• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN BEKAS

4.1. Letak geografis dan administratif

Secara geografis Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6º10’53” - 6º30’6” Lintang Selatan dan 106º48’28” - 107º27’29” Bujur Timur dan terletak pada bagian utara dari Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bekasi memiliki luas wilayah 127.388 Ha dan jumlah penduduk hingga tahun 2007 sebanyak 2,7 juta jiwa, sehingga kepadatan penduduk di Kabupaten Bekasi sebesar 6.465 jiwa/Km2 desa (BAPPEDA, 2012).

Secara administratif pemerintahan, sesuai dengan Perda No. 26 Tahun 2001 tentang penataan, pembentukan dan pemekaran kecamatan di Kabupaten Bekasi, ditetapkan wilayah Kabupaten Bekasi terbagi kedalam 23 kecamatan. Kecamatan yang terluas adalah Muaragembong dengan cakupan 14.009 Ha atau 11% dari luas Kabupaten(BAPPEDA, 2012). Batas administrasi wilayah iniadalah(Gambar 4):

- Utara : berbatasan dengan Laut Jawa

- Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bogor

- Barat : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Bekasi - Timur : berbatasan dengan Kabupaten Karawang

4.2. Topografi dan fisiografis

Berdasarkan topografi yang dimilikinya, Kabupaten Bekasi termasuk kedalam dataran rendah karena hampir 72% dari wilayah Kabupaten Bekasi berada pada ketinggian 0–25 mdpl dengan sudut kemiringan lahan yang bervariasi. Topografi dari Kabupaten Bekasi secara umum terdiri atas dua bagian, yaitu dataran rendah yang meliputi sebagian wilayah bagian utara dan dataran bergelombang di wilayah bagian selatan. Ketinggian Kabupaten Bekasi dari permukaan laut berkisar antara 6-115 mdpl (BAPPEDA, 2012).

4.3. Geologi dan tanah

Kondisi geologi Kabupaten Bekasi secara keseluruhan cukup baik untuk pengembangan kawasan seperti mengembangkan/mendirikan bangunan gedung berupa perumahan dan fasilitas umum untuk sarana dan prasarana perkotaan. Struktur geologi yang berada di Kabupaten Bekasi sebagian besar adalah Pleistocene Volcanic Facies dengan luas sekitar 75,11% dari wilayah total. Sedangkan sisanya terdiri dari Pliocene Sedimentary Faces dan Miocene Sedimentary Face(BP DAS Citarum-Ciliwung, 2007).

Menurut data Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung (2007),jenis tanah di Kabupaten Bekasi dikelompokan menjadi tujuh kelompok yaitu: Asosiasi Podsolik Kuning dan Hidromorf Kelabu; Komplek Latosol Merah Kekuningan, Latosol Coklat, dan Podsolik Merah; Alluvial Kelabu Tua; Asosiasi Glei humus dan Alluvial Kelabu; Asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan, dan Laterit; Asosiasi Alluvial Kelabu dan Alluvial Coklat Kelabuan; dan Podsolik Kuning.

Ditinjau dari teksturnya, sebagian besar tanah di Kabupaten Bekasi terdiri dari tanah bertekstur halus (75,76%) yang tersebar di bagian barat Kabupaten Bekasi dan tanah yang bertekstur sedang (23,16%) yang berada di bagian Utara dan Selatan Kabupaten Bekasi. Te luk Ja ka rta Ko ta Be ka si Ka ra wa ng Ka b up a te n Bo g o r Ka b up a te n Ka ra wa ng DKI Ja ka rta

Gambar 4Peta Kabupaten Bekasi

4.4. Iklim

Data iklim BAPPEDA Kabupaten Bekasi yang bersumber dari BMKG setempat menunjukan bahwa Kabupaten Bekasi memiliki suhu rata-rata udara minimum 28°C dan maksimum 32°C. Jumlah curah hujan rata-rata bulanan di Kabupaten Bekasi adalah 553,9 mm dengan rata-rata curah hujan harian adalah 4,22 mm. Curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember sedangkan untuk curah hujan dan hari hujan terendah terjadi pada bulan September. Kabupaten Bekasi memiliki tingkat kelembaban sekitar 80% (BAPPEDA, 2012).

4.5. Hidrologi

Kabupaten Bekasi memiliki 16 aliran sungai besar yaitu: Sungai Ci Tarum, Bekasi, Ci Karang, Ci Herang, Belencong, Jambe, Sadang, Ci Kedokan, Ulu, Ci Lemahabang, Ci Beet, Pamingkis, Siluman, Serengseng, Sepak dan Jaeran. Selain itu kabupaten Bekasi juga memiliki 13 situ yang tersebar di beberapa Kecamatan yaitu: Situ Tegal Abidin, Situ Bojongmangu, Situ Bungur, Situ Ceper, Situ Cipagadungan, Situ Cipalahar, Situ Ciantra, Situ Taman, Situ Burangkeng, Situ Liang Maung, Situ Cibeureum, Situ Cilengsir dan Situ Binong. Kondisi air tanah yang terdapat di Kabupaten Bekasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu air tanah dangkal dan juga air tanah dalam. Sumber air di Kabupaten Bekasi sebagian besar merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5-25 meter dari permukaan tanah (BAPPEDA, 2012).

4.6. Sejarah

Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah yang khas. Menurut Poerbatjaraka, kata Bekasi berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan Bhaga berarti "bagian". Jadi secara etimologis kata Chandrabhaga berarti bagian dari bulan. Kata Chandrabhaga berubah menjadi Bhagasasi yang pengucapannya sering disingkat menjadi Bhagasi. Kemudian kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis "Bacassie" kemudian berubah menjadi Bekasi hingga kini (BAPPEDA, 2012).

Bekasi mendapat julukan kota patriot sebab selama masa kolonial Belanda di daerah ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa heroik. Julukan kota patriot sendiri diserukan oleh masyarakat Bekasi sehingga tidak diketahui secara jelas orang yang pertamakali mempopulerkan julukan tersebut1

Kabupaten Bekasi kini telah mengalami banyak perubahan yang terjadi dari masa ke masa. Kabupaten Bekasi dimulai dari pembentukan "Panitia Amanat Rakyat Bekasi" yang dipelopori R. Supardi, M. Hasibuan, KH. Noer Alie, Namin, Aminudin dan Marzuki Urmaini, yang menentang keberadaan RIS- Pasundan dan menuntut berdirinya kembali Negara Kesatuan RI. Selanjutnya diadakan Rapat Raksasa di Alun-alun Bekasi yang dihadiri oleh sekitar 40.000 orang rakyat Bekasi pada tanggal

.

1

17 Februari 1950. Panitia Amanat Rakyat Bekasi menyampaikan tuntutan rakyat Bekasi yang berbunyi :

1. Penyerahan kekuasaan Pemerintah Federal kepada Republik Indonesia. 2. Pengembalian seluruh Jawa Barat kepada Negara Republik Indonesia.

3. Tidak mengakui lagi adanya pemerintahan di daerah Bekasi, selain Pemerintahan Republik Indonesia.

4. Menuntut kepada pemerintah agar nama Kabupaten Jatinegara diganti menjadi Kabupaten Bekasi.

Upaya para pemimpin Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak terus dilakukan. Diantaranya melalui pendekatan terhadap para pemimpin Masjumi, tokoh militer Mayor Lukas Kustaryo dan Moh. Moefreini Mukmin) di Jakarta.

Pengajuan usul tersebut dilakukan tiga kali antara bulan Februari sampai dengan bulan Juni 1950 hingga akhirnya setelah dibicarakan dengan DPR RIS dan Mohammad Hatta menyetujui penggantian nama "Kabupaten Jatinegara" menjadi "Kabupaten Bekasi ". Persetujuan pembentukan Kabupaten Bekasi semakin kuat setelah dikeluarkannya Undang-undang No. 14 Tahun 1950. Kabupaten Bekasi secara resmi dibentuk dan ditetapkan tanggal 15 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Kabupaten Bekasi (BAPPEDA, 2012).

Dokumen terkait