• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Kondisi Perekonomian

Berdasarkan Tabel Input-Output di Kota Pangkalpinang Tahun 2007 menghasilkan suatu gambaran mengenai struktur perekonomiannya yang meliputi struktur penawaran dan permintaan serta struktur permintaan akhir.

4.2.1 Struktur Penawaran dan Permintaan

Interaksi yang terjadi antara pihak yang menyediakan dengan pihak yang meminta dalam suatu perekonomian di suatu wilayah akan terakomodasi pada tabel I-O, yang dalam istilah ekonomi sering disebut dengan penawaran dan permintaan (supply and demand). Kedua sisi perekonomian ini terbentuk dari akumulasi jenis kegiatan yang berbeda namun akan sama total nilai keduanya sesuai dengan prinsip keseimbangan.

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa total penawaran atau permintaan barang dan jasa pada tahun 2007 sebesar 4,043,415 juta rupiah. Atau bisa diartikan bahwa nilai tersebut merupakan perputaran barang dan jasa (interaksi yang terjadi antar sektor ekonomi maupun dengan konsumen akhir) di Kota Pangkalpinang. Kontribusi sektor terbesar terdapat pada sektor Perdagangan (22.74%), Bangunan (10.07%), Pemerintahan Umum dan Pertahanan (8.81%), Angkutan Jalan Raya (6.52%) dan Industri Peleburan Timah (6.10%), yang dapat dilihat Lampiran 1.

Tabel 4.1 Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007

Uraian Nilai % Permintaan 4,043,415.57 Antara 1,176,595.57 29.10 Domestik 1,965,250.46 48.60 Ekspor 901,569.54 22.30 Penawaran 4,043,415.57 Impor 821,378.85 20.31 Ouput Domestik 3,222,036.72 79.69

Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa baik untuk proses produksi maupun konsumsi akhir dibedakan menurut asal barang, yaitu dari impor domestik dan produk domestik yang masing-masing sebesar 821,378 juta rupiah (20.31%) dan 3,222,036 juta rupiah (79.69%). Dilihat dari persentasenya dapat dikatakan bahwa Kota Pangkalpinang memiliki ketergantungan akan barang dan jasa dari luar wilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, terutama pada sektor-sektor industri pengolahan.

      28   

Sebaliknya dalam sisi permintaan, dari total 4,043,415 juta rupiah digunakan untuk kebutuhan konsumsi internal dan pembentukan modal sebesar 48.60 persen atau sebesar 1,965,250  juta rupiah Digunakan kembali dalam proses produksi sebesar 29.10 persen atau 1,176,595 juta rupiah serta sisanya 22.30 persen atau sebesar 901,569 juta rupiah untuk di ekspor keluar wilayah.

4.2.2 Struktur Permintaan Akhir

Total permintaan akhir Kota Pangkalpinang sebesar 2,866,820 juta rupiah, yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga sebesar 1,143,491 juta rupiah (39.89%), konsumsi pemerintah sebesar 351,438 juta rupiah (12.26%), pembentukan modal tetap bruto sebesar 463,681 juta rupiah (16.17%), serta kebutuhan ekspor sebesar 901,570 juta rupiah (31.45%).

Tabel 4.2 Komposisi Permintaan Akhir menurut Komponen Kota Pangkalpinang Tahun 2007

Sektor Nilai (Juta Rp)

Distribusi Permintaan Akhir (%) Distribusi thd PDRB (%)

Konsumsi Rumah Tangga 1,143,491 39.89 55.90

Konsumsi Pemerintah 351,438 12.26 17.18

Pembentukan Modal Tetap Bruto 463,681 16.17 22.67

Perubahan Stok 6,641 0.23 0.32

Ekspor 901,570 31.45 44.08

Jumlah Permintaan Akhir 2,866,820 100.00

Impor 821,379 28.65 40.16

Adapun jika dilihat dari kontribusi pembentukan PDRB, maka komponen yang memberikan kontribusi terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga yang mencapai sebesar 55.90 persen, menandakan bahwa masyarakat Kota Pangkalpinang sangat konsumtif. Kontribusi yang cukup besar juga didapat dari ekspor yaitu menyumbang sebesar 44.08 persen diikuti oleh komponen impor yaitu sebesar 40.16 persen. Sedangkan komponen konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto masing-masing menyumbang 17.18 persen dan 22.67 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Pangkalpinang dari segi pengeluarannya.

Apabila dilihat per sektor untuk setiap komponen permintaan akhir maka struktur konsumsi rumahtangga Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor utama yaitu sektor industri makanan, minuman & tembakau lainnya dan sektor perikanan, masing-masing 22.03 persen dan 17.87 persen, seperti pada Lampiran 2. Besarnya konsumsi rumahtangga terhadap produk perikanan terkait dengan lokasi Kota Pangkalpinang yang berada di daerah kepulauan yang banyak terdapat perairan, sehingga masyarakatnya banyak mengkonsumsi hasil perikanan yang disebabkan bahan makanan lainnya sangat sulit diperoleh dikarenakan diimpor dari luar wilayah dan harganya menjadi mahal. Sedangkan konsumsi pemerintah seluruhnya digunakan untuk pembayaran gaji pegawai negeri di pemerintahan daerah.

Pembentukan modal tetap bruto di dominasi oleh sektor bangunan sebesar 80.85 persen yang memang Kota Pangkalpinang hingga sekarang masih melakukan pembangunan fisik atau sarana dan prasarana secara menyeluruh

      30   

sebagai konsekuensi menjadi ibukota provinsi yang baru berjalan selama tujuh tahun. Struktur ekspor Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor industri peleburan timah dan sektor angkutan jalan raya masing-masing sebesar 27.36 persen dan 22.26 persen. Produk dari sektor industri peleburan timah merupakan komoditi utama ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang memang kaya akan pertambangan pasir timah. Namun sejak diberlakukannya undang-undang yang melarang adanya ekspor pasir timah ke luar negeri mendorong peningkatan ekspor balok timah yang merupakan hasil produksi dari sektor tersebut. Kota Pangkalpinang merupakan satu-satunya wilayah yang memiliki pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sehingga untuk memudahkan pengeksporan maka industri ini banyak terdapat di Kota Pangkalpinang yang tidak terdapat pertambangan pasir timah.

4.3. Sektor Unggulan

Dalam menentukan sektor kunci ataupun sektor unggulan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan perbandingan penghasil output dan nilai tambah terbesar serta dari analisis keterkaitan yaitu indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan.

4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah

Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang. Dari tabel I-O terlihat bahwa lima sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan output keseluruhan di Kota Pangkalpinang adalah sektor

Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum dan Pertahanan, Angkutan Jalan Raya, dan Industri Peleburan Timah.

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai output terbesar yaitu mencapai 919,631 juta rupiah atau memberikan andil 28.54 persen dari seluruh output yang diciptakan di Kota Pangkalpinang. Sektor terbesar berikutnya adalah sektor bangunan yang memberikan kontribusi sebesar 12.64 persen atau 407,262 juta rupiah. Diikuti oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 356,153 juta rupiah atau berandil 11.05 persen. Sektor angkutan jalan raya memberikan output sebesar 263,109 juta rupiah atau 8.17 persen dari total output keseluruhan. Yang terakhir dari lima sektor terbesar penghasil output adalah sektor industri peleburan timah yang berkontribusi sebesar 7.66 persen dengan nilai output 246,646 juta rupiah.

Tabel 4.3 Lima Sektor Terbesar Penghasil Output Kota Pangkalpinang 2007

Kode Sektor Nilai (Juta Rp) Distribusi (%)

26 Perdagangan 919,631.15 28.54

25 Bangunan 407,262.21 12.64

36 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 356,153.07 11.05

29 Angkutan Jalan Raya 263,109.63 8.17

21 Industri Peleburan Timah 246,646.92 7.66

Sedangkan nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O, nilai tambah bruto dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah

      32   

bruto di setiap sektor ekonomi ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang juga besar, tergantung dengan seberapa besar biaya produksinya.

Tabel 4.4 Lima Sektor Terbesar Penghasil Nilai Tambah Kota Pangkalpinang Tahun 2007

KODE SEKTOR NILAI (Juta

Rp)

DISTRIBUSI (%)

26 Perdagangan 706,023.63 34.52

36 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 312,169.29 15.26

29 Angkutan Jalan Raya 135,874.81 6.64

25 Bangunan 135,313.75 6.62

35 Real Estate, Usaha Persewaan, 134,774.88 6.59 dan Jasa Perusahaan

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa lima sektor terbesar penghasil nilai tambah adalah sektor perdagangan dengan memberikan andil sebesar 34.52 persen dari total pembentukan nilai tambah atau sebesar 706,023 juta rupiah. Diikuti dengan sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menghasilkan nilai tambah sebesar 312,169 juta rupiah atau berkontribusi dalam pembentukan NTB sebesar 15.26 persen. Sektor berikutnya adalah sektor angkutan jalan raya yang bernilai 135,874 juta rupiah yang memang sejak adanya kapal feri di pelabuhan Kota Pangkalpinang yang dapat memuat kendaraan baik mobil maupun motor, sektor ini memiliki kontribusi yang meningkat hingga member andil sebesar 6.64 persen. Sektor bangunan juga berkontribusi sebesar 6.62 persen atau 135,313 juta

rupiah. Dan yang terakhir adalah sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan yang memberikan nilai tambah tidak jauh berbeda dengan sektor sebelumnya yaitu 134,774 juta rupiah atau memberikan andilnya sebesar 6.59 persen terhadap pembentukan nilai tambah keseluruhan di Kota Pangkalpinang.

Apabila dilihat dari lima sektor terbesar penghasil output dan nilai tambah, ternyata dari kelima sektor hanya satu sektor yang tidak sama, keempat sektor lainnya sama yaitu sektor Bangunan, Perdagangan, Angkutan Jalan Raya dan Pemerintahan Umum & Pertahanan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa keempat sektor ini merupakan sektor utama atau sektor-sektor kunci (key sectors) di Kota Pangkalpinang yang dapat menjadi sektor unggulan.

4.3.2. Analisis Keterkaitan

Dengan menggunakan model Input-Output kita dapat melakukan berbagai analisis yaitu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan antar sektor produksi yang merupakan suatu kelebihan dan keunggulan model I-O. Ada tingkat keterkaitan teknis antara unsur aktif (dalam hal ini unsur yang menunjang kegiatan ekonomi) yang merupakan kegiatan generator untuk memulai sesuatu proses polarisasi teknis. Hubungan teknis tersebut di dapat dari turunan daya penyebaran dan derajat kepekaan, yaitu indeks daya penyebaran yang merupakan keterkaitan ke depan atau bisa di sebut daya dorong dan indeks derajat kepekaan yang merupakan keterkaitan ke belakang atau dapat disebut suatu tingkat ketergantungan dengan suatu sektor (BPS, 1999).

      34    1. Daya Penyebaran

Menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu sektor melalui mekanisme penggunaan input produksi. Keterkaitan yang terjadi yaitu jika terjadi peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri dan dari sektor-sektor lain. Oleh karena itu, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak dari sebelumnya yang digunakan sebagai input proses produksi dalam rangka meningkatkan output.

Tabel 4.5 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Daya Penyebaran Tertinggi

No Sektor Total Daya

Penyebaran

Indeks Daya Penyebaran

1 Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan 1.38419 0.77277

2 Bangunan 1.27206 0.78128

3 Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga 1.19145 0.83250 4 Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat 1.17411 0.84904 5 Industri Kerupuk dan Sejenisnya 1.16716 0.85163 6 Industri Mesin, Alat angkutan & Perbaikannya 1.12551 0.87745

7 Angkutan Jalan Raya 1.12038 0.88376

8 Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan 1.10933 0.88980 9 Jasa Penunjang Angkutan 1.09509 0.89794 10 Jasa Perorangan & Rumahtangga 1.09222 0.90855

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa sektor yang memiliki total daya penyebaran tertinggi adalah sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan sebesar 1.38419 yang mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan satu unit output sektor tersebut maka akan mendorong naiknya output sektor-sektor lain (termasuk

sektornya sendiri) secara keseluruhan sebesar 1.38419 unit. Diikuti oleh sektor bangunan yang memiliki keterkaitan ke depan sebesar 1.27206 yaitu adanya pertambahan total output sektor tersebut dan sektor-sektor lainnya sebesar 1.27206 unit dari adanya kenaikan satu unit output sektor bangunan. Begitupun dengan sektor-sektor lainnya, yang apabila memiliki total daya penyebaran diatas satu mempunyai arti bahwa sektor-sektor tersebut memiliki daya penyebaran diatas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan.

Pada tabel 4.5 juga diketahui bahwa sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan memiliki indeks yang terendah yaitu 0.77277 yang berarti bahwa sektor tersebut mendorong sebagian besar dari seluruh sektor ekonomi. Diikuti dengan sektor bangunan yang juga memiliki indeks terendah kedua sebesar 0.78128, mendorong sebagian besar sektor ekonomi.

2. Derajat Kepekaan

Adanya peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output sektor-sektor lainnya tersebut dapat terlaksana melalui dua cara. Pertama, peningkatan output akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri. Input sektor tadi ada yang berasal dari sektor itu sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh karenanya, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak daripada sebelumnya (untuk digunakan sebagai input proses produksi). Berarti, harus ada peningkatan output sektor lain. Peningkatan output sektor tersebut, pada gilirannya akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri yang berarti

      36   

harus ada peningkatan output sektor-sektor lainnya. Begitu seterusnya terjadi keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi tersebut.

Tabel 4.6 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Derajat Kepekaan Tertinggi

No Sektor Total Derajat Kepekaan Indeks Derajat Kepekaan 1 Perdagangan 4.48745 0.23568

2 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.28010 0.70869

3 Bangunan 1.27853 0.71964

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.22956 0.74625

5 Perikanan 1.11000 0.82677

6 Angkutan Jalan Raya 1.03208 0.88360

7 Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga 0.99826 0.91071 8 Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat 0.99627 0.92123 9 Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan 0.98538 0.94882

10 Pos dan Telekomunikasi 0.96475 0.95837

Pada tabel 4.6 terlihat bahwa sektor yang memiliki total derajat kepekaan tertinggi adalah sektor perdagangan dengan nilai 4.48745. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output pada sektor perdagangan maka akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan yang merupakan input dalam sektor perdagangan sebesar 4.48745 unit. Sektor ini mempunyai total yang sangat tinggi yang menandakan bahwa sektor perdagangan memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan sektor-sektor lain sebagai input. Sektor perdagangan memiliki indeks derajat kepekaan yang sangat rendah yaitu sebesar 0.23568 yang berarti bahwa sektor ini memiliki ketergantungan hampir seluruh sektor ekonomi karena memang dalam setiap sektor ekonomi memiliki bagian sektor perdagangan yaitu nilai margin

perdagangan dan transportasi. Sektor ekonomi yang memiliki total derajat kepekaan lebih dari satu yaitu memiliki derajat kepekaan diatas rata-rata derajat kepekaan keseluruhan, diantaranya adalah sektor real estate, usaha persewaan & jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas & air bersih; perikanan; dan sektor angkutan jalan raya.

Apabila dilihat dari total daya penyebaran dan derajat kepekaan maka yang merupakan sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan adalah sektor yang memiliki daya dorong dan keterkaitan dengan sektor lain yang cukup besar yaitu yang memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih dari satu. Sehingga apabila sektor ekonomi tersebut lebih dikembangkan maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor tersebut adalah sektor bangunan dan angkutan jalan raya, yang memang pada dasarnya selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun terutama sejak akses transportasi lebih terbuka.

4.4. Analisis Dampak

Analisis ini adalah untuk melihat dampak atau apa yang terjadi apabila ada perubahan atau peningkatan permintaan akhir di sektor-sektor unggulan. Dengan beberapa pembahasan sebelumnya, maka yang merupakan sektor-sektor unggulan adalah sektor-sektor kunci baik dari struktur output dan nilai tambah maupun dari daya penyebaran dan derajat kepekaan. Sektor tersebut adalah sektor perdagangan, bangunan, angkutan jalan raya dan pemerintahan umum & pertahanan.

      38    4.3.1 Dampak Output

Suatu output sektor ekonomi terbentuk sebagai akibat dari permintaan akhir yaitu konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor keluar wilayah. Dari lampiran 3 terlihat bahwa ke empat sektor unggulan tersebut menciptakan output terbesar akibat seluruh komponen permintaan akhir. Sektor yang memberikan dampak output terbesar yang tercipta akibat pengaruh dari permintaan akhir adalah sektor perdagangan yaitu 33.61 persen dari total output yaitu sebesar 1,053.9 milyar rupiah dengan dengan masing-masing komponen yaitu untuk konsumsi rumahtangga sebesar 482.6 milyar rupiah, konsumsi pemerintah sebesar 10.4 milyar rupiah, pembentukan modal sebesar 124.8 milyar rupiah, perubahan stok sebesar satu milyar dan untuk pengiriman keluar kota yaitu ekspor sebesar 434.9 milyar rupiah. Dapat dikatakan bahwa komponen permintaan yang mengakibatkan penciptaan output terbesar adalah dari komponen konsumsi rumahtangga.

Sektor bangunan memberikan kontribusi 13.01 persen dalam penciptaan output akibat permintaan akhir dengan komponen pembentukan modal tetap bruto yang menciptakan output terbesar yaitu mencapai 377.4 milyar rupiah dari total yang hanya 408 milyar rupiah. Sektor pemerintahan umum dan pertahanan menciptakan output sebesar 356.1 milyar rupiah atau sebesar 11.36 persen dari keseluruhan output yang terbentuk akibat dari pengaruh permintaan akhir. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memberikan kontribusi 8.42 persen dari keseluruhan total dampak output.

Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa tercipta output sebesar 3,136.1 milyar rupiah akibat pengaruh permintaan akhir. Dengan komponen ekspor yang memberikan kontribusi terbesar yaitu 36.15 persen diikuti dengan konsumsi rumahtangga yang menciptakan output sebesar 29.67 persen.

4.3.2 Dampak Nilai Tambah

Nilai Tambah Bruto menunjukkan bagian dari input secara keseluruhan. Dalam tabel input output, nilai tambah mempunyai hubungan linier dengan outputnya, sehingga perubahan permintaan akhir akan mengakibatkan terjadinya perubahan secara proporsional terhadap nilai tambah dan outputnya. Berdasarkan lampiran 4 , terlihat bahwa sektor perdagangan masih menciptakan nilai tambah terbesar akibat dari pengaruh permintaan akhir yaitu sebesar 39.18 persen dari total nilai tambah keseluruhan sektor dengan komponen pembentuk nilai tambah terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga.

Diikuti oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menciptakan nilai tambah sebesar 312.2 milyar rupiah atau memberikan andil 15.12 persen dari keseluruhan penciptaan nilai tambah. Sektor bangunan dan angkutan jalan raya masing-masing memberikan andilnya sebesar 6.57 dan 6.60 persen. Dengan penciptaan terbesar dari pembentukan modal tetap bruto sebesar 125.4 milyar rupiah untuk sektor bangunan dan dari komponen ekspor sebesar 116.7 milyar rupiah untuk sektor angkutan jalan raya.

Setiap kolom menunjukkan pengaruh masing-masing komponen permintaan akhir terhadap proses penciptaan nilai tambah di masing-masing sektor perekonomian. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan pengaruh dari

      40   

konsumsi rumahtangga terhadap penciptaan nilai tambah seluruh sektor sebesar 659.3 milyar rupiah. Begitupun dengan pengaruh dari konsumsi pemerintah, PMTB, perubahan stok, dan ekspor terhadap pembentukan nilai tambah seluruh sektor masing-masing sebesar 338.5 milyar; 288.3 milyar; 2.3 milyar dan 776.4 milyar rupiah.

4.3.3 Dampak Kebutuhan Impor

Barang dan jasa yang berasal dari impor, disamping digunakan dalam rangka proses produksi juga untuk penggunaan konsumsi akhir. Pada lampiran 5 terlihat bahwa barang dan jasa impor yang dibutuhkan pada suatu sektor ekonomi akibat dari pengaruh konsumsi rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok dan ekspor. Bila pengamatan dilakukan secara kolom dapat diketahui total kebutuhan impor seluruh sektor ekonomi untuk setiap komponen permintaan akhir.

Sektor yang menjadi unggulan adalah sektor yang tidak mempunyai ketergantungan dengan wilayah lain dalam hal produksi barang tersebut sehingga sektor unggulan adalah sektor yang tidak atau paling sedikit membutuhkan impor barang dan jasa dari luar Pangkalpinang. Terbukti dari lampiran 3, sektor unggulan yang mempunyai sedikit kebutuhan impor hanya sektor angkutan jalan raya yaitu hanya sebesar 0.10 persen dari total impor yang diciptakan dari permintaan akhir keseluruhan sektor yaitu dari konsumsi rumahtangga sebesar 1.6 milyar rupiah.

Sedangkan komponen permintaan akhir terbesar dari seluruh sektor ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan impor adalah komponen konsumsi

rumahtangga seluruh sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang yaitu 1,326 milyar rupiah diikuti oleh komponen ekspor 1,133.8 milyar rupiah, komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 691.4 milyar rupiah dan komponen konsumsi pemerintah sebesar 395 milyar rupiah.

Dokumen terkait