GPS Handheld/Navigasi kecuali untuk orientasi lapangan
A. Kondisi Seluruh Titik Tanda Batas Bidang Tanah diperoleh fixed solution
a. Setting rover sesuai teknik pengukuran yang akan digunakan (Bab II).
b. Isikan metode pengukuran, data pemohon, penunjuk batas, sempadan dan sket lokasi bidang tanah pada halaman ke-1 blangko Gambar Ukur.
c. Setelah rover siap digunakan mulailah bergerak ke titik pertama dari batas bidang tanah yang akan dikoleksi data koordinat TM-3˚-nya. Rekam dan simpan koordinat hasil perekaman sesuai pengkodean yang telah ditetapkan.
d. Buat sket titik yang diamat dan beri identitas titik tersebut sama dengan nama titik yang direkam pada rover (contoh pengkodean lihat Bab II) pada halaman ke-2 blangko Gambar Ukur.
e. Cantumkan koordinat titik tersebut pada blangko Gambar Ukur (kecuali teknik post
processing).
f. Isi formulir pengamatan (lampiran IV) apabila teknik pengukuran yang digunakan adalah post processing.
g. Setelah itu bergeraklah ke titik selanjutnya dan lakukan hal yang sama hingga seluruh titik yang telah dipasangi tanda batas
bidang tanah diperoleh data koordinat TM-3˚-nya.
34 | Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan
h. Lakukan pengamatan lagi pada beberapa
titik yang diambil sehingga terdapat
beberapa titik pada batas bidang tanah yang diamati dua kali (untuk mendapatkan data ukuran lebih).
i. Untuk mengetahui panjangan batas bidang tanah dapat juga menggunakan pita ukur pada sepanjang batas bidang tanah jika diminta oleh pemohon (hasil pengukuran tidak dicantumkan pada blangko Gambar Ukur).
j. Lakukan juga koleksi data terhadap detil-detil penting atau bentang alam yang terdapat di sekitar lokasi bidang tanah misal: pojok jalan, jembatan, sungai, atau
bangunan sebagai pelengkap situasi
Gambar Ukur yang dibuat.
k. Sket dan beri identitas pada blangko Gambar Ukur.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Semua data ukur dan isian deskripsi pada Gambar Ukur harus diisi langsung di lapangan.
b. Koleksi data dilakukan pada setiap pojok atau sudut bidang tanah yang telah dipasangi tanda batas bidang tanah dan pada titik sudut tanah yang berbatasan berada di sepanjang batas tanah.
c. Arah pengukuran sebaiknya berurutan memutar searah jarum jam batas bidang tanah.
d. Pengukuran detail alam dimaksudkan untuk keperluan pengembalian batas di kemudian hari.
e. Apabila terjadi hambatan di lapangan
sehingga pengukuran tidak dapat
dilaksanakan, maka dibuat Berita Acara
Penundaan Pelaksanaan Pengukuran
Bidang Tanah (lampiran III).
f. Setelah selesai pengukuran, Gambar Ukur
ditandatangani oleh petugas ukur,
pemohon, penunjuk batas, pihak yang berbatasan dan mengetahui aparat desa setempat.
g. Koordinat yang dicantumkan dalam
Gambar Ukur adalah sampai dengan satuan cm (dua angka dibelakang koma). h. Untuk ukuran lebih, dengan jumlah koleksi
data 4 titik, 1 titik harus diamati 2x (25% ukuran lebih dari jumlah titik yang dikoleksi). Hasil pengamatan ukuran lebih harus berupa data fix.
i. Hasil koleksi data koordinat TM 3º kemudian didownload dan hasil kartiran dicetak di kantor.
36 | Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan
j. Semua berita atau kejadian lapangan yang
terkait dengan penunjukan batas,
penanaman tanda batas, sengketa atau
penetapan batas sementara dan
kesepakatan para pihak dicantumkan pada Gambar Ukur halaman 3.
k. Hasil kartiran dilampirkan atau dicetak langsung pada blangko Gambar Ukur dengan mencantumkan Nomor Gambar Ukurnya.
Gambar 2. Ilustrasi pengukuran titik bidang tanah dengan GNSS CORS/JRSP
d
Arah pergerakan rover b c
e
Gambar 3. Contoh Gambar Ukur dengan metode GNSS CORS/JRSP
38 | Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan B. Kondisi Sebagian Titik Tanda Batas Bidang
Tanah tidak diperoleh fixed solution
a. Apabila rover tidak dapat berdiri tepat pada salah satu titik batas bidang tanah dikarenakan :
 tutupan vegetasi sangat padat  di area listrik tegangan tinggi
 atau rover telah berdiri pada suatu titik
batas namun tidak diperoleh fixed
solution atau rover tidak dapat
mengamat satelit (pada post
processing) setelah lebih dari 15 menit.
maka lakukan pengukuran menggunakan pita ukur (metode offset) dengan jarak
<50 m.
b. Metode offset dapat dilakukan:
 dari dua titik batas bidang tanah yang
lain yang telah diamat atau
 dari detil/bentang alam di sekitar titik
batas bidang tanah tersebut atau dari dua titik di sekitar titik batas bidang tanah tersebut dimana kondisinya lebih terbuka.
Gambar 4. Ilustrasi metode offset dari dua titik batas bidang tanah yang telah diukur
Keterangan gambar
garis yang menggunakan pita ukur Jika rover tidak bisa mengamat di titik d maka diukur jarak dengan pita ukur dari misalnya jarak b-d dan jarak f-d.
Gambar 5. Ilustrasi metode offset dari dua titik detil alam
e a b c d f 2 1 Rumah Jalan Bidang Tanah b c d e f a
40 | Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan Keterangan gambar
Jika rover tidak bisa mengamat di titik d maka diukur jarak dengan pita ukur dari 1-d dan jarak 2-d dimana titik 1 dan 2 adalah pojok jalan yang diukur dengan metode Titik Dasar Virtual.
c. Buatkan sket posisi titik-titik yang diamat dan cantumkan data ukuran jarak untuk titik yang diukur dengan pita ukur dan cantumkan koordinat untuk titik yang bisa
dikoleksi langsung dengan GNSS
CORS/JRSP pada Gambar Ukur halaman ke-2.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Untuk pengukuran kombinasi (offset) dengan GNSS CORS/JRSP dan Pita Ukur, maka perlu dilakukan pengambilan data jarak untuk ukuran lebih dengan pita ukur. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan ketelitian ukuran yang memadai. Contoh Gambar Ukur pengukuran dengan GNSS apabila tidak tersedia peta foto atau citra dan salah satu tanda batas bidang tanah diukur dengan metode Titik Dasar Virtual dan offset dari tanda batas bidang tanah yang telah dikoleksi datanya :
Gambar 6. Contoh Gambar Ukur dengan metode GNSS CORS/JRSP dimana tidak tersedia citra atau peta foto dan salah satu titik batas bidang tanah tidak diperoleh fixed solution
42 | Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan 3.2.2. PENGUKURAN BATAS BIDANG TANAH