Suhu merupakan unsur iklim yang sangat berpengaruh bagi kehidupan ayam. Daerah tropis yang sepanjang tahun bersuhu udara lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara di daerah sub tropis dapat menjadi masalah bagi ayam yang membutuhkan suhu relatif rendah untuk hidupnya.
Menurut Fadilah (2004) suhu yang ideal untuk ayam ras pedaging adalah 23ºC - 26ºC , sedangkan menurut Cahyono (1995) suhu optimal yang diperlukan untuk produktifitas yang tinggi adalah 21ºC , atau dengan kisaran suhu 16ºC -26ºC .
Suhu yang terlalu tinggi akan berdampak terhadap produktifitas ayam, bila suhu udara di atas 27ºC , maka ayam akan mengurangi makannya dan minum lebih banyak sehingga akan berpengaruh pada laju pertumbuhan ayam. Bila suhu mencapai 32ºC maka hal ini akan mengakibatkan kerusakan fungsi tubuh.
Menurut Prayitno dan Yuwono (1997), suhu produksi yang ideal untuk produksi ayam pedaging adalah 21ºC, pada suhu ini daya konversi pakan paling baik.
Suhu udara rata-rata harian di dalam kandang diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Suhu udara rata-rata harian di dalam kandang Suhu (ºC)
Jam Lingkungan Kandang Atap
8:00 27.0 27.2 27.8
10:00 28.7 29.7 37.4
12:00 32.0 33.0 48.0
14:00 31.3 33.1 41.7
16:00 27.8 31.2 31.0
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa suhu di dalam kandang selalu lebih tinggi daripada suhu lingkungan, hal ini menunjukkan bahwa konstruksi kandang belum memenuhi persyaratan teknis kandang yang baik untuk hidup ayam. Tingginya suhu di dalam kandang dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah oleh adanya efek pemanasan yang terjadi di dalam kandang akibat adanya akumulasi panas. Pemanasan di dalam kandang terjadi akibat adanya konveksi pada bahan- bahan peyusun kandang, seperti bahan atap yang terbuat dari seng, atau bisa disebabkan oleh konveksi yang terjadi pada lantai kandang.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perbedaan suhu udara di dalam kandang dengan di luar kandang pada pukul 08.00 sampai pukul 12.00 berkisar antara 0.2-1ºC, sedangkan pada pukul 14.00-16.00 berkisar antara 1.8-3.4ºC. Perbedaan suhu yang tinggi pada pukul 14.00 dan 16.00 dapat disebabkan karena pemanasan yang terjadi di dalam kandang pada waktu sebelumnya.
Jika dilihat pada Tabel 3, suhu atap kandang jauh lebih tinggi daripada suhu udara di dalam kandang. Adanya ventilasi pada atap serta konstruksi dinding kandang yang terbuka 80% telah memberikan sirkulasi udara pada kandang, sehingga panas dari atap tidak seluruhnya sampai ke dalam kandang.
Tingginya suhu di dalam kandang menunjukkan bahwa kandang belum bisa menyediakan suhu optimum yang dibutuhkan oleh ayam. Agar suhu di dalam kandang mencapai optimum perlu adanya usaha untuk mengkondisikan suhu di dalam kandang sesuai dengan kebutuhan ternak. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai suhu tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan mekanis maupun perlakuan alamiah.
Perlakuan mekanis yang dapat diberikan adalah dengan memasang kipas di dalam kandang, akan tetapi cara ini membutuhkan biaya operasional yang mahal, sehingga perlu dilakukan analisis biaya lebih lanjut untuk mengetahui efisiensi penggunaan alat-alat mekanis ini.
Adapun perlakuan alamiah yang dapat diberikan diantaranya adalah dengan mengganti bahan penutup atap seng dengan bahan penutup atap yang terbuat jerami atau genting, karena suhu rata-rata harian yang dapat dicapai oleh kandang dengan atap jerami adalah 25.50ºC dan oleh genting berkisar antara 26.00ºC sampai dengan 27.00ºC pada suhu
lingkungan 27ºC (Hernanto, 2001). Cara alamiah lain yang dapat dilakukan adalah dengan memind ahkan lokasi kandang ke daerah yang memiliki kondisi suhu lingkungan pada range yang dekat dengan yang dibutuhkan oleh ayam. Karena jika dilihat suhu maksimum lingkungan adalah 31.3ºC sedangkan suhu maksimum yang optimal untuk ayam adalah 26ºC. Padahal perlakuan alamiah hanya mampu menekan suhu maksimum hingga 4ºC.
2. RH
Kelembaban udara sangat berpengaruh bagi kesehatan ternak ayam. Kelembaban yang tinggi menyebabkan ayam peka terhadap penyakit-penyakit pernafasan. Terhadap kelembaban yang terlalu rendah dan suhu yang rendah ayam menunjukkan ketidak cocokkannya dengan bergerombol. Hal imi dapat menyebabkan perolehan pakan oleh ayam tidak merata.
Berdasarkan hasil pengukuran, kelembaban relatif di dalam kandang berada pada kisaran 62% - 85%, kelembaban rata-rata hariannya yaitu 73%. Kelembaban relatif rata –rata lingkungan adalah 66%. Tingginya kelembaban relatif udara ini disebabkan karena letak Indonesia yang beriklim tropis dengan rata-rata suhu hariannya pertahun adalah 26ºC-28ºC dan curah hujan pertahunnya adalah 700 mm-7000mm (Bintarto dan Wardiyatmoko, 2000. Dalam Hernanto, 2001).
Jika melihat kelembaban relatif yang ideal bagi ayam ras pedaging adalah 60-70% (Prayitno dan Yuwono,1997), maka kandang belum menyediakan kelembaban relatif udara yang optimum untuk ayam. Tingginya kelembaban relatif udara di dalam kandang akan berpengaruh buruk kepada kesehatan ayam, karena akan menyebabkan ayam mudah terserang penyakit-penyakit pernafasan (Prayitno dan Yuwono, 1997).
RH di dalam kandang dapat diturunkan dengan memberikan tambahan ventilasi mekanis, seperti dengan memberikan kipas di dalam kandang, sehingga sirkulasi di dalam kandang lebih lancer.
3. Pola Aliran Udara di Dalam Kandang
Di lapangan banyak terjadi kegagalan pemeliharaan ayam yang disebabkan oleh ventilasi kandang yang tidak baik. Pada dasarnya prinsip ventilasi adalah adanya pertukaran udara di dalam suatu ruangan yang dapat terjadi akibat pergerakan udara yang mengalir ke dalam dan mendorong udara keluar dari ruangan dengan kecepatan tertentu. Adanya pertukaran udara sangat bermanfaat untuk menghilangkan panas yang berlebihan di dalam kandang, menghilangkan kelembaban yang berlebihan di dalam kandang, mengurangi debu, mengurangi gas beracun, seperti gas ammonia, karbondioksida dan karbon monoksida, serta menyediakan oksigen untuk pernafasan.
Besarnya fungsi atap monitor di dalam kandang dibuktikan dengan adanya aliran udara pada atap monitor tersebut sebagaimana telah diperlihatkan pada Gambar 15, 16, 17 dan 18 sebelumnya. Sedangkan data kuantit atif besarnya aliran udara yang melalui outlet dan inlet baik pada atap monitor maupun pada dinding diperlihatkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kecepatan Udara Rata-rata Pada Kandang Kecepatan Udara Pada Kandang (m/det)
Jam Inlet Depan Samping Tengah Belakang Atap 8:00 0.22 0.29 0.07 0.13 0.30 0.15 12:00 0.36 0.50 0.13 0.21 0.50 0.24 14:00 0.26 0.30 0.09 0.15 0.37 0.17 16:00 0.22 0.31 0.08 0.13 0.30 0.15
Pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa besar kecepatan udara maksimum yang melewati bukaan atap adalah 0.24 m/det, sedangkan pada bagian tengah kandang, outlet samping, depan dan belakang berurutan adalah 0.21 m/det, 0.13 m/det, 0.50 m/det, 0.50 m/det, sedangkan pada inlet 0.36 m/det.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa setiap bukaan di dalam kandang berfungsi sebagai ventilasi, dimana kecepatan udara terbesar adalah pada ventilasi di bagian dinding belakang dan depan kandang.
Pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa pada daerah yang dekat dengan dinding kecepatan udara pada outlet lebih besar daripada kecepatan udara
yang melalui inlet, hal ini dapat disebabkan karena ventilasi yang ditentukan sebagai outlet sebenarnya berfungsi juga sebagai inlet, sehingga memungkinkan adanya udara masuk pada ventilasi yang ditentukan sebagai outlet.Dengan melihat besarnya kecepatan udara ya ng melalui ventilasi memperlihatkan bahwa pergerakan udara di dalam kandang sudah cukup baik.