• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.3 Kondisi Perikanan Tangkap

Unit perikanan tangkap penangkapan ikan merupakan kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan. Satu unit perikanan tangkap terdiri atas perahu/kapal penagkapan ikan, Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya masih didominasi oleh alat tangkap yang tradisional baik dilihat dari cara penangkapan, waktu penangkapan maupun teknologi yang digunakan dalam melakukan penangkapan ikan seperti jenis-jenis alat tangkap hand line, trammel net, rawai, pancing tonda, gill net, purse seine, bagan apung. Secara lengkap penyebaran alat tangkap tersebut di Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Aceh Jaya disajikan pada Tabel 7. Sedangkan perkembangan jumlah alat tangkap pelagis besar yang digunakan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7 Banyaknya alat tangkap dirinci per kecamatan di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2008

No Kecamatan Purse Gill Trammel net Hand line Rawai P.tonda B.apung

seine net 1 Teunom - 4 68 54 7 8 - 2 Panga - 4 52 24 4 6 - 3 Krueng sabee 2 8 83 57 11 15 - 4 Setia bakti - 12 42 36 12 6 2 5 Sampoinet - 4 67 23 5 7 17 6 Jaya - 8 86 48 16 10 - Jumlah 2 40 398 243 55 52 19 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Jaya (2008)

Tabel 8 Perkembangan alat tangkap pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2002 – 2008 Tahun Alat tangkap 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 P. tonda 67 67 58 10 45 56 62 Purse seine 4 4 4 1 2 2 19 Gill net 32 28 28 8 19 66 94 Jumlah 103 99 90 19 66 94 118 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Jaya (2008)

4.3.1 Armada Penangkapan

Perahu atau kapal penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya sampai saat ini masih dinominasi pancing tonda perahu/kapal yang masih relatif kecil, baik dilihat dari panjang kapal, jumlah trip, jumlah/panjang alat tangkap tangkap yang digunakan dalam penangkapan. Hal tersebut dilihat dari perkembangan alat tangkap dengan kapal motor tahun dari tahun 2002 masih belum menunjukkan perkembangan peningkatan pada tahun 2008, sehingga kemampuan untuk menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh masih mejadi kendala. Di samping itu pengetahuan nelayan masih rendah pengetahuan nelayan dalam teknologi penangkapan maupun sarana dan prasarana yang mendukung nelayan dalam usaha penangkapan ikan.

Tabel 9 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2002-2008 Tahun Jenis kapal 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 Perahu tanpa motor 375 415 434 - 65 167 193 2 Motor 67 67 58 23 58 146 355 tempel 3 Kapal motor 23 28 26 7 52 67 79 0-5 GT 4 Kapal motor 4 4 4 1 2 2 2 30 GT Jumlah 469 514 522 31 177 382 629 Sumber: Dinas Perikanan dan kelautan Aceh Jaya (2008)

4.3.2 Nelayan

Nelayan adalah bagian dari unit penangkapan ikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam menggerakkan perikanan pada suatu wilayah. Keberhasilan kegiatan operasi penangkapan ikan ditentukan oleh sumberdaya nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan unit penangkapan ikan yang dimiliki. Nelayan di Kabupaten Aceh Jaya pada umumya merupakan penduduk asli yang tinggal di pesisir pantai yang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Kecamatan masing- masing menggunakan alat angkap seperti gill net, tramel net, hand line, rawai, pancing tonda dan purse seine. Dengan keterbatasan armada penangkapan kemampuan maupun teknologi, sarana dan prasarana pendukung, maka di wilayah perairan Kabupaten Aceh Jaya terdapat beberapa kapal dari wilayah provinsi maupun Kabupaten lain yang melakukan penangkapan ikan. Hal tersebut terlihat adanya kapal purse seine, pancing tonda yang singah maupun sandar menurunkan hasil tangkapannya di TPI Setia Bakti, maupun TPI Calang yang merupakan pusat bongkar hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Aceh Jaya. Perkembangan jumlah nelayan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2008

No Kecamatan Nelayan tetap Nelayan Buruh Jumlah total

1 Teunom 193 126 319 2 Panga 90 96 186 3 Krueng sabee 186 99 284 4 Setia bakti 254 231 485 5 Sampoinet 403 265 668 6 Jaya 188 127 315 Jumlah 313 944 2257 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Jaya (2008)

4.3.3 Produksi Perikanan Tangkap

Perkembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Aceh Jaya selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun sejak 2002 sampai 2008 menunjukkan peningkatan yang cukup baik (Lampiran 14). Pertumbuhan produksi perikanan tangkap pada didominasi oleh ikan pelagis besar diantaranya adalah madidihang, cakalang, dan tongkol. Perkembangan produksi tersebut disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Produksi sumberdaya ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2008

No Jenis ikan Produksi (ton)

1 Teri 18 2 Kembung 8,5 3 Tongkol 287,7 4 Cakalang 280,3 5 Tenggiri 172,65 6 Layaran 39 7 Madidihang 386,40 8 Tenggiri papan 38 Jumlah total 1.231,55 Sumber: Dinas Kelautan dan perikanan Aceh Jaya (2008)

4.3.4 Musim dan daerah Penangkapan

Intensitas operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan sangat di pengaruhi oleh musim ikan dan kondisi cuaca perairan. Di Indonesia dikenal dua musim oleh nelayan yaitu musim Timur dan musim Barat. Musim Timur mulai dari bulan April sampai bulan September. Pada musim ini dimana arah angin bertiup dari Timur ke arah Barat dan pada saat tersebut kondisi gelombang, angin, cuaca lebih baik, sehingga aktifitas nelayan dalam melakukan operasi penangkapan lebih maksimal, tetapi sebaliknya pada musim Barat arah angin bertiup dari arah Barat ke arah Timur.

Musim barat di Kabupaten Aceh Jaya terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Musim Barat tersebut di perairan Aceh Jaya mulai dari Kecamatan Jaya sampai pada Kecamatan Teunom karakteristik angin yang kencang dan gelombang laut yang besar. Aktivitas operasi penangkapan pada musim barat sangat kurang bila di bandingkan pada musim timur, dimana angin yang datang dari barat yang berhembus secara bebas dari Samudera Hindia secara bebas ke arah wilayah daerah penangkapan di Kabupaten Aceh Jaya. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) ikan adalah suatu wilayah perairan yang merupakan tempat ikan biasa berkumpul, baik mencari makanan maupun melakukan ruaya terhadap daerah yang disukai oleh ikan tersebut.

Di Kabupaten Aceh Jaya daerah penangkapan ikan yang sering dilakukan oleh nelayan pada umumnya sepanjang pantai dengan jarak dari pantai 10 sampai 25 mill laut, dan ada yang menggunakan rumpon (bagi nelayan kecil) dan ada juga yang melakukan penangkapan di wilayah perairan karang dengan kedalaman perairan mencapai 40-60 meter. Daerah penangkapan di Kabupaten Aceh Jaya merupakan

zona wilayah penangkapan WPP IX yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis besar.

Penentuan daerah penangkapan ikan oleh nelayan masih menggunakan tanda- tanda alam seperti adanya sekelompok burung yang menukik kepermukaan laut, riak air yang menimbulkan busa air dan begitu juga terhadap rumpon yang dipasang di suatu perairan masih memberikan tanda yang alami. Penentuan daerah penangkapan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya ditertentu oleh kondisi musim ikan dan keadaan cuaca laut dengan berdasarkan pengalaman nelayan yang diwarisi secara turun temurun dalam melakukan penangkapan.

Kegiatan operasi penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya tidak terkonsentrasi pada suatu daerah penangkapan, tetapi tersebar di beberapa daerah penangkapan dengan unit penangkapan ikan tertentu.

Untuk unit penangkapan ikan dengan pancing tonda terkonsentrasi pada semua daerah penangkapan dengan jarak 12-25 mill laut, tramel net lepas pantai dengan jarak 4-8 mill laut, gill net 8-20 mill laut dan purse seine 15-30 mill laut, sehingga alat tangkap yang dioperasikan tersebut tidak mengganggu terhadap alat tangkap lain yang lain.

4.4 Fasilitas Pendukung Kegiatan Operasi Penangkapan Ikan

Dokumen terkait