• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI YANG DISERTAI DENGAN STRIDOR

Dalam dokumen Buku saku kesehatan anak indonesia (Halaman 128-133)

bernapas Anamnesis

KONDISI YANG DISERTAI DENGAN STRIDOR

104 4. B A TU K

Tabel 11. Diagnosis Banding pada anak dengan Stridor

DIAGNOSIS GEJALA

Croup - Batuk menggonggong (barking cough) - Suara serak

- Distres pernapasan Abses retrofaringeal - Demam

- Kesulitan menelan - Pembengkakan jaringan lunak

Benda asing - Riwayat tiba-tiba tersedak

- Distres pernapasan

Difteri - Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap - Sekret hidung bercampur darah

- Bull neck karena pembesaran kelenjar leher dan edema - Tenggorokan merah

- Membran putih-keabuan di faring/tonsil

Kelainan bawaan Suara mengorok sejak lahir

4.5.1.Croup

Croup (laringotrakeobronkitis viral) menyebabkan obstruksi/penyumbatan

saluran respiratorik atas, jika berat, dapat mengancam jiwa. Paling berat ter- jadi pada masa bayi. Di bawah ini dibahas croup yang disebabkan berbagai virus respiratorik.

Diagnosis

Croup ringan ditandai dengan: demam

suara serak batuk menggonggong

stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.

Croup berat ditandai dengan:

Stridor terdengar walaupun anak tenang

Napas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

Tatalaksana

Croup ringan dapat ditangani di rumah dengan perawatan penunjang, meliputi

pemberian cairan oral, pemberian ASI atau pemberian makanan yang sesuai. CROUP

4.

B

A

TU

K

Anak dengan Croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan sebagai berikut:

Steroid. Beri dosis tunggal deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau

jenis steroid lain dengan dosis yang sesuai, dan dapat diulang dalam 6-24

jam (lihat lampiran 2 untuk deksametason dan prednisolon).

Epinefrin(adrenalin). Beri 2 ml adrenalin 1/1 000 ditambahkan ke dalam 2-3 ml garam normal, diberikan dengan nebulizer selama 20 menit.

Antibiotik. Tidak efektif dan seharusnya tidak diberikan.

Pada anak dengan croup berat yang memburuk, dipertimbangkan pemberian:

1. Oksigen

Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik.

Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan

gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada

pemberian oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran respiratorik.

Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.

2. Intubasi dan trakeostomi

Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intu- basi sedini mungkin.

Jika tidak mungkin, rujuk anak tersebut ke rumah sakit yang memungkin- kan untuk dilakukan intubasi atau tindakan trakeostomi dengan cepat. Jika tidak mungkin, pantau ketat anak tersebut dan pastikan tersedianya

fasilitas untuk secepatnya dilakukan trakeostomi, karena obstruksi saluran respiratorik dapat terjadi tiba-tiba.

Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh orang yang berpengalaman.

Perawatan penunjang

Hindari manipulasi yang berlebihan yang dapat memperberat obstruksi (misalnya pemasangan infus yang tidak perlu).

Jika anak demam (≥ 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, berikan parasetamol.

Pemberian ASI dan makanan cair.

Bujuk anak untuk makan, segera setelah memungkinkan.

106 4. B A TU K Pemantauan

Keadaan anak terutama status respiratorik harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 1 kali sehari.

4.5.2.Difteri

Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi

saluran respiratorik atas atau nasofaring menyebabkan selaput berwarna keabuan dan bila mengenai laring atau trakea dapat menyebabkan ngorok

(stridor) dan penyumbatan. Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin

difteri menyebabkan paralisis otot dan miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya angka kematian.

Diagnosis

Secara hati-hati periksa hidung dan tenggorokan

anak, terlihat warna keabuan pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. Kehati-hatian diperlukan untuk pemeriksaan tenggorokan karena dapat mencetuskan obstruksi total saluran napas. Pada anak dengan difteri faring, terlihat jelas

bengkak pada leher (bull neck). Tatalaksana

Antitoksin

Berikan 40 000 unit ADS IM atau IV sesegera

mungkin, karena jika terlambat akan mening-

katkan mortalitas.

Antibiotik

Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain dengan dosis

50 000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari.

Karena terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS maka perlu

dilakukan tes kulit untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas dan harus terse- dia pengobatan terhadap reaksi anafilaksis.

Oksigen

Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respira- torik.

Membran faringeal difteri Catatan: membran melebar melewati tonsil dan menutup dinding faring dan sekitarnya

4.

B

A

TU

K

Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan

gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada

pemberian oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran respiratorik.

Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.

Trakeostomi/Intubasi

Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, jika terjadi tanda obstruksi jalan napas disertai gelisah, harus dilakukan trakeostomi sesegera mungkin. Orotrakeal intubasi oratrakeal merupakan alternatif lain, tetapi bisa menyebabkan terlepasnya membran, sehingga akan gagal untuk mengurangi obstruksi.

Perawatan penunjang: Jika anak demam (≥ 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri parasetamol.

Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri makanan melalui pipa nasogastrik.

Hindari pemeriksaan yang tidak perlu dan gangguan lain pada anak. Pemantauan

Kondisi pasien, terutama status respiratorik, harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 2 kali sehari. Pasien harus ditempat- kan dekat dengan perawat, sehingga jika terjadi obstruksi jalan napas dapat dideteksi sesegera mungkin.

Komplikasi

Miokarditis dan paralisis otot dapat terjadi 2-7 minggu setelah awitan penyakit. Tanda miokarditis meliputi nadi tidak teratur, lemah dan terdapat gagal

jantung.

DIFTERI

Bull-neck–suatu tanda dari difteri akibat pembesaran kelenjar limfe leher

108 4. B A TU K

Cari di buku standar pediatrik untuk rincian diagnosis dan pengelolaan

miokarditis.

Tindakan kesehatan masyarakat

Rawat anak di ruangan isolasi dengan perawat yang telah diimunisasi

terhadap difteri.

Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai riwayat imunisasi. Berikan eritromisin pada kontak serumah sebagai tindakan pencegahan. Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga serumah.

4.6.Kondisi dengan batuk kronik

Batuk kronik adalah batuk yang berlangsung 3 minggu atau lebih.

Anamnesis

lamanya batuk batuk malam hari

batuk paroksismal atau bila berat, berakhir dengan muntah

berat badan turun (periksa grafik pertumbuhan anak), keringat malam

demam menetap

kontak erat dengan pasien yang diketahui sputum BTA positif atau dengan pasien pertusis

riwayat serangan wheezing atau riwayat asma atau alergi di keluarga riwayat tersedak atau menghirup benda asing

anak diduga terinfeksi atau diketahui terinfeksi HIV

riwayat pengobatan yang telah diberikan dan bagaimana respons pengobatan.

Pemeriksaan fisis

Demam

Limfadenopati (generalisata atau lokalisata) Gizi buruk (wasting)

Wheezing/ekspirasi mempanjang

Episode apnu/henti napas Perdarahan subkonjungtiva

Tanda yang berhubungan dengan aspirasi benda asing

o Wheezing unilateral

o Terdapat daerah bunyi pernapasan menurun dan terdapat pekak atau hipersonor pada perkusi

Dalam dokumen Buku saku kesehatan anak indonesia (Halaman 128-133)