• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kawasan

Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus hutan lindung yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu Besluit van den Directur van Landbouw Neverheid en Hendel Nomor 7347/B tanggal 29 Juli 1931 serta Beslutit Directur van Economiche Zaken Nomor 5751 tanggal 28 April 1938. Selanjutnya pada tahun 1967 kawasan ini ditunjuk menjadi calon suaka alam, dan pada tanggal 6 Juni 1972 kawasan hutan lindung ini ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa seluas 50.000 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 276/Kpts/Um/6/1972 dengan tujuan utama perlindungan terhadap jenis satwa harimau jawa (Panthera tigris sondaica).

Pada tahun 1982 kawasan Suaka Margasatwa Meru Betiri diperluas menjadi 58.000 ha dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 529/Kpts/Um/1982 tanggal 21 Juli 1982 dengan memasukkan bekas areal Perkebunan Sukamade dan Bandealit seluas 2.155 ha dan kawasan hutan lindung sebelah utara serta perairan laut sepanjang pantai selatan seluas 845 ha.

Selanjutnya dengan Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982, Suaka Margasatwa Meru Betiri dinyatakan sebagai kawasan calon taman nasional, dan pernyataan ini dikeluarkan bersamaan dengan diselenggarakannya Kongres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar Bali. Setelah mengalami perubahan status kawasan, maka pada tanggal 31 Maret 1997 kawasan meru betiri ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menhut No. 277/Kpts-VI/Um/1997 dan pengelolaannya di bawah Balai Taman Nasional Meru Betiri.

Letak dan Luas

Kawasan Taman Nasional Meru Betiri secara geografis terletak antara 113º38'48'' - 113º58'30'' BT dan 8º20'48'' - 8º33'48'' LS. Luas keseluruhan Taman Nasional Meru Betiri adalah 58.000 ha, yang terdiri daratan seluas 57.155 ha dan lautan seluas 845 ha. Berdasarkan letak administratif pemerintahan, Taman Nasional

Meru Betiri terletak di dua wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu bagian barat termasuk Kabupaten Jember dengan luas 37.585 ha dan bagian timur termasuk Kabupaten Banyuwangi dengan luas 20.415 ha. Adapun batas-batas administratifnya adalah :

Sebelah utara : PT. Perkebunan Treblasala dan PT. Perhutani RPH Malangsari dan Curahtakir

Sebelah timur : Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi dan PTPN XII Sumberjambe

Sebelah selatan : Samudera Indonesia

Sebelah barat : Desa Curahnongko, Desa Andongrejo, Desa Sanenrejo

Kec Tempurejo, Kab. Jember, PTPN XII Kalisanen, PTPN XII Kota Blater, dan PT Perhutani RPH Sabrang Terate.

Desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNMB telah ditetapkan sebagai daerah penyangga, diantaranya adalah Desa Sarongan yang masuk Seksi Konservasi Wilayah I Sarongan. Daerah penyangga yang lain adalah Desa Curahnongko, Desa Andongrejo, Desa Sanenrejo, dan Desa Wonoasri yang masuk dalam Seksi Konservasi Wilayah II Ambulu.

Topografi

Sebagian besar kawasan Taman Nasional Meru Betiri mempunyai topografi yang bergunung-gunung. Semakin ke selatan topografinya semakin bergelombang dan berlereng sangat curam. Puncak gunung tertinggi adalah Gn. Betiri yaitu 1.223 m dpl. Gunung yang terdapat di bagian utara adalah Gn. Mandilis (843 m dpl), dan Gn. Betiri (1.223 m dpl), di bagian barat terdapat Gn. Rika (542 m dpl) dan Gn. Guci (400 m dpl), sedangkan di bagian timur dan selatan terdapat Gn. Meru (343 m dpl), Gn. Gendong (843 m dpl), Gn. Sumbadadung (520 m dpl), Gn. Bandealit (563 m dpl), Gn. Permisan (587 m dpl), Gn. Sukamade (363 m dpl), Gn. Benteng (222 m dpl) dan Gn. Rajekwesi (181 m dpl).

Adapun daerah-daerah yang bertopografi datar pada umumnya merupakan kawasan pemukiman penduduk dan perkebunan yang telah lama beroperasi sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan taman nasional seperti daerah sekitar Sumbersari, Sumberlangsep, Sumbersuko, Bandealit, Sukamade dan Rajegwesi.

Geologi dan Tanah

Secara umum keadaan tanah di Taman Nasional Meru Betiri merupakan asosiasi dari jenis alluvial, regosol coklat dan sebagian besar merupakan komplek latosol. Keadaan tanah ini sangat erat hubungannya dengan proses geologis dari daerah yang bersangkutan. Tanah ini mempunyai bahan induk yang berasal dari batuan alluvial vulkanik. Tanah alluvial umumnya terdapat di daerah lembah dan tempat-tempat rendah sampai daerah pantai, sedangkan regosol dan latosol pada umumnya terdapat di lereng dan punggung gunung.

Iklim

Kawasan Taman Nasional Meru Betiri merupakan daerah yang dipenuhi oleh angin musim. Pada bulan November sampai Maret bertiup angin barat laut yang menyebabkan hujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada akhir bulan April sampai Oktober. Pada bulan Juni sampai Agustus curah hujan cukup besar. Curah hujan bervariasi antara 2.300 – 4.000 mm/tahun. Jumlah hujan rata-rata dari timur sampai barat semakin rendah, kawasan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi lebih besar dibandingkan dengan yang berada di Kabupaten Jember. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan taman nasional bagian utara dan timur (Sukamade-Malangsari) mempunyai tipe iklim B, sedangkan bagian selatan dan barat mempunyai tipe iklim C

Hidrologi

Aliran sungai di kawasan ini terdapat cukup banyak dan hampir tersebar diseluruh bagian, hal ini disebabkan oleh kondisi topografi yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Daerah aliran sungai yang utama diantara punggung-punggung gunung adalah sungai Bandealit, sungai Meru dan sungai Sukamade, sedangkan di bagian timur daerah aliran sungai terdapat pantai berpasir yang cukup luas, disamping itu terdapat pula pantai yang lebih sempit seperti Sekar Pisang, Teluk Permisan, dan Nanggelan. Daerah aliran sungai yang datar sebagian besar sudah menjadi kawasan-kawasan perkebunan terutama untuk tanaman kopi, karet dan coklat.

Flora dan Fauna Flora

Kawasan TNMB merupakan perwakilan hutan hujan tropis di pulau Jawa dimana vegetasinya tidak pernah menggugurkan daun sehingga kondisinya sangat bervariasi. Taman Nasional Meru Betiri juga memiliki 4 (empat) dari sebelas tipe formasi hutan yang ada di pulau Jawa, yaitu hutan pantai, hutan payau, hutan rawa dan hutan hujan tropika (Tabel 2.).

Tabel 2. Keanekaragaman spesies tumbuhan di Taman Nasional Meru Betiri berdasarkan formasi hutannya

No. Formasi Hutan Jenis yang Dominan

1. Formasi pantai

Ubi pantai (Ipomoea pes-caprae), rumput lari (Spinifex squarosus), keben (Barringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibiscus tilaeus), ketapang (Terminalia catappa), pandan pantai (Pandanus tectorius).

2. Formasi payau Bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), nipah (Nypa fruticans)

3. Formasi rawa

Sawo kecik (Manilkara kauki), pulai (Alstonia angustilusa), ingas (Gluta renghas), kepuh

(Sterculia foetida), glagah (Saccharum spontanum), rumput gajah (Panisitum curvurium)

4. Formasi hutan hujan tropika

Walangan (Pterospermum diversifolium), winong (Tertameles nudiflora), gondang (Ficus variegata), budengan (Diospyros cauliflora), pacal kidang (Aglaia variegata), rau (Dracontomelon mangiferum), glintungan (Bischoffia javanica), ledoyo (Dysoxylum amoroides), randu agung (Gossampinus heptaphylla), Nyampuh (Litsea sp.), rotan warak (Plectocomia elongata), bayur

(Pterospermum javanicum), bungur (Lagerstroemia speciosa), Langsep (Lansium domesticum), segawe (Adenanthera microspermum), aren (Arenga pinnata), bendo (Artocarpus heterophyllus), suren (Toona sureni), duren (Durio zibethinus)

Selain mempunyai formasi vegetasi yang lengkap Taman Nasional Meru Betiri juga memiliki beberapa jenis flora langka antara lain Patmosari (Rafflesia zollingeriana), Balanophora fungosa yaitu tumbuhan parasit yang hidup pada jenis pohon Ficus spp, serta beberapa jenis bambu endemik antara lain bambu manggong (Gigantochloa manggong Widjaja) dan bambu matmat (Dinochloa mat-mat).

Fauna

Taman Nasional Meru Betiri memiliki keanekaragaman fauna yang sangat tinggi yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar, diantaranya aves, mamalia, reptilia dan primata.

• Aves

Di TNMB terdapat ± 179 jenis aves dimana 63 jenis didalamnya termasuk jenis yang dilindungi, diantaranya adalah merak hijau (Pavo muticus), julang (Rhyticeros undulatus), enggang papan (Anthracoceros convixus) dan kangkareng yang penyebarannya merata di seluruh kawasan TNMB.

• Mamalia

Harimau jawa (Panthera tigris sondaica), banteng (Bos javanicus), trenggiling (Manis javanica), landak (Histrix brachyura) serta binturung (Arctictis binturong) merupakan sebagian dari mamalia yang ada di kawasan TNMB.

• Reptilia

Jenis reptil yang terdapat di kawasan TNMB yang dilindungi dan tidak dilindungi diantaranya : penyu, kura-kura, ular dan biawak. Penyu banyak dijumpai di pantai Sukamade, diantaranya adalah jenis penyu hijau (Chelonia mydas) yang merupakan penyu yang sering mendarat di pantai Sukamade. Adapun jenis lain yang mendarat di pantai Sukamade antara lain penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu slengkrah (Lepidochelys olivaceae) dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae). Sedangkan jenis ular yang dilindungi di kawasan TNMB adalah ular king kobra (Naja spulatrix) dan ular puspa kajang (Phyton reticulates).

• Primata

Primata yang terdapat di kawasan TNMB antara lain kera, lutung budeng, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Obyek Wisata

Taman Nasional Meru Betiri terletak di dua kabupaten yang juga memiliki dua pintu gerbang untuk memasuki kawasan taman nasional. Pintu gerbang di sebelah barat adalah Desa Andongrejo yang terletak di Kabupaten Jember dan pintu gerbang sebelah timur adalah Pantai Rajegwesi yang merupakan salah satu obyek wisata yang

terletak di Kabupaten Banyuwangi. Obyek wisata dalam kawasan TNMB yang terletak di Kabupaten Jember adalah TOGA, Pantai Bandealit, Teluk Meru, Goa jepang dan habitat Rafflesia. Sedangkan Obyek wisata dalam kawasan TNMB yang terletak di Kabupaten Banyuwangi adalah Pantai Sukamade, Teluk Damai, Teluk Hijau, pantai Rajegwesi, Teluk Permisan, dan habitat Rafflesia.

Dokumen terkait