• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara

Suatu perekonomian suatu kota/kabupaten dapat diukur dari PDRBnya kota/kabupaten tersebut. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013 sebesar 6,05 persen. PDRB

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 5.121,10 Miliar dan atas dasar harga konstan sebesar Rp 1.914,41 Miliar. Jika dilihat menurut lapangan usahanya maka sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu 2.587 Miliar rupiah, dan diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa sebagai kontributor terbesar ketiga, sedangkan sisanya disumbangkan oleh enam sektor lainnya, dimana sektor penyumbang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Tabel 4.2

Nilai PDRB Harga Berlaku, Nilai PDRB Harga Konstan, dan Sumber Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013

Sektor Usaha Nilai PDRB

Harga Berlaku Nilai PDRB Harga Konstan Sumber Pertumbuhan Pertanian 2.587.168,99 963.456,03 1,960

Pertambangan & Penggalian 7.549,70 1.579,06 0,008

Industri Pengolahan 83.058,98 38.493,57 0,074

Listrik, Gas & Air Bersih 46.600,60 14.372,10 0,056

Konstruksi 373.573,54 141.802,85 0,835

Perdagangan, Hotel &

Restoran 814.160,30 260.000,29 0,952

Pengangkutan &

Komunikasi 213.788,90 72.376,65 0,271

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 183.614,68 63.173,66 0,285

Jasa-jasa 811.587,82 359.160,36 1,610

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara 6,050

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara

Kontributor terbesar dalam membentuk PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah Sektor pertanian. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sub sektor pertanian yang paling dominan yang dibudidayakan masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor tanaman bahan makanan mencakup tanaman padi, palawija dan hortikultura. Untuk tanaman padi dan palawija, padi memiliki luas 27 ribu

hektar. Sedangkan untuk tanaman sayuran, cabe memiliki luas panen terbesar yaitu sebesar 1080 hektar.

Komoditas tanaman pangan tersebut adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar dan komoditas hortikultura adalah bawang merah, cabe besar, bawang daun, buncis, kentang, kubis, sawi, terung, tomat, kacang panjang, dan bayam. Produksi komoditas jagung pada tahun 2013 yaitu 21.375,74 ton, kacang tanah 3.595,59 ton, ubi kayu 32.476,44 ton dan ubi jalar 11.009,19 ton. Sedangkan komoditas bawang merah 449,57 ton, cabe besar5.424,69 ton, bawang daun 2.558,36 ton, buncis 1.867,26 ton, kentang 3.499,55 ton, kubis 7.769,74 ton, sawi 4.852,13 ton, terung 1.254,48 ton, tomat 2.097,60 ton, kacang panjang 499,22 ton, bayam 331,26 ton.

Sektor perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara yang memberikan kontribusi adalah karet, Kemenyan, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, kelapa, kulit manis, kemiri, tembakau, kelapa sawit, coklat, aren, pinang, vanili, nilam, andaliman. Produksi komoditas karet pada tahun 2013 yaitu karet 4.848,43 ton, kemenyan 3.632,20 ton, kopi arabika 10.573,34 ton, kopi robusta 625,94 ton, cengkeh 11,09 ton, kelapa 270,23 ton, kulit manis 1.309,03 ton, kemiri 216,41 ton, tembakau 154,53 ton, kelapa sawit 11,64 ton , coklat 1.052,10 ton, aren 169,26 ton, pinang 60,12 ton, vanili 0,38 ton, nilam 0,55 ton, andaliman 12,25 ton.

Sektor jasa, komoditi yang diunggulkan adalah wisata alam dan wisata budaya. Salah satu tujuan wisata unggulan di Tapanuli Utara adalah salib kasih yang ada di Kecamatan Sipaholon. Salib kasihterletak di Kecamatan Sipaholon

dengan jarak 230 Km dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Beriklim tropis dengan udaranya yang sejuk merupakan salah satu daerahtujuan wisata utama di Sumatera Utara.

4. 2 Profil Responden

Berdasarkan hasil tabulasi terhadap 30 responden yang menjadi sampel dalam peneltian ini didapat informasi bahwa responden berjenis kelamin pria 70% dan wanita berjumlah 30%. Sedangkan responden yang paling banyak diwawancarai berusia 41-50 tahun berkisar 47%. Kemudian diikuti oleh usiadiatas 50 berkisar sebesar 23%. Kemudian usia 20-30 berkisar 17%. Serta yang berusia 31-40 tahun hanya sebesar 13%. Sementara itu untuk tingkat pendidikan, pada umumnya responden tamatan D3/S1/S2 sebesar 70% dan selebihnya tamatan SMA/Sederajat sebesar 30%. Untuk lebih jelasnya, karakteristik responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Pria 21 70%

Usia (Tahun) Jumlah Persentase

1 20 – 30 5 17%

2 31 – 40 4 13%

3 41 – 50 14 47%

4 >50 7 23%

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 SMA/Sederajat 9 30%

2 D3/S1/S2 21 70%

Sumber : Data Primer Diolah

4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor Daya Saing Ekonomi

Daya saing ekonomi daerah merupakan representasi dari kinerja indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator-indikator-indikator-indikator pembentuknya, maka akan semakin tinggi daya saing ekonomi suatu daerah. Sebaliknya, apabila kinerja indikator-indikator pembentuk daya saing ekonomi tersebut rendah, maka daya saing ekonomi daerah tersebut juga rendah. Untuk melihat daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara, maka terlebih dahulu ditentukan faktor-faktor penentu daya saing ekonomi dengan menentukan nilai bobot dari masing-masing faktor tersebut. Pembobotan ini diperoleh dengan menggunakan metode

Analytic Hierarchy Proccess (AHP) dengan bantuan Software yaitu Expert

Choice.

Pembobotan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015. Bobot yang lebih besar dari suatu faktor menunjukkan bahwa faktor tersebut lebih penting dibandingkat dengan faktor lainnya dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara. Berikut ini hasil pembobotan dari

faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1

Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015

Hasil diatas menunjukkan bahwa faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2015 adalah faktor infrastruktur fisik yang memiliki bobot paling tinggi yaitu sebesar 0,326. Kemudian diikuti oleh faktor perekonomian daerah sebesar 0,283. Berikutnya faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas dengan bobot sebesar 0,178 dan kemudian faktor kelembagaan dengan bobot sebesar 0,108. Faktor sosial politik berada di urutan terakhir dengan bobot sebesar 0,105.

Secara persentase, bobot faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2

Persentase Faktor Penentu Daya Saing

Dari hasil pembobotan tersebut, tanggapan responden terhadap faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dipengaruhi oleh tiga faktor dengan nilai bobot terbesar, yaitu faktor infrastruktur, faktor perekonomian daerah, serta faktor tenaga kerja dan produktivitas. Faktor infrastruktur dianggap penting karena faktor tersebut menjadi tolak ukur bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi di suatu daerah. Berikut akan dijelaskan masing-masing faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan pemeringkatan beserta variabelnya.

4. 3. 1 Faktor Infrastruktur Fisik

1. Kelembagaan 11% 2. Sosial Politik 10% 3. Ekonomi Daerah 28% 4. Tenaga Kerja dan Produktivitas 18% 5. Infrastruktur Fisik 33%

Infrastruktur fisik merupakan faktor pendukung bagi kelancaran kegiatan usaha. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik sangat mempengaruhi kelancaran dunia usaha di suatu daerah. Semakin besar skala suatu usaha, maka kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur fisik juga akan semakin besar.

Salah satu infrastruktur strategis yang perlu ditingkatkan kualitasnya untuk menunjang perekonomian yang berdaya saing tinggi adalah kualitas kondisi jalan. Kualitas jalan yang baik sangat mendukung mobilitas perekonomian yang menghubungkan antar kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara maupun dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Berikut penulis lampirkan data kondisi jalan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4

Kondisi Jalan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013

No Kondisi Jalan Panjang Jalan

1 Baik 446,27 km

2 Sedang 529,72 km

3 Rusak 169,79 km

4 Rusak Berat 76,23 km

Total 1222.01 km

Sumber : Dinas PU Kabupaten Tapanuli Utara

Faktor infrastruktur fisik yang terdiri dari dua variabel yaitu ketersediaan infrastruktur fisik dan kualitas infrastruktur. Variabel ketersediaan infrastruktur fisik memiliki bobot sebesar 0,385 atau 39% dari keseluruhan bobot faktor infrastruktur fisik. Variabel kualitas infrastruktur fisik memiliki bobot sebesar 0,615 atau 61% dari keseluruhan bobot faktor infrastruktur fisik. Persentase bobot dari masing-masing variabel faktor infrastruktur fisik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3

Persentase bobot variabel faktor infrastruktur fisik

Menurut tanggapan responden menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur fisik lebih menjadi prioritas dalam faktor infrastruktur fisik. Hasil pembobotan ini didukung oleh hasil wawancara terhadap responden yang menunjukkan bahwa dalam variabel ketersediaan infrastruktur fisik, 40% responden menyatakan kurang setujuterdahap ketersediaan jalan yang sudah memadai. Hanya sekitar 27% responden yang menyatakan setuju bahwa ketersediaan jalan sudah memadai. Kemudian, untuk akses dan kualitas pelabuhan laut sebanyak 33% menyatakan sangat tidak setuju jika akses dan kualitas pelabuhan laut sudah memadai, 23% menyatakan tidak setuju, lalu 20% menyatakan kurang setuju. Hanya 23% yang menyatakan setuju dengan hal ini. Mungkin yang menjadi alasan utama adalah mengingat jarak antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Pelabuhan Belawan yang cukup jauh. Jika diukur dari Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Tarutung menuju Pelabuhan Belawan jaraknya

39%

61%

cukup jauh yaitu 213 kilometer.Hanya 20% responden yang menyatakan tidak setuju kalau ketersediaan pelabuhan udara sudah memadai. 47% responden menyatakan setuju terhadap pernyataan ini dikarenakan akses yang memadai ke bandara silangit yang berada di Tapanuli Utara. Kemudian untuk ketersediaan saluran telepon, 57% responden setuju kalau ketersedian saluran telepon sudah memadai. Hanya 10% responden yang menyatakan tidak setuju, dan 20% responden menyatakan kurang setuju.

Dalam variabel kualitas infrastruktur fisik, 23% responden menyatakan tidak setuju terhadap kualitas jalan sudah baik. 47% responden menyatakan kurang setuju. Hanya 20% responden yang menyatakan sangat setuju kalau kualitas jalan di Kabupaten Tapanuli Utara sudah baik, ini dikarenakan banyaknya responden yang kurang setuju seperti yang dilihat pada table 4.4 karena kondisi jalan yang baik hanya 446,27km sedangkan yang sedang 529,72km dan yang rusak 169,79km. Kemudian untuk akses dan kualitas pelabuhan laut yang sudah baik, 33% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa akses dan kualitas pelabuhan laut sudah baik. 23% responden menyatakan tidak setuju. Dan hanya 23% responden yang menyatakan setuju. Sedangkan untuk akses dan kualitas pelabuhan udara yang sudah baik, 20% responden menyatakan tidak setuju, dan sebesar 40% responden yang menyatakan setuju. Sedangkan untuk kualitas saluran dan sambungan telepon yang sudah baik, 50% responden menyatakan setuju bahwa kualitas saluran dan sambungan telepon sudah baik.

Berdasarkan analisis dan persepsi dari para responden, hal ini menunjukkan kualitas dan ketersediaan infrastruktur diharapkan agar bisa menjadi

lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan pergerakan sumber-sumber ekonomi bagi peningkatan kegiatan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara.

4. 3. 2 Faktor Perekonomian Daerah

Perekonomian daerah sebagai faktor ekonomi yang utama dalam meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara. Meskipun dalam pembobotan ini merupakan prioritas kedua setelah infrastruktur fisik dengan nilai bobot sebesar 0,283. Hal ini memang tidak terlepas dari peran perekonomian daerah yang mutlak harus didukung adanya infrastruktur yang memadai. Namun demikian, kondisi perekonomian daerah berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Dimana, kondisi perekonomian daerah yang baik akan mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Begitupun sebaliknya, jika perekonomian daerah cenderung berjalan stagnan maka pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga akan terhambat yang berimbas pada perekonomian secara regional maupun nasional.

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa, struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi di masing-masing sektor.

Secara umum ada tiga sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013 yaitu sektor pertanian 50,52 persen, sektor perdagangan 15,90 persen, dan sektor

jasa-jasa sebesar 15,85%, sedangkan sektor-sektor yang lain memberikan kontribusi dibawah 10 persen adalah sektor bangunan 7,29 persen, sektor pengangkutan 4,17 persen, sektor keuangan 3,59 persen, sektor industri 1,62 persen, sektor listrik, gas dan air minum 0,91 persen dan pertambangan dan penggalian 0,15 persen.

Suatu wilayah/ daerah bisa dikatakan maju kalau distribusi nilai tambah sektor industri dan sektor jasa-jasa lebih besar jika dibandingkan dengan sektor pertaniannya dan Kabupaten Tapanuli Utara sudah mengarah ke karakteristik seperti itu dimana konstribusi sector pertanian tahun 2009-2013 cenderung mengalami penurunan, sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian terus menurun dari tahun ketahun, pada tahun 2009 sebesar 54,74 persen dan tahun 2010 menurun lagi menjadi 54,14 persen yang kemudian menurun menjadi 53,19 persen pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012 kembali menurun menjadi 52,28 persen dan kembali menurun menjadi sebesar 50,52 persen pada tahun 2013. Hal tersebut bisa dimaklumi karena sektor pertanian merupakan sektor primer yang kinerjanya sangat bergantung pada ketersediaan dan kondisi sumber daya alam. Jika sumber daya alam yang ada semakin berkurang, sementara sumber daya alam yang baru belum atau tidak ditemukan dan teknologi pertanian yang digunakanpun tidak berkembang maka kinerja sektor tersebut tidak akan mengalami peningkatan atau bahkan mengalami penurunan. Berkurangnya sektor pertanian ini dikarenakan banyak komoditi pertanian yang mengalami penurunan

produksi terutama tanaman perkebunan yang rata-rata umurnya telah tua dan perlu dilakukan peremajaan sehingga dapat memacu kenaikan produksi.

Secara keseluruhan struktur perekonomian daerah Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2009-2013 ditunjukkan pada table 4.5 dan table 4.6.

Tabel 4.5

Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga Berlaku

Sektor Usaha Tahun

2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Pertanian 1.856,97 2.071,79 2.211,59 2.386,48 2.587,17

Pertambangan & Penggalian 4,48 5,19 5,81 6,58 7,55

Industri 59,25 64,34 69,31 74,65 83,06

Listrik, Gas & Air Bersih 29,83 33,47 37,15 41,76 46,61

Bangunan 211,11 233,31 268,70 309,87 373,58

Perdagangan, Hotel &

Restoran 487,80 557,98 623,54 701,56 814,17

Pengangkutan & Komunikasi 141,74 156,09 172,45 190,94 213,79

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 129,47 140,82 151,22 163,43 183,62

Jasa-jasa 472,02 544,86 617,787 689,53 811,59

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara Tabel 4.6

Struktur PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Menurut Lapangan Usaha/ Sektor Tahun 2009 – 2013

No Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 54,74 54,41 53,19 52,28 50,52

2 Pertambangan & Penggalian 0,13 0,14 0,14 0,14 0,15

3 Industri 1,75 1,69 1,67 1,64 1,62

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,88 0,88 0,89 0,91 0,91

5 Bangunan 6,22 6,13 6,46 6,79 7,29

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 14,38 14,65 15,00 15,37 15,90

7 Pengangkutan & Komunikasi 4,18 4,10 4,15 4,18 4,17

8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 3,82 3,70 3,64 3,58 3,59

9 Jasa-jasa 13,91 14,31 14,86 15,11 15,85

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pada tabel 4.6 Secara umum ada tiga sektor yang cukup dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013 yaitu sektor pertanian (primer) 50,52 persen, sektor perdagangan (sekunder) 15,90 persen, dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 15,11 persen, sedangkan sektor yang lain memberikan kontribusi 15,85 persen. Responden lebih memprioritaskan variabel potensi ekonomi dengan bobot sebesar 0,718 atau 72% dari keseluruhan bobot faktor perekonomian daerah. Ini dikarenakan Kabupaten Tapanuli Utara memiliki potensi ekonomi yang baik terutama di potensi alam dan sumber daya manusianya. Letak geografis dan astronomis kabupaten Tapanuli Utara ini sangat menguntungkan karena berada pada jalur lintas dari beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Potensi alam antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi ditambah kebun-kebun kopi yang cukup menjanjikan. Keindahan alam dengan panorama khususnya banyak ditemui didaerah ini. Lokasi wisata dapat kita lihat seperti pulau sibandang dikawasan danau toba, permandian air panas sipaholon, pacuan kuda siborongborong dan wisata rohani salib kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mencakup seperti kaolin, batu gamping, belerang, batu besi, mika, batu bara, panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang berjasa di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman

pangan dan perkebunan rakyat, menyusul sektor perdagangan, pemerintahan perindustrian dan pariwisata. Pada era informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bidang sehingga pendapatan masyarakat semakin meningkat.

Variabel stuktur ekonomi memiliki bobot sebesar 0,282 atau 28% dari keseluruhan bobot faktor perekonomian daerah. Dimana, struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sector-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah (PDRB) yang diciptakan oleh masing-masing sector menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi di masing-masing sektor. Secara umum ada tiga sektor yang cukup dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013 yaitu sektor pertanian 50,52 persen, sektor perdagangan 15,90 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 15,11 persen, sedangkan sektor yang lain memberikan kontribusi 15,85 persen. Kontribusi terbesar sektor pertanian diberikan oleh sub sektor tanaman dan bahan makanan 28,12 persen, utamanya padi-padian yang menjadi komiditi unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara. Persentase dari masing-masing variabel indikator perekonomian daerah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4

Persentase Bobot Variabel Faktor Perekonomian Daerah

Dari tanggapan responden, variabel potensi ekonomi dianggap lebih penting dan menjadi prioritas dalam indikator perekonomian daerah dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.

Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel potensi ekonomi, 53% responden menyatakan setuju bahwa tingkat daya beli masyarakat cenderung meningkat. Tetapi, 27% responden menyatakan kurang setuju, dan 13% responden bahkan menyatakan sangat setuju bahwa tingkat daya beli masyarakat cenderung semakin meningkat. Selanjutnya untuk perkembangan kondisi ekonomi yang semakin membaik, 60% responden menyatakan setuju, 7% responden menyatakan sangat setuju, dan 23% responden menyatakan kurang setuju bahwa perkembangan kondisi ekonomi semakin membaik. Kemudian, 43% responden kurang setuju bahwa kondisi harga-harga barang dan jasa relatif stabil dan terjangkau. Hanya 27% responden yang setuju dan 17% responden

Struktur Ekonomi; 28%

Potensi Ekonomi; 72%

menyatakan tidak setuju. Selanjutnya untuk tingkat kesejahteraan masyarakat yang cenderung semakin membaik, 40% responden kurang setuju, 50% responden setuju bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin membaik, dan 7% responden tidak setuju.

Dalam variabel struktur ekonomi, 53% responden menyatakan setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat. 33% responden menyatakan kurang setuju, dan 7% responden menyatakan sangat setuju. Selanjutnya, 37% responden setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin meningkat, dan 57% responden menyatakan kurang setuju. Kemudian, 40% responden setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin meningkat. 43% responden menyatakan kurang setuju, dan 3% responden sangat setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin meningkat.

Berdasarkan hasil analisis dan wawancara persepsi para responden, variabel struktur ekonomi dapat dikatakan semakin membaik, dan nilai tambah atau kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier cenderung semakin meningkat. Namun potensi ekonomi diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.

4. 3. 3 Faktor Tenaga kerja dan Produktivitas

Tenaga kerja merupakan indikator yang penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Tenaga kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Faktor tenaga kerja dan

produktivitas terdiri dari 3 variabel, yaitu biaya tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Di Kabupaten Tapanuli Utara penduduk kelompok umur 15-19 tahun merupakan angkatan kerja dengan populasi tertinggi. Sedangkan penduduk kelompok umur 60-64 tahun merupakan angkatan kerja dengan populasi yang terendah. Kemudian sebagian besar penduduk usia angkatan kerja di Kabupaten Tapanuli Utara bekerja di sektor pertanian. Sementara listrik, gas & air bersih menjadi sektor penyumbang angkatan kerja yang paling rendah. Tabel 4.7 dibawah ini menjelaskan secara detail angkatan kerja berdasarkan kelompok umur dan tabel 4.8 menunjukkan persentase penduduk 15 tahun keatas menurut lapangan pekerjaan dan jenis kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara.

Tabel 4.7

Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013

No Kelompok Umur Laki -Laki Perempuan Jumlah

1 15 – 19 15.122 14.011 29.133 2 20 – 24 8.621 7.167 15.788 3 25 -29 8.574 8.092 16.666 4 30 – 34 8.983 8.701 17.864 5 35 – 39 8.455 8.121 16.576 6 40 – 44 7.762 8.092 15.854 7 45 – 49 7.594 8.184 15.778 8 50 – 54 6.811 7.883 14.694 9 55 – 59 5.828 7.153 12.981 10 60 + 4.428 5.418 9.846 Jumlah 82.178 82.822 165.540

Tabel 4.8

Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014

No Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 75,34 79,37 77,36

2 Pertambangan & Penggalian 0,38 0,00 0,19

3 Industri Pengolahan 1,97 5,45 3,72

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,00 0,00 0,00

5 Bangunan 4,26 0,00 2,12

6 Perdagangan,Hotel & Restoran 5,53 6,66 6,07

7 Angkutan & Komunikasi 2,75 0,10 1,42

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,57 0,27 0,42

9 Jasa - jasa 9,20 8,21 8,70

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Tapanuli Utara Dalam angka 2014

Variabel biaya tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,279 atau 28% dari keseluruhan bobot faktor tenaga kerja dan produktivitas. Variabel ketersediaan tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,345 atau 34%. Dan variabel produktivitas tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,376 atau 38% dari keseluruhan bobot faktor tenaga kerja dan produktivitas. Persentase bobot dari masing-masing variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5

Persentase Bobot Variabel Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas

Biaya Tenaga Kerja 28% Ketersediaan Tenaga Kerja 34% Produktivitas Tenaga Kerja 38%

Menurut tanggapan responden, variabel produktivitas tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja menjadi prioritas dalam faktor tenaga kerja dan produktivitas. Kedua variabel tersebut dianggap sangat penting dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dari faktor tenaga kerja dan produktivitas.

Table 4.9

Data UMP Provinsi Sumatera Utara dan UMK Tapanuli Utara tahun 2012-2016

Tahun UMP Sumatera Utara UMK Tapanuli Utara

2012 1.035.500,00 - 2013 1.200.000,00 - 2014 1.375.000,00 1.551.000,00 2015 1.625.000,00 1.653.000,00 2016 1.811.875,00 - Sumber : www.bkpm.go.id Tabel 4.10

PDRB Harga Berlaku, Jumlah Tenaga Kerja, dan Produktivitas Tenaga Kerja pada tahun 2009-2013

Tahun PDRB Tenaga Kerja Produktivitas Tenaga Kerja

2009 3.392.626,16 150.866 2.248.767

2010 3.807.803,55 157.867 2.412.032

2011 4.157.526,92 159.204 2.611.446

2012 4.564.753,53 163.677 2.788.879

2013 5.121.103,53 165.000 3.103.699

Sumber : Tapanuli Utara dalam angka 2014

Dari tabel di atas menunjukan setiap tahunnya pada tahun 2009 hingga tahun 2013 produktivitas tenaga kerja Tapanuli Utara terus meningkat, ini dikarenakan adanya peningkatakan PDRB harga berlaku dan jumlah tenaga kerja di Tapanuli Utara.

Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel tenaga kerja,

Dokumen terkait