• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan orang-orang non- non-miskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima pekerjaan apa saja demi memperoleh upah

4.2 Kondisi Umum Responden

Sumber : Kecamatan Tembuku Dalam Angfka 2014

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa Tidak terdapat industry besar maupun sedang di kecamatan Tembuku, namun yang ada hanyalah industry kecil dan kerajinan Rumah Tangga. Industri kecil paling banyak terdapat di Desa Jehem yaitu 23 buah, kemudian disusul Desa Tembuku dan Desa Yangapi. Sedangkan kerajinan rumah tangga paling banyak terdapat di Desa Yangapi yaitu sebanyak 255 buah dan disusul oleh Desa Tembuku dan Desa Undisan dan Desa Yang dan paling sedikit di Desa Bangbang yaitu 97 buah perusahaan.

4.2 Kondisi Umum Responden

4.2.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah responden secara keseluruhan adalah 65 orang. Responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 59 orang atau 90.8 persen dari keseluruhan total responden. Responden berjenis kelamin perempuan adalah 6 orang atau hanya 9.2 persen. Jumlah ini memang tidak sebanding karena pada saat penelitian, peneliti megambil responden yang masuk keluarga miskin dalam daftar yang ditemui pada saat melakukan survey. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 59 90.8 90.8 90.8

Desa Besar Sedang Kecil Kerajinan Rumah

Tangga Jehem 0 0 23 149 Tembuku 0 0 17 229 Yangapi 0 0 15 255 Undisan 0 0 2 228 Bangbang 0 0 3 97 Penin joan 0 0 9 198

Perempuan 6 9.2 9.2 100.0

Total 65 100.0 100.0 Sumber: Data Diolah

4.2.2 Luas Bangunan Tempat Tinggal Responden

Luas fisik bangunan tempat tinggal responden dalam hal ini cukup menjadi acuan penting dalam menggambarkan kondisi responden. Responden pada penelitian ini paling sempit memiliki luas bangunan sebesar 16 meter persegi berjumlah 16.9 persen atau 11 orang. Selanjutnya terdapat 26.2 persen responden memiliki luas bangunan 36 meter persegi. Responden yang memiliki luas bangunan 72 meter persegi hanya 3.1 persen. Ini tentu masuk akal karena secara umum penduduk miskin tidak memiliki kemampuan pendapatan untuk memiliki bangunan dengan luas diatas 72 meter persegi. Secara lengkap data luas bangunan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Luas Bangunan Tempat Tinggal Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 16 11 16.9 16.9 16.9 20 1 1.5 1.5 18.5 24 11 16.9 16.9 35.4 26 3 4.6 4.6 40.0 28 1 1.5 1.5 41.5 30 3 4.6 4.6 46.2 32 5 7.7 7.7 53.8

35 1 1.5 1.5 55.4 36 17 26.2 26.2 81.5 40 1 1.5 1.5 83.1 42 2 3.1 3.1 86.2 46 1 1.5 1.5 87.7 48 3 4.6 4.6 92.3 60 1 1.5 1.5 93.8 62 1 1.5 1.5 95.4 64 1 1.5 1.5 96.9 72 2 3.1 3.1 100.0 Total 65 100.0 100.0

Sumber: Data Diolah

4.2.3 Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah tanggungan responden menjadi sangat penting untuk diketahui, karena semakin banyak tanggungan keluarga miskin, maka semakin besar beban pengeluaran yang harus terjadi juga. Jumlah tanggungan yang banyak pada keluarga miskin tanpa diikuti oleh kemampuan keuangan yang baik akan menyebabkan keluarga miskin jatuh pada kondisi ekonomi yang lebih buruk. Keluarga miskin paling banyak memiliki jumlah tanggungan adalah nol orang sebanyak 4.6 persen responden keluarga miskin. Selanjutnya 29.2 persen responden keluarga miskin memiliki 1 orang tanggungan. Responden yang memiliki jumlah tanggungan mencapai 6 orang sebesar 3.1 persen dari keseluruhan responden. Sehingga dari dilihat jumlah tanggungan keluarga miskin tidak relative banyak, hal ini bisa disebabkan keberhasilan program rencana keluarga berencana yang dilakukan semenjak era Presiden Soeharto. Untuk lebih jelas dapat dilihat data pada tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Jumlah Tanggungan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 3 4.6 4.6 4.6 1 19 29.2 29.2 33.8 2 17 26.2 26.2 60.0 3 9 13.8 13.8 73.8 4 10 15.4 15.4 89.2

5 5 7.7 7.7 96.9

6 2 3.1 3.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

Sumber: Data Diolah

4.2.4 Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Mampu Diraih oleh Anggota Keluarga Responden

Jenjang pendidikan tertinggi yang diraih oleh anggota keluarga reponden di Kecamatan Tembuku hanya mencapai jenjang SMA (sekolah menengah atas). Jumlah anggota keluarha yang mencapai jenjang pendidikan SMA hanya 21,5 persen. Jumlah anggota keluarga yang paling banyak mencapai jenjang pendidikan SD adalah sebesar 58 persen.

Hampir setengah responden memiliki anggota keluarga paling tinggi mampu mencapai pendidikan SD. Kondisi ini relative mengkawatirkan karena semakin rendah tingkat pendidikan maka menyebabkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki akan semakin rendah, sehingga untuk mendapatkan peluang pendapatan yang lebih tinggi menjadi semakin rendah. Berikut pada tabel 4.12 data mengenai jenjang pendidikan tertinggi yang mampu diraih oleh anggota keluarga miskin dari responden.

Tabel 4.12 Jenjang Pendidikan Yang Mampu diraih oleh anggota keluarga miskin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 1 1.5 1.5 1.5

SD 38 58.5 58.5 60.0

SMP 12 18.5 18.5 78.5

SMA 14 21.5 21.5 100.0

Total 65 100.0 100.0 Sumber: Data Diolah

Jumlah anggota keluarga yang bekerja perlu diketahui. Ini penting diketahui karena semakin banyak jumlah anggota keluarga yang bekerja, maka semakin banyak sumber pemasukan produktif yang ada untuk tiap keluarga miskin. Semakin banyak sumber pendapatan paling tidak dapat meringankan beban dari keluarga miskin tersebut. Pada penelitian ini sebanyak 84 persen responden hanya memiliki 1 anggota keluarga yang bekerja, Ini relative memperihatinkan karena tiap keluarga hanya mengandalkan seorang sebagai tulang punggung yang bekerja, sehingga kemungkinan pada saat satu orang yang bekerja untuk satu keluarga tersebut meninggal maka keluarga tersebut akan mengalami resiko yang sangat tinggi masuk ke dalam jurang kemiskinan yang lebih buruk. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Jumlah Anggota keluarga yang bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 55 84.6 84.6 84.6 2 5 7.7 7.7 92.3 3 3 4.6 4.6 96.9 4 1 1.5 1.5 98.5 6 1 1.5 1.5 100.0 Total 65 100.0 100.0 Sumber: Data Diolah

4.2.6 Jenis Bantuan atau Program yang diterima oleh Responden

Pada penelitian ini terdapat hal menarik, yaitu terdapat beberapa jenis program bantuan kemiskinan dimana tiap responden paling tidak menerima 2 jenis bantuan sekaligus. Program bantuan tersebut terdiri atas bantuan pusat dan daerah. Tiap responden paling banyak menerima program raskin dan blt adalah sebanyak 75 persen dari keseluruhan

responden. Selanjutnya sebenyak 4.6 persen mendapatkan kombinasi bantuan berupa raskin, blt, bedah rumah, simantri. Kombinasi bantuan tersebut bersumber dari program bantuan pusat dan daerah. Untuk lebih jelas jenis kombinasi bantuan lebih lengkap dapat pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Jenis bantuan yang diterima oleh keluarga miskin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Raskin dan BLT 49 75.4 75.4 75.4

Raskin, BLT, Bedah Rumah 3 4.6 4.6 80.0

Raskin, BLT, Biaya Sekolah 7 10.8 10.8 90.8

Raskin, BLT, Bedah Rumah,

Simantri 3 4.6 4.6 95.4

Raskin, BLT, Simantri 3 4.6 4.6 100.0

Total 65 100.0 100.0

Sumber: Data Diolah

Dokumen terkait