• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Bogor terletak di Jawa Barat pada koordinat 106043’30”BT - 106051’00” BT dan 30’30”LS -6041’00” LS. Kabupaten Bogor termasuk wilayah berdataran tinggi dengan ketinggian rata-rata minimal 190 meter dan maksimal 350 meter dari permukaan laut (dpl). Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata- rata setiap bulannya adalah 26oC dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu terendah Bogor adalah 21,8oC.

Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah 2.071,21 km2. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi di utara ; Kabupaten Karawang di timur. Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di selatan, serta Kabupaten Lebak (Banten) di barat.

Kabupaten Bogor secara garis besar terdiri atas tiga wilayah dan 40 kecamatan. Kecamatan-kecamatan tersebut dibagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Cibinong, yang terletak di sebelah utara Kota Bogor.

Penelitian di Kabupaten Bogor dilakukan di Kecamatan Tamansari yang merupakan salah satu sentra penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Di Kecamatan Tamansari terletak Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah dengan produk unggulan jamur tiram putih dimana studi dilangsungkan.

Lokasi P4S Nusa Indah berada di Jl. Ciapus Raya, Gg. Pala No. 51 RT/RW 02/01, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini terletak di kaki Gunung Salak yang secara geografis memiliki ketinggian 600-700 m dpl. Adapun suhu udara di kecamatan ini berkisar pada 270-280 C dengan curah hujan berkisar antara 250-300 mm/th. Berdasarkan ciri- ciri topografi tersebut maka Kecamatan Tamansari termasuk kategori

34

wilayah dataran tinggi sehingga cukup baik untuk budidaya komoditas jamur tiram putih.

4.2. Kegiatan Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

4.2.1 Pembuatan Media Tanam

P4S Nusa Indah selaku petani dapat membuat media tanam jamur (baglog) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Persiapan

Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan serbuk kayu sebagai komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yng biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari serbuk gergaji kayu sengon (Parasientes falcataria). Selain serbuk kayu, bahan-bahan lain seperti dedak, gips, kapur (CaCO3) juga digunakan dalam mempersiapkan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat media tanam disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan komposisi yang sesuai. b. Pengayakan

Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin memiliki tingkat keseragaman yang kurng baik karena didalamnya terdapat potongan- potongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai pembungkus media tanam jamur tiram putih yang menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak merata. Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir (pengayakan) terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil serbuk gergaji yang baik. Pengayakan dilakukan secara manual.

c. Pencampuran

Pencampuran disini adalah pencampuran semua bahan baku sebagai komposisi untuk membuat baglog. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk kayu, dedak, gipsum, kapur dan air. Pencampuran dilakukan secara manual. Bahan-bahan seperti dedak, gipsum dan kapur diratakan diatas permukaan serbuk kayu. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur hingga merata dan diberikan air sebanyak +/- 40% dari jumlah adonan.

Tidak ada standard khusus mengenai jumlah air yang digunakan. Untuk mengukur kadar air yang sesuai dapat dilakukan dengan mengepal adonan yang telah dicampur air. Jika kepalan adonan yang ada tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air maka air yang digunakan sebagai campuran dirasa sudah cukup. Pencampuran dilakukan merata agar tidak terdapat gumpalan serbuk gaji dan kapur. Adanya gumpalan tersebut mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak merata dan berpegaruh terhadap produksi jamur tiram nantinya.

d. Pengomposan

Bahan-bahan yang telah dicampur untuk membuat baglog selanjutnya dikomposkan selama 1 hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran tersebut dan menutupnya dengan terpal. Kadar air pada saat pengomposan harus diatur agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba yang dapat merusak baglog.

e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam

Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkn ke dalam plastik. Adapun ukuran plastik yang digunakan untuk pembuatan baglog ini adalah sebesar 17 cm x 35 cm dengan ketebalan 0,3 mm.

Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil pengomposan kedalam plastik media. Kemudian adonan tersebut dipadatkan. Proses pemadatan diperlukan untuk mencegah terciptanya ruang bagi udara untuk masuk kedalam media. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya mikroba yang dapat mengganggu berkembangnya miselium jamur sehingga dapat menurunkan hasil panen. Setelah media padat, baglog yang sudah terisi diikat dengan karet.

f. Sterilisasi

Media-media yang telah terisi dengan adonan kemudian disterilisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tidak terdapat mikroba-mikroba yang dapat tumbuh di dalam baglog. Hal ini untuk

36

mensterilkan media dari mikroba maupun kapang yang dapat tumbuh dan mengganggu pertumbuhan miselium jamur.

Pada tahap ini, sterilisasi baglog dilakukan dengan menggunakan drum berkapasitas 700 baglog. Proses sterilisasi dilakukan selama 8 jam dengan suhu mencapai 900-1200 C. Setelah itu, baglog kemudia didinginkan selama 7 jam dengan temperatur baglog pada suhu 300-400 C sebelum diinokulasi.

4.2.2. Inokulasi (Pembibitan)

Inokulasi berarti proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya untuk menumbuhkan miseli jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur siap panen. Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya tebaran dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar 3 sendok makan ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi secara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sedalam ¾ dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut diisi bibit yang telah dihancurkan. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat inokulasi.

a. Kebersihan

Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya. Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasya. Oleh karena itu, alat dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spirtus. Peralatan yang digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% kemudian dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus.

Sedangkan tempat inokulasi di sterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% selama 15 menit. Ruang yang

digunakan untuk inokulasi merupakan ruangan khusus (tidak digunakan untuk hal lain) dan tertutup.

b. Bibit

Dalam hal ini bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantranya jamur tiram putih yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal, bertudung banyak (4-5 tudung dalam satu batang), tebal dan tidak mudah patah.

4.2.3 Inkubasi

Inkubasi berarti proses penumbuhan miselia jamur sampai memenuhi seluruh media tanam. Seluruh media tanam jamur yang telah diinokulasi diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Baglog yang sedang dalam tahap inkubasi akan tampak putih merata antara 30-40 hari sejak dilakukan inokulasi. Suhu yang diperlukan berkisar pada 250-300 C.

Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya miselia jamur berwarna putih maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi miselia jamur maka diperlukan sterilisasi ulang pada media sampai inokulasi kembali. Namun apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik (rusak).

4.2.4 Penumbuhan

Media tanam jamur (baglog) yang sudah berumur 30-40 hari dan telah putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka baglog jamur. Pembukaan baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan membuak cincin dan kertas penutup baglog atau pun dengan menyobek plastik baglog di berbagai sisi baglog.

38

Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen (O2) yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen yang cukup makan dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Jamur tiram menunjukkan pertumbuhan yang baik pada suhu 180-250 C, kelembaban relatif 75-90 %.

Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka akan muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama 4-7 hari. Setelah tubuh buah muncul maka akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa (tubuh buah) yang siap dipanen.

4.2.5 Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan

Penyiraman dilakukan dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, penyeraman dilakukan sekali dalam dua hari sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehigga miselia dapat tumbuh dengan baik.

Pengaturan suhu dilakukan dengan cara membuka dan atau menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga.

4.2.6 Panen dan Pasca Panen

Tahap pemanenan sudah dapat dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur (bakal buah). Pemanenan dilakukan setiap hari selama periode produktif baglog jamur tiram putih (4-6 bulan) yang dilakukan pada siang dan sore hari.

Penentuan waktu panen disesuaikan dengan permintaan dari konsumen. Khusus untuk pedagang pengumpul biasanya pemanenan dilakukan sore hari karena pengumpul menjual kembali jamur tiram putih tersebut pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram tersebut.

Setiap baglog jamur tiram putih dapat dipanen hingga 8-10 kali dengan rentang waktu 4-6 bulan dan dapat menghasilkan produk dengan berat rata-rata 0,4 baglog setiap kali panen pada setiap baglog. Rentang waktu antara panen pertama hingga seterusnya pada setiap baglog jamur tiram putih berkisar antara 7-14 hari.

Pemanenan dilakukan dengan manual, dengan cara mencabut atau memetik seluruh rumpun jamur yang ada. Perlu diperhatikan ketika memanen agar tidak meninggalkan sisa pada baglog. Meninggalkan sisa jamur tiram putih pada baglog dapat menyebabkan kebusukan pada baglog sehingga menurunkan hasil panen. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong atau mencabut cabang jamur tiram putih yang besar saja sebab dalam satu rumpun jamur tiram putih mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Oleh karenanya, apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati dan membusuk.

Jamur tiram yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akar dan pangkal batang. Dengan cara tersebut, disamping keberhasilannya lebih terjaga dengan daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kemudian membuang atau memisahkan batang tubuh yang rusak atau terkena penyakit dengan menggunakan pisau atau gunting. Hal tersebut dilakukan tanpa mencuci jamur tiram putih hasil panen.

Kondisi jamur tiram putih yang baik selain dilihat dari keutuhan batang dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di sela-sela bagian bawah permukaan tudung, jamur tiram putih yang terlalu tuan dan dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan panen produksi diperkirakan sampai 80%.

40

Jamur tiram putih ditempatkan pada wadah yang bersih dan diletakkan di suhu kamar dengan temperatur 200 C. Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi produk. Plastik yang digunakan adalah plastik dengan ketebalan 0,5 mm dan diharapkan dapat menjaga kelembaban jamur tiram putih. Dengan pengemasan yang baik dapat memperoleh beberapa keuntungan, jamur tiram putih terhindar dari kerusakan dan mutu jamur dapat dipertahankan sampai ke tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan memudahkan dalam pemasaraanya.

4.2.7 Pengendalian Hama, Gulma dan Penyakit

Budidaya jamur konsumsi juga tidak terlepas dari serangan gulma penggangu, hama dan penyakit. Serangan pengganggu ini dapat menurunkan produktirvitas jamur, bahkan menyebabkan gagal panen. Berikut beberapa macam jenis penyakit maupun hama yang dapat merusak jamur tiram putih :

a. Gulma

Gulma merupakan jamur yang tumbuh pada substrat jamur. Hal ini sering disebabkan dengan tidak sempurnanya proses sterilisasi media atau bibit jamur, sehingga spora jamur gulma masih ada dan terus tumbuh. Jamur gulma merupakan pesaing dari jamur konsumsi dalam mendapatkan nutrisi yang terkandung di dalam substrat.

Daya tumbuh miselium jamur gulma ini lebih cepat dibandingkan dengan jamur utama, sehingga jika dibiarkan, miselium gulma ini dapat menekan pertumbuhan jamur utama. Jika pertumbuhannya masih sedikit, miselium gulma dapat dibuang dengan pinset. Namun jika miselium sudah tumbuh banyak, substrat jamur ini sebaiknya segera disingkirkan dari lokasi budidaya. Karena itu, perlakuan sterilisasi yang tepat diperlukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi jamur gulma.

b. Hama

Jamur memiliki aroma khas yang dapat mengundang hama pengganggu. Serangan hama dapat menghambat pertumbuhan jamur

bahkan mengganggu pertumbuhan miselium dan substratnya. Beberapa hama yang sering menyerang jamur sebagai berikut.

1. Lalat

Lalat menjadi hama pengganggu karena dapat meletakkan telur di dalam media. Jika telur menetas, maka larva lalat akan merusak miselium dan jamur dewasa. Jamur yang terserang larva lalat menjadi keriput dan batangnya berlubang. Selain meletakkan telur, lalat juga dapat membawa tungau pada perutnya yang juga merupakan hama pada jamur. Spesies lalat yang biasa ditemukan pada budidaya jamur sebagai berikut.

a) Sciarid (Lycoriella solani dan Lycoriella auripila)

Hama ini berukuran kecil, memiliki antena panjang, kepala hitam dan perut berwarna kekuningan. Sekali bertelur sciarid menghasilkan 150-170 butir telur. Selanjutnya, telur-telur tersebut diletakkan di permukaan substrat jamur. Jika dibiarkan, hama ini dapat mengganggu pertumbuhan jamur.

b) Phorids (Megaselia haserata dan Megaselia nigra)

Sekilas bentuk hama ini menyerupai nyamuk. Sang betina akan mengeluarkan 50 butir telur sekali bertelur. Biasanya, phorids menyerang lamella jamur. Akibatnya, jamur yang terserang hama ini akan mengalami penurunan kualitas.

c) Cecids (Heteropeza pygmaea, Mycophila speyei dan Myciphila barnesi)

Hama ini juga berbentuk sepertin nyamuk berukuran 1 mm dan merupakan vektor bakteri. Hama betinanya dapat menghasilkan 7 butir telur setiap 13 hari. Larva cecids umumnya berwarna putih. jamur yang terserang cecids warna batanya berubah menjadi cokelat dan lamella berwarna hitam.

d) Tyrophagus putrescentiae dan Linopodes antennaepes

Hama ini merupakan jenis kutu berwarna kemerahan yang bagian tubuhnya ditumbuhi rambut. Sementara linopodes antennaepes merupakan kutu berwarna coklat kekuningan yang memiliki kaki

42

depan sangat panjang. Hama kutu ini dapat memakan miselium jamur hingga tidak dapat tumbuh, sehingga menurunkan hasil panen.

Serangan lalat dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan kumbung dari sisa sampah atau media tanam yang tercecer. Jendela kumbung sebaiknya ditutup dengan kasa. Kalau perlu, setiap lubang di sekitar kumbung ditutup agar lalat tidak dapat masuk dan berkembang biak.

2. Tungau

Tungau merupakan serangga kecil berwarna cokelat transparan berukuran 0,18-0,5 mm. Serangan tungau menyebabkan tubuh buah jamur rusak dan menimbulkan iritasi bagi pekerja kumbung. Serangan tungau dapat dicegah dengan menyemprotkan akarisida berbahan aktif metil bromida dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

3. Rayap

Sebelum membangun kumbung, pastikan lahan yang digunakan tidak terdapat sarang rayap. Sebab rayap suka memakan kayu, media tanam dan miselium jamur. Jika rayap terlanjur menyerang, kendalikan dengan cara menyemprotkan insektisida khusus rayap seperti fenverelate, cypermetrhin, permethirn atau chloopyrifos ke seluruh kumbung dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan. 4. Laba-laba

Laba-laba suka memakan miselium dan tubuh buah jamur. Akibatnya, kualitas panen jamur menurun. Laba-laba kerap kali bersembunyi di sela-sela baglog. Untuk mengendalikan seranganya, semprotkan insektisida berbahan aktif dicofol seperti kelthane atau malathion dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

5. Cacing

Hewan licin ini senang memakan miselium jamur, sehingga pertumbuhan jamur menjadi tidak sempurna. Biasanya, cacing

hidup di dalam media tanam. Pertumbuhan cacing sangat cepat, bisa mencapai 100 kali lipat dalam seminggu. Karena itu, sterilisasi media tanam yang baik sangat dibutuhkan untuk mencegah serangan cacing. Spesies cacing yang biasa menyerang jamur adalah nagpropogus nematodes, mycophogous nematodes, aphelencoides composticola dan dityylenchus myceliophagus. c. Penyakit

Selain gulma dan hama, jamur juga dapat terserang penyakit yang disebabkan oleh fungi, bakteri dan virus. Gejala serangan yang timbul tergantung pada sebabnya. Misalnya : 1) serangan fungsi menyebabkan timbulnya bintik-bintik cokelat kemerahan pada tudung jamur, 2) serangan virus menyebabkan bentuk tubuh buah jamur menjadi memanjang dan tudung mengecil, dan 3) serangan bakteri seperti bacterium arotovorum menyisakan bintik kunik pada tudung jamur.

Pada serangan yang parah, bintik tersebut berubah menjadi cokelat dan menghitam. Jamur yang sering merusak jamur konsumsi antara lain jamur coprinus, corticium, sclerotium, mucor, rhizopus, penicillium, aspergillus dan trichoderma. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan ketika jamur sudah terserang penyakit. Untuk itu, pencegahan penyakit sedini mungkin harus dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pastikan keseluruhan tahapan budidaya dilakukan secara steril. 2. Sebelum baglog atau kompos dimasukkan ke dalam kumbung,

lakukan sterilisasi pada kumbung menggunakan formalin 0,5%. Selanjutnya tutup kumbung rapat-rapat selama dua hari.

3. Jagalah kebersihan kumbung dari media yang tercecer dan sisa jamur yang telah dipanen. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya fungi atau kapang penyebab penyakit.

44

Dokumen terkait