• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.3 Metode Pengumpulan Data .1Uji coba pemeliharaan .1Uji coba pemeliharaan

3.3.2 Kondisi M. montana selama sterilisasi dan setelah sterilisasi

Kesehatan satwa merupakan faktor penting dalam pengelolaan satwa yang dipelihara. Salah satu cara kesehatan yaitu dengan melakukan pencegahan penyakit. Sebanyak empat spesies katak di kawasan TN Gunung Gede Pangango positif mengandung jamur Bd (Kusrini et al. 2008). Kawasan Taman Safari I merupakan kawasan penyangga TNGGP, sehingga diasumsikan bahwa spesies-spesies kataknya terkontaminasi jamur Bd. M. montana yang dipindahkan dari alam ke habitat buatan, sebelumnya dilakukan upaya pencegahan kesehatan atau sterilisasi terhadap jamur Bd. Sterilisasi dilakukan terhadap semua spesimen yang ditangkap langsung dari alam agar bakteri atau virus berbahaya yang dibawa oleh satwa tidak berkembangbiak dan menyebabkan kematian.

Metode untuk mensterilisasi jamur Bd yaitu dengan Bathwash Itraconazole (Sporanox 10 mg/ml) 0,01% pada 0,6% saline. Setiap satu individu M. montana dimandikan dalam larutan ini selama 5 menit/ hari untuk 11 hari berturut-turut (Forzan et al. 2008). Jumlah katak yang disterilisasi sebanyak lima ekor dengan komposisi dua ekor betina dan tiga ekor jantan.

Obat yang digunakan yaitu kapsul Itraconazole 100 mg dengan isi kapsul berupa ganular. Itraconazole yang diperlukan yaitu larutan Itraconazole 100 mg hanya diambil sebanyak 0,01% ditambah dengan 0,06 % salt solution (Na+Hcl). Itraconazole bentuk solution ini ditambahkan dengan 99,99 ml aquades sehingga dihasilkan Itraconazole (Sporanox 10 mg/ml) 0,01% pada 0,6% saline.

Kegiatan sterilisasi jamur Bd pada M. montana dilakukan pada malam hari saat waktu aktif katak. Katak dimasukkan ke dalam gelas plastik sekali pakai yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran badan katak dan telah diisi oleh larutan Itraconazole (Gambar 4). Katak didiamkan selama lima menit dan dilakukan pengamatan dengan metode ad libitum sampling, yaitu mengamati perilaku satwa yang disterilisasi serta mencatat data pengamatan. Katak yang telah dimandikan dengan Itraconazole dimasukkan kembali ke dalam terarium. Proses Bathwash dengan bahan Itraconazole ini dilakukan setiap hari selama 11 hari dengan waktu 5 menit/hari dengan prosedur yang sama setiap harinya.

3.3.3 Perkembangan adaptasi dan perilaku di penangkaran 3.3.3.1Adaptasi tempat hidup dan lingkungan M. montana

Data mengenai kondisi terarium dilakukan dengan cara mengukur panjang, lebar, dan tinggi kandang. Informasi mengenai jenis terarium, bentuk, ukuran, konstruksi, fasilitas serta perawatan terarium dilakukan dengan pengamatan langsung. Pengukuran suhu dan kelembaban terarium dan suhu tubuh dilakukan selama 30 hari di dalam terarium pada pagi hari pukul 08.00, siang hari pukul 13.00, dan malam hari

pukul 20.00 dengan menggantungkan termometer dry wet dan termometer tembak.

a. Jenis, Bentuk dan Ukuran Terarium

Terarium M. montana berbahan kaca dengan bentuk persegi panjang dan horizontal dengan ketebalan kaca sebesar 5 mm. Terarium kaca yang digunakan sebagai habitat buatan M. montana berjumlah 4 buah, satu terarium besar dibagi menjadi dua bagian dan dipisahkan oleh sekat dari papan kayu dengan tebal 8 mm, sehingga jumlah total terarium yang digunakan 5 buah (Gambar 5).

Gambar 5 Jenis, bentuk dan ukuran terarium M. montana.

Ukuran terarium yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan ukuran terarium M. montana

No. Nama Ukuran Kandang

(pxl xt) cm3 Bahan pembuat

1. Terarium 1 80 x 40 x 49 Kaca dengan tutup atas kawat dengan kain kasa 2. Terarium 2 45 x 40 x 40 Kaca dengan tutup atas kawat dengan kain kasa 3. Terarium 3 45 x 40 x 40 Kaca dengan tutup atas kawat dengan kain kasa 4. Terarium 4 50 x 30 x 30 Kaca dengan tutup atas kawat dengan kain kasa 5. Terarium 5 60 x 40 x 40 Kaca dengan tutup atas kawat dengan kain kasa

b. Fasilitas Terarium

Terarium sebagai habitat buatan untuk hidup dan perkembangan harus menyediakan berbagai komponen atau fasilitas pendukung untuk menunjang aktivitas satwanya sesuai karakteristik hidup dan pola aktivitas M. montana di habitat alaminya. Fasilitas sebagai komponen dan perlengkapan (enrichment) di dalam terarium TSI yang diperlukan mencakup display backgound, substrat, enclosure furnishings, tumbuhan, dan air (Gambar 6).

Gambar 6 Fasilitas terarium di penangkaran TSI.

Fasilitas yang terdapat di dalam terarium berupa tanah sebagai tempat hidup, air, vegetasi dan substrat seperti batu, serasah, ataupun kayu. Sebagai tempat untuk berlindung di dalam terarium disediakan sarana pendukung untuk memenuhi kebutuhan yaitu, batu, kayu dan batok kelapa yang berfungsi sebagai

tempat berlindung (cover).

Sumber air yang tersedia di dalam terarium dibuat semirip mungkin seperti sungai yaitu berupa air yang bergerak (berarus) dengan bantuan pompa air. Tempat

air di dalam terarium berupa bak yang dibuat dari plastik besar. Selain itu

perlengkapan teraium lain yang penting adalah lampu neon yang berfungsi sebagai pengganti cahaya di dalam terarium.

c. Sterilisasi Terarium

Kegiatan sterilisasi terarium dilakukan pada saat awal pembuatan terarium ini dan selama kegiatan penelitian berlangsung. Kegiatan pembersihan kaca terarium dilakukan dengan menggunakan alkohol 70 % dan dibersihkan dengan kain lap, lalu dibilas dengan air. Semua perlengkapan dan fasilitas terarium sebelum dimasukkan kedalam terarium disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol

70% dan air. Kegiatan pembersihan ini bertujuan untuk menjaga sanitasi kandang dan mencegah tumbuhnya hama dan penyakit.

Katak dipindahkan terlebih dahulu ke dalam kotak plastik saat terarium akan dibersihkan. Kotak plastik mempunyai ukuran 35 x 21 x 22,5 cm3 dengan ketebalan 3 mm. Bagian atas kotak ditutup dengan kawat kasa agar katak tidak keluar dan uadara dapat keluar masuk dengan bebas. Kotak plastik terlebih dahulu disterilkan dengan alkohol dan dibersihkan dengan air lalu dikeringkan. setelah proses pembersihan selesai katak dimasukkan kembali ke dalam terarium. Praktek

perawatan terarium dilakukan secara rutin setiap lima hari sekali, dengan cara yang

sederhana atau konvensional seperti membersihkan dari kotoran, memperbaiki dan/atau menggantikan bagian yang rusak, dan menggantikan fasilitas pendukung di dalam terarium.

3.3.3.2Adaptasi pakan M. montana

Pengamatan mengenai pakan di penangkaran dilakukan dengan melihat kapan katak mulai makan dan berapa jumlah pakan yang dimakan. Pakan yang di berikan yaitu jangkrik (Gambar 7). Pemberian pakan dilakukan selama satu hari sekali pada pukul 16.00 WIB dengan jumlah jangkrik yang diberikan sebanyak tiga ekor setiap terarium per hari. Ukuran jangkrik disesuaikan dengan ukuran tubuh

katak. Katak jantan diberikan jangkrik yang berukuran 1-1,5 cm dan katak betina

yang ukurannya lebih besar dari katak jantan diberikan jangkrik berukuran 1,5-2 cm. Pemberian jangkrik dilakukan dengan menebarkan jangkrik hidup secara perlahan di

lantai kandang agar katak dapat menikmati pakan dengan langsung. Jangkrik

didapatkan dari penangkaran jangkrik di dalam TSI yang telah melakukan breeding jangkrik untuk memenuhi pakan satwa di TSI.

Salah satu faktor yang memengaruhi adaptasi pakan katak adalah pertumbuhan bobot badan dan SVL (Snout Vent lenght). Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali untuk mengetahui pertambahan panjang tubuh dan bobot badan setiap individu selama satu bulan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan pegas dan kaliper. Pertumbuhan bobot badan berkaitan erat dengan pakan yang dikonsumsi. Perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi memberikan pengaruh perbedaan nilai rasio konversi pakan (FCR).

3.3.3.3Adaptasi perilaku, pemanfaatan habitat dan pola pergerakan M. montana M. montana yang telah steril dipindahkan ke dalam terarium yang telah steril dan disesuaikan dengan habitat alaminya. Katak yang berada di dalam terarium diamati dengan menggunakan metode ad libitum sampling, yaitu metode pengamatan dengan mengamati perilaku masing-masing satwa dan mencatat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku M. montana di dalam terarium sepanjang hari selama 30 hari.

Data dan perilaku katak yang diambil yaitu mengikuti Firdaus (2011) yaitu katak aktif dan katak bergerak. Katak aktif didefinisikan sebagai katak dengan posisi mata terbuka, dan katak bergerak sebagai perubahan posisi penemuan katak dari posisi sebelumnya. Data pergerakan katak dikelompokkan ke dalam beberapa perilaku yaitu :

a. Bergerak berpindah, yaitu katak berpindah posisi ke segala arah dengan jarak minimal sama dengan SVL atau lebih tanpa lompatan dalam satu waktu. b. Melompat yaitu katak berpindah posisi ke segala arah dengan melompat

dalam satu waktu.

c. Bergerak tidak berpindah yaitu katak bergerak kesegala arah yang menyebabkan perubahan orientasi tidak melebihi SVL dalam satu waktu. d. Diam yaitu katak tidak melakukan pergerakan apapun atau diam.

Interaksi satwa dengan lingkungannya dilihat dari pemanfaatan habitat dan pola pergerakan katak. Pengamatan dilakukan dengan metode ad libitum sampling, yaitu metode pengamatan dengan mengamati dan mencatat perilaku setiap individu katak dalam memanfaatkan habitat dan pola pergerakannya selama 30 hari di dalam penangkaran.

Dokumen terkait