.5-50 >6.25-8.33 >6.25-9.38 >44-68 4 Tidak Sehat <5% <75% <100% Bobot Nilai < 32.25 <6.25 <6.25 <44

a. Rasio Tingkat Solvabilitas/ Risk Based Capital (RBC)

Merupakan rasio yang mengukur tingkat kesehatan dan keamanan finansial perusahaan asuransi. Semakin besar rasio yang diperoleh maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan asuransi tersebut. Rasio ini sangat penting terutama bagi peserta asuransi dalam hal pengajuan klaim, pun bagi perusahaan karena kewajiban dalam menjamin risiko dapat terjadi setiap saat.

Tabel IV.4 Rasio Pencapaian RBC Tahun 2014 2013 2012 2011 2010 Rasio Pencapaian (%) 97.98 % 57.07 % 107.43 % 74.33 % 97.92 %

Sumber: Laporan Keuangan Departemen syariah AJB Bumiputera 1912

Grafik IV.1 Rasio Pencapaian RBC

AJB Bumiputera 1912 departemen syariah

0.00% 50.00% 100.00% 150.00% 2010 2011 2012 2013 2014

Rasio Pencapaian RBC

Rasio Pencapaian RBC

Rasio pencapaian tingkat solvabilitas/rasio Risk Based Capital (RBC) yang diperoleh AJB Bumiputera 1912 Departemen Syariah selama periode 2010 hingga 2014 sudah cukup baik karena sudah di atas 30% yang artinya sudah memenuhi syarat pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Pada tahun 2011 rasio RBC mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dikarenakan pada tahun tersebut terjadi penurunan jumlah tingkat solvabilitas akibat bertambahnya angka kewajiban yang lebih besar dibanding pada kekayaan yang diperkenankan, namun meningkat di tahun 2012 dengan nilai yang cukup signifikan karena bertambahnya jumlah tingkat solvabilitas dan ada kelebihan dari batas tingkat solvabilitas. Kemudian, di tahun 2013 rupanya terjadi penurunan rasio RBC kembali. Hal ini dipengaruhi adanya masalah RBC pada perusahaan induk AJB Bumiputera 1912 dimana pencapaian rasio RBC nya kurang dari 120%. Penurunan tersebut cukup drastis karena bertambahnya angka kewajiban yang harus dipenuhi tidak seimbang dengan penambahan angka kekayaan yang diperkenankan sehingga ada kekurangan pada batas tingkat solvabilitas. Lalu, di tahun 2014 terjadi kenaikan rasio kembali yang

berarti bahwa ada perbaikan kinerja keuangan di departemen syariah AJB Bumiputera 1912.

Secara garis besar selama periode 2010-2014 tidak ada masalah pada RBC di departemen syariah dan dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan di departemen syariah AJB Bumiputera 1912 sudah sehat jika diukur dari perolehan Risk Based Capital (RBC).

b. Rasio Likuiditas

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban atau utang-utang jangka pendek. Penilaian likuiditas perlu untuk mengantisipasi risiko likuiditas yang akan muncul.

Menurut data di laporan keuangan, perolehan rasio likuiditas AJB Bumiputera departemen syariah adalah sebagai berikut:

Tabel IV.5 Rasio Likuiditas

Tahun 2014 2013 2012 2011 2010

Rasio

Likuiditas 400.07% 392.16% 298.74% 315.35% 390.49% Sumber: Laporan Keuangan Departemen syariah AJB Bumiputera 1912

Grafik IV.2 Rasio Likuiditas

AJB Bumiputera 1912 departemen syariah

Berdasarkan data perolehan rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata rasio likuiditas selama 2010-2014 adalah 395.36%. Artinya, rasio likuiditas yang dimiliki AJB Bumiputera 1912 Departemen Syariah masuk kategori “Sehat Sekali”. Hal ini mengindikasikan tidak ada masalah dalam hal likuiditas. AJB Bumiputera 1912 Departemen Syariah mampu untuk mencairkan dana yang dimiliki dengan cepat dalam hal memenuhi kewajiban lancarnya terutama kewajiban terhadap peserta asuransi seperti pembayaran klaim dan sebagainya.

Di tahun 2010 ke 2012 terjadi penurunan nilai rasio karena pada tahun tersebut jumlah kewajiban yang harus dipenuhi terus bertambah yang berupa utang lain, utang pajak, utang klaim dan penyisihan

0.00% 200.00% 400.00% 600.00%

Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas

kontribusi sedangkan bertambahnya jumlah kewajiban tersebut tidak diimbangi dengan penambahan jumlah aset lancar pada sisi kas yang bersifat mudah dicairkan yang justru terus berkurang, sedangkan asetnya bertambah pada sisi investasi pada surat berharga yang sifatnya tidak mudah dicairkan. Kemudian, di tahun 2013 hingga 2014 ada kenaikan nilai yang cukup besar. Artinya ada perbaikan kinerja perusahaan dalam hal likuiditas yang dipengaruhi adanya perbaikan dari sisi aset lancar sebagai indikator pemenuhan kewajiban jangka pendek.

c. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas yang diukur dengan Total Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban menggunakan modal yang dimiliki, sedangkan Total Debt to Asset Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya.

Tabel IV.6

Total Debt to Equity Ratio

Tahun Total Utang atau

Kewajiban (a) Ekuitas (b)

Total Debt to Equity Ratio ((a):(b)X100%) 2010 48,505,540,000 44,193,380,000 110% 2011 76,143,610,000 87,333,980,000 87% 2012 93,571,880,000 89,309,370,000 105% 2013 112,631,160,000 54,796,450,000 206% 2014 118,189,940,000 108,497,870,000 109% Rata-rata 123.4%

Sumber: Data yang telah diolah

Tabel IV.7

Total Debt to Asset Ratio

Tahun Total Utang atau Kewajiban (a) Total Aktiva/Aset (b) Total Debt to Asset Ratio ((a):(b)X100%) 2010 48,505,540,000 422,916,650,000 11% 2011 76,143,610,000 555,379,390,000 14% 2012 93,571,880,000 695,644,560,000 13% 2013 112,631,160,000 745,749,690,000 15% 2014 118,189,940,000 904,910,410,000 13% Rata-rata 13%

Grafik IV.3 Rasio Solvabilitas

AJB Bumiputera 1912 departemen syariah

Rasio solvabilitas yang diukur dengan Total debt to Equity Ratio dan Total Debt to Asset Ratio dari tahun 2010 hingga 2014 diperoleh angka rasio yang fluktuatif atau naik-turun.

Rata-rata nilai Total debt to Equity Ratio yang dicapai yaitu 123.4%, Berdasarkan perolehan rasio tersebut berarti bahwa selama tahun 2010 hingga 2014 AJB Bumiputera departemen syariah menyediakan 123.4% dari modal sendiri untuk menjamin hutang atau kewajiban jangka panjang selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini. Rasio tersebut menunjukkan nilai yang “Kurang Sehat” karena berada di posisi >100-150%. Hal ini dikarenakan jumlah modal sendiri yang lebih kecil dari jumlah kewajibannya. Kewajiban yang bertambah sebagian besar berbentuk utang lain dan juga penyisihan

0% 50% 100% 150% 200% 250% 2010 2011 2012 2013 2014 Total Debt to Equity Ratio Total Debt to Asset Ratio

kontribusi atau dengan kata lain bertambahnya manfaat polis di masa depan. Artinya, perusahaan belum mampu menutupi seluruh kewajiban dari modal yang dimiliki.

Rata-rata nilai Total Debt to Asset Ratio yang diperoleh yaitu sebesar 13% yang berarti selama periode 2010-2014 setiap Rp.100 dari dana AJB Bumiputera departemen syariah dibiayai oleh utang sebesar Rp. 13. Perhitungan rasio ini menunjukkan seberapa besar perusahaan asuransi dalam hal menanggung risiko dibiayai oleh utang maka, perolehan rasio yang minim tersebut menunjukkan AJB Bumiputera departemen syariah mampu membayar kewajiban jangka panjang dari aset yang dimiliki.

Rasio solvabilitas yang kurang sehat dapat berakibat kemungkinan masalah di akan datang bagi perusahaan untuk melunasi kewajibannya atau menanggung risiko dari modal atau dana yang dimiliki. Maka, modal atau ekuitas perlu diseimbangkan dengan kewajiban yang harus dipenuhi.

d. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio rentabilitas yang diukur dengan Return on Asset Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit atas aktiva, dan Return on Equity Ratio menggambarkan sejauh mana

perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif dan mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.

Tabel IV.8 Return on Asset Ratio

Tahun Laba Bersih Sebelum Pajak (a)

Total Aktiva/Aset (b) Return on Asset Ratio ((a):(b)X100%) 2010 (72,730,880,000) 422,916,650,000 -17% 2011 28,142,140,000 555,379,390,000 5% 2012 (577,340,000) 695,644,560,000 -0.08% 2013 240,380,000 745,749,690,000 0.03% 2014 696,990,000 904,910,410,000 0.08% Rata-rata -2.42%

Sumber: Data yang telah diolah

Tabel IV.9 Return on Equity Ratio

Tahun Laba Bersih Setelah

Pajak (a) Total Ekuitas(b)

Return on Equity Ratio ((a):(b)X100%) 2010 (72,730,880,000) 44,193,380,000 -165% 2011 28,142,140,000 87,333,980,000 32% 2012 (577,340,000) 89,309,370,000 -0.65% 2013 240,380,000 54,796,450,000 0.44% 2014 696,990,000 108,497,870,000 0.64% Rata-rata -26.38 %

Grafik IV.4

Rasio Rentabilitas/Profitabilitas AJB Bumiputera 1912 departemen syariah

Rasio rentabilitas yang diukur dengan Return on Asset Ratio dari tahun 2010 hingga 2014, dapat dilihat dari tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan. Kenaikan angka tersebut dikarenakan ada laba yang bertambah di tahun 2011 dari tahun 2010 yang mengalami kerugian. Kerugian terjadi karena jumlah beban lebih besar dari pendapatan. Beban terbesar ada di beban pemasaran. Artinya, pada tahun tersebut AJB Bumiputera 1912 departemen syariah tengah meningkatkan kegiatan pemasaran yang membutuhkan dana yang besar. Namun sejak tahun 2012 hingga 2014 tidak ada perubahan nilai rasio yang signifikan dan statis di 0-0.08%, karena nilai laba sebelum pajak cenderung fluktuatif sedangkan dari sisi total aktiva mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan rata-rata nilai rasio

-200% -150% -100% -50% 0% 50% 2010 2011 2012 2013 2014

Return on Asset ratio Return on Equity Ratio

yang dicapai adalah -2.42% menunjukkan nilai yang “Tidak Sehat” karena berada di posisi <5%. Artinya, selama kurun waktu 5 tahun terakhir ini AJB Bumiputera departemen syariah hanya mampu menghasilkan -2.42% laba bersih dari total aset yang digunakan.

Sementara, rasio rentabilitas yang diukur dengan Return on Equity Ratio menunjukkan efektivitas pemakaian modal untuk menghasilkan laba. Nilai rata-rata rasio yang diperoleh pada periode 2010-2014 yaitu sebesar -26 %. Nilai tersebut juga “Tidak Sehat” karena <5%. Hal ini berarti bahwa AJB Bumiputera departemen syariah belum efektif dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimiliki.

Rasio rentabilitas yang dicapai AJB Bumiputera 1912 departemen syariah masuk kategori yang tidak sehat. Hal ini berarti bahwa manajemen operasional perusahaan belum maksimal dalam menghasilkan profit bagi perusahaan. Ini dikarenakan seluruh aset ataupun modal yang dimiliki lebih banyak digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Akibatnya, perusahaan kurang mampu menghasilkan profit serta mengembangkan daya saing secara maksimal dari segi finansial.

e. Rasio Underwriting

Rasio ini dibutuhkan nasabah agar dapat mengetahui pembagian surplus underwriting dan merupakan penentu pokok dari posisi laba usaha perusahaan asuransi. Adapun rasio underwriting yang dicapai oleh AJB Bumiputera 1912 departemen syariah selama periode 2010 hingga 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.10 Underwriting Ratio Tahun Hasil Underwriting/ Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru' (a) Pendapatan Premi (b) Underwriting Ratio ((a):(b)X100%) 2010 11,321,990,000 24,302,350,000 47% 2011 (5,576,930,000) 16,300,110,000 -34% 2012 (4,050,990,000) 17,370,450,000 -23% 2013 675,900,000 29,606,220,000 2.28% 2014 6,246,100,000 22,997,050,000 27% Sumber: Data yang telah diolah

(Catatan: hasil underwriting/surplus (defisit) underwriting dana tabarru’ yang disajikan pada laporan keuangan merupakan hasil yang belum siap dibagikan).

Grafik IV.5 Rasio Underwriting

AJB Bumiputera 1912 departemen syariah

Rasio Underwriting yang diperoleh di tahun 2010 menunjukkan nilai yang positif artinya rate atau tarif premi yang ditetapkan sudah sesuai atau di atas dari yang seharusnya. Sedangkan di tahun 2011 dan 2012 menunjukkan nilai yang negatif. Hal ini mengindikasikan rate atau tarif premi yang ditetapkan berada di bawah dari yang semestinya.

Kemudian di tahun berikutnya 2013 hingga 2014 rupanya ada perbaikan kinerja pada AJB Bumiputera departemen syariah sehingga nilai rasio underwriting mengalami perubahan positif dan menunjukkan peningkatan karena bertambahnya pendapatan premi/kontribusi. Namun, di tahun 2014 nilai perolehan premi sebesar

-10,000,000,000 -5,000,000,000 0 5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 25,000,000,000 30,000,000,000 Hasil Underwriting/ Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru' Pendapatan Premi Underwriting Ratio

27% belum berarti bahwa perusahaan dalam kondisi sehat, karena dikatakan sehat jika persentasenya >50%. Berdasarkan rasio tersebut bahwa di tahun 2014 AJB Bumiputera departemen syariah hanya memperoleh keuntungan murni sebesar Rp. 0.27.

f. Rasio Retensi Sendiri

Adapun rasio retensi sendiri yang dicapai oleh AJB Bumiputera 1912 departemen syariah selama periode 2010 hingga 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.11 Rasio Retensi Sendiri

Tahun Premi Neto (a) Premi Bruto (b)

Rasio Retensi Sendiri ((a):(b)X100%) 2010 23,762,370,000 61,866,260,000 38% 2011 16,851,750,000 71,047,860,000 24% 2012 17,035,040,000 64,731,190,000 26% 2013 28,845,560,000 75,199,090,000 38% 2014 23,980,990,000 60,392,290,000 40% Sumber: Data yang telah diolah

Grafik IV.6 Rasio Retensi Sendiri

AJB Bumiputera 1912 departemen syariah

Berdasarkan perhitungan rasio retensi sendiri untuk tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari penurunan jumlah premi/kontribusi neto pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012 hingga 2014 mengalami kenaikan kembali.

Besarnya retensi sendiri untuk setiap risiko didasarkan pada akumulasi surplus Dana Tabarru’ (yang terdiri dari akumulasi surplus underwriting yang tidak dibagi, akumulasi hasil investasi Dana Tabarru’ yang tidak dibagi, dan perubahan nilai kekayaan yang belum direalisasikan) dan ekuitas perusahaan ( PMK No.11/PMK.010/2011, pasal 24 ayat 4-5). Sehingga, dapat dikatakan bahwa rasio retensi

0 10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000 40,000,000,000 50,000,000,000 60,000,000,000 70,000,000,000 80,000,000,000 2010 2011 2012 2013 2014 Premi Neto Premi Bruto

sendiri ditentukan dari kemampuan perusahaan yang sebenarnya dari dana ataupun modal yang tersedia. Meningkatnya rasio retensi sendiri selama kurun waktu tersebut mencerminkan bahwa ada peningkatan jumlah peserta asuransi syariah di AJB Bumiputera 1912 sehingga profil risiko dan pendapatan premi atau kontribusi yang dikelola pun meningkat.

3. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan AJB Bumiputera 1912 departemen syariah lebih dari satu periode yaitu dari tahun 2010 hingga 2014.

Berdasarkan analisis perbandingan laporan keuangan dengan menggunakan metode common size financial statement (laporan bentuk awam) dan metode komparatif, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Common Size Analysis

Tabel IV.12 Common Size Analysis

pada Komponen Aset

2014 2013 2012 2011 2010 ASET

Kas dan Setara Kas 1% 2% 2% 3% 6%

Piutang Kontribusi 0% 0% 0% 0% 0%

Tagihan Investasi 0% 0% 0% 0% 0%

Piutang Hasil Investasi 0% 0% 0% 0% 0%

Tagihan Ujroh kepada Peserta 0% 0% 0% 0% 0% Piutang Reasuransi 0% 0% 0% 0% 0% Tagihan Qardh 0% 0% 0% 0% 0% Piutang 0% 0% 0% 0% 0% a. Murabahah 0% 0% 0% 0% 0% b.Musyarakah 0% 0% 0% 0% 0% c. Salam 0% 0% 0% 0% 0% e. lain-lain 0% 0% 0% 0% 0% f. Istishna' 0% 0% 0% 0% 0%

Investasi Pada Surat Berharga

98% 97% 97% 96% 93%

Pembiayaan 0% 0% 0% 0% 0%

a. Mudharabah 0% 0% 0% 0% 0%

b.Musyarakah 0% 0% 0% 0% 0%

Investasi pada Entitas Lain 0% 0% 0% 0% 0%

Properti Investasi 0% 0% 0% 0% 0%

Aset Lain 1% 1% 1% 1% 2%

Jumlah Aset 100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: Data yang telah diolah

Berdasarkan analisis common size diketahui bahwa pada komponen aset yang dimiliki oleh AJB Bumiputera departemen syariah selama kurun waktu lima tahun terakhir ini menunjukkan

persentase terbesar pada Investasi pada Surat Berharga. Berdasarkan data di laporan keuangan Unit Usaha Syariah AJB Bumiputera 1912 periode 2010 hingga 2014 dapat dilihat bahwa investasi yang dilakukan adalah dalam bentuk deposito, sukuk atau obligasi syariah, surat berharga syariah negara, dan reksadana syariah.

Menurut informasi pada data bahwa investasi surat berharga yang dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912 departemen syariah adalah berupa sukuk atau obligasi syariah dan deposito. Pada dasarnya investasi dalam bentuk sukuk aman karena pembayaran imbalan dan nilai nominal dijamin oleh Undang-Undang. Namun dalam berinvestasi tetap ada risiko yang mungkin dihadapi. Risiko investasi dalam bentuk sukuk terdiri dari risiko pasar, risiko operasional maupun risiko ketentuan syariah.

Investasi berupa deposito juga terbilang paling aman akan tetapi return yang diberikan paling rendah dibanding instrumen investasi lainnya, selain itu pemilik deposito (dalam hal ini AJB Bumiputera 1912) yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaannya tidak dapat berupaya untuk meningkatkan nilai investasi.

Keputusan AJB Bumiputera 1912 departemen syariah untuk menyimpan aset dalam bentuk investasi adalah tepat, sebab aset atau

kekayaan yang dimiliki tidak akan mengendap saja dalam bentu kas dan kurang menghasilkan keuntungan. Investasi yang dilakukan sudah terbilang aman akan tetapi perlu untuk menempatkan investasi lebih besar pada instrumen lain yang lebih menguntungkan namun tidak terlepas untuk memperhatikan tingkat risikonya serta likuiditasnya.

Tabel IV.13 Common Size Analysis

pada Komponen Aset berupa Investasi (Neraca Dana Investasi Peserta)

ASET 2014 2013 2012 2011 2010

I. INVESTASI

Deposito 16% 15% 28% 24% 16%

Saham Syariah 0% 0% 0% 0% 0%

Sukuk atau Obligasi

Syariah 8% 24% 22% 16% 14%

Surat Berharga Syariah

Negara 5% 4% 1% 0% 4%

Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

0% 0% 0% 0% 0%

Surat Berharga yang diterbitkan oleh Selain Negara Republik Indonesia

0% 0% 0% 0% 0%

Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh Lembaga Multinasional

0% 0% 0% 0% 0%

Reksadana Syariah 71% 37% 23% 16% 13%

Efek Beragun Aset Syariah 0% 0% 0% 0% 0%

Pembiayaan melalui

kerjasama dengan pihak lain 0% 0% 0% 0% 0%

Emas Murni 0% 0% 0% 0% 0%

Investasi lain 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Investasi 100% 80% 74% 56% 46% Sumber: Data yang telah diolah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah pasal 12 tentang Pembatasan atas Kekayaan yang Diperkenankan, bahwa dari masing-masing investasi pada surat berharga, bagi investasi berupa deposito untuk setiap Bank paling tinggi 20% dari jumlah investasi, bagi investasi berupa saham syariah, sukuk atau obligasi syariah, dan reksadana syariah, seluruhnya paling tinggi 40% dari jumlah investasi.

Berdasarkan hasil analisis pada neraca dana peserta dalam bentuk investasi di laporan keuangan Unit Usaha Syariah AJB Bumiputera 1912, dari tahun 2010 hingga 2013 persentase masing-masing jenis investasi yaitu deposito, sukuk atau obligasi syariah, surat berharga syariah negara, dan reksadana syariah adalah sebesar <40%, artinya sudah sesuai dengan peraturan pada pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.11/PMK.010/2011 tersebut di atas. Namun, di tahun 2014 investasi dalam bentuk Reksadana Syariah mencapai 71% dari jumlah investasi, yang artinya melebihi batas yang telah diatur. Untuk itu perlu segera untuk penyesuaian kembali.

Investasi dalam bentuk Reksadana Syariah memang memiliki beberapa keuntungan yaitu tingkat likuiditas yang baik, biaya transaksi lebih rendah, dan hasil investasi dari reksadana bukan merupakan

objek pajak. Di sisi lain, investasi dalam bentuk reksadana syariah juga bersifat fluktuatif, ada beberapa risiko yang mungkin terjadi seperti risiko berkurangnya nilai unit penyertaan, risiko likuiditas, dan risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik yang mempengaruhi kinerja portofolio reksadana.

Rasio RBC yang dicapai oleh Bumiputera syariah selama 5 tahun terakhir ini menunjukkan kategori yang sehat karena terus berada pada posisi di atas 30%, namun hal tersebut pun dapat mempengaruhi kondisi keuangan AJB Bumiputera 1912 Departemen Syariah dalam hal dana peserta yang sewaktu-waktu perlu dicairkan atau dengan kata lain dapat mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Namun, kemungkinan risiko tersebut tergantung pada bentuk portofolio reksadana syariah yang dimiliki apakah reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana campuran, reksadana ETF ataupun reksadana saham. Masing-masing bentuk reksadana memiliki kriteria dan tingkat risiko yang berbeda.

Investasi yang dilakukan dalam bentuk reksadana syariah oleh AJB Bumiputera 1912 departemen syariah sebaiknya lebih besar pada instrumen portofolio reksadana pasar uang karena tingkat risikonya paling rendah dan sifatnya sangat likuid. Sehingga, sewaktu-waktu dana peserta yang diinvestasikan dapat dengan mudah untuk dicairkan

dan tidak merugikan baik bagi peserta dan juga perusahaan sebagai pengelola dana peserta.

b) Analisis Komparatif

Tabel IV.14

Analisis Komparatif (Growth Analysis) pada komponen Aset

2014 2013 2012 2011 ASET

Kas dan Setara Kas -47% 11% -13% -29%

Piutang Kontribusi Tagihan Investasi

Piutang Hasil Investasi 1% 95% -15% 30%

Tagihan Ujroh kepada Peserta Piutang Reasuransi Tagihan Qardh Piutang a. Murabahah b.Musyarakah c. Salam e. lain-lain f. Istishna'

Investasi Pada Surat Berharga 23% 7% 26% 36%

Pembiayaan a. Mudharabah b.Musyarakah

Investasi pada Entitas Lain Properti Investasi

Aset Lain -17% 7% 77% -48%

Jumlah Aset 21% 7% 25% 31%

Sumber: Data yang telah diolah

Berdasarkan hasil analisis komparatif-growth analysis dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah aset yang dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912 Departemen Syariah dari tahun 2011 hingga 2013

mengalami penurunan. Jika dilihat hal tersebut dipengaruhi oleh nilai aset berupa kas dan setara kas yang minus yang berarti adanya kemungkinan kas dan setara kas yang dimiliki untuk memenuhi kewajiban kurang dari yang semestinya. Hal ini bisa disebabkan karena aset perusahaan lebih banyak disimpan dalam bentuk investasi yang sifatnya fluktuatif sehingga nilai unit penyertaannya dapat berubah dan mempengaruhi nilai kekayaan atau aset perusahaan.

Kemudian, dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya di tahun 2014 jumlah aset yang dimiliki AJB Bumiputera 1912 Departemen Syariah mengalami kenaikan/pertumbuhan. Hal tersebut dipengaruhi adanya peningkatan jumlah aset yang ditempatkan pada investasi pada surat berharga dan berkurangnya piutang hasil investasi. Artinya, ada keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912.

Selanjutnya, rata-rata industri asuransi syariah hingga tahun 2012 perolehan aset mencapai 55,13%. Kemudian, hingga tahun 2013

Dokumen terkait