• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. POLA SPASIAL KEMISKINAN, PEMBANGUNAN

5.1 Pola Spasial Kemiskinan

5.1.1 Konfigurasi Sebaran Keluarga Miskin

Kemiskinan dipersepsikan dalam konteks ketidakcukupan pendapatan dan kepemilikan uang serta aset dalam dimensi ekonomi. Keluarga miskin pada umumnya selalu lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi (Cotter, 2002).

Dua variabel yang digunakan untuk menunjukkan penciri jumlah keluarga miskin pada konfigurasi ini adalah adalah jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I. Data yang diambil dari 175 kecamatan se-Kalimantan Barat membentuk satu komponen utama dengan keragaman 52,46% kecamatan di Kalimantan Barat berkorelasi dengan pangsa keluarga sejahtera I dan pra Sejahtera. Pada Tabel 20 menunjukkan keterkaitan variabel dengan komponen utama masing-masing sebesar 0,72 yang artinya peningkatan satu unit komponen utama berkorelasi dengan kenaikan pangsa keluarga prasejahtera dan sejahtera I masing-masing sebesar 0,72 unit.

Berhubung sebagian besar konsentrasi penduduk miskin pada 175 kecamatan ditemukan di empat lokasi, maka empat variabel lokasi tinggal keluarga miskin, yaitu di bantaran sungai, pemukiman kumuh, jaringan SUTET, dan lokasi yang sulit dijangkau dimanfaatkan dan membentuk dua komponen atau penciri utama dengan keragaman 84,71%. Pada Tabel 20, komponen pertama lokasi tinggal keluarga miskin (Idx_kelmiskf1) menunjukkan 58,92% kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat terkait dengan variabel pangsa keluarga miskin yang

tinggal di bantaran sungai, pangsa keluarga miskin yang tinggal di pemukiman kumuh dan pangsa keluarga miskin di pemukiman yang sulit terjangkau. Kenaikan satu unit nilai dari indeks ini terkait dengan kenaikan variabel berturut- turut sebesar 0,92, 0,89 dan 0,80 unit. Untuk komponen/penciri kedua (Idx_kelmiskf2) terkait dengan lokasi tinggal keluarga miskin di sekitar jaringan SUTET, menunjukkan keragaman 25,79% di seluruh kecamatan. Untuk kenaikan satu unit nilai dari indeks ini merupakan kenaikan 0,98 unit pangsa keluarga miskin yang tinggal dibawah jaringan SUTET.

Tabel 20 Muatan faktor (factor loading) variabel dari penciri konfigurasi sebaran keluarga miskin Kelompok Penciri (% varian) Penciri Utama (% varian) Keterangan Muatan faktor Keluarga miskin (52,46) Idx_Miskf1 (52,46)

Pangsa Keluarga Prasejahtera 0,72(+)

Pangsa Keluarga Sejahtera I 0,72(+)

Lokasi tinggal keluarga miskin

(84,71)

Idx_Kelmiskf1 (58,92)

Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal di bantaran Sungai

0,92(+) Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal

di pemukiman kumuh

0,89(+) Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal

di pemukiman sulit dijangkau

0,80(+) Idx_Kelmiskf2

(25,79)

Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal di bawah jaringan SUTET

0,98(+) Penciri pada Tabel 20 digunakan dalam mengklasifikasikan kecamatan dengan analisis klaster (cluster analysis) yaitu dengan memanfaatkan kedekatan jarak antar penciri (euclidean distance) dari factor score dari setiap kecamatan (Lampiran 2). Ketiga penciri signifikan menjadi pembeda sehingga membentuk 3 klaster (tinggi, rendah, dan sedang) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11.

Nilai Tengah Penciri

Konfigurasi Sebaran Keluarga Miskin

Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Idx_Miskf1 Idx_Kelmiskf1 Idx_Kelmiskf2 Penciri Klaster -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 11 Grafik nilai tengah (Euclidean Distance) penciri konfigurasi sebaran keluarga miskin. n il a i te n g a h

Melalui analisis diskriminan ketiga penciri tersebut menjadi pembeda tiga klaster yang terbentuk, dengan besarnya kemampuan klasifikasi 97,71%. Masing- masing kelompok tersebut memiliki kategori seperti yang ditunjukkan pada Tabel 21.

Tabel 21 Kategori pembeda utama pada konfigurasi sebaran keluarga miskin

Penciri Keterangan Kategori

I II III

Idx_Kelmiskf2 Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal

di bawah jaringan SUTET

Sedang Tinggi Rendah

Idx_Miskf1 Pangsa Keluarga Prasejahtera Tinggi Sedang Rendah

Pangsa Keluarga Sejahtera I Tinggi Sedang Rendah

Idx_Kelmiskf1

Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal di bantaran Sungai

Tinggi Sedang Rendah

Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal di pemukiman kumuh

Tinggi Sedang Rendah

Pangsa Keluarga Miskin yang tinggal di pemukiman sulit dijangkau

Tinggi Sedang Rendah

Dengan kategori yang tersusun, dari 175 kecamatan, klaster 1 terdiri atas 25 kecamatan (14,29%), klaster 2 terdiri atas 3 kecamatan (1,71%) dan klaster 3 terdiri atas 147 kecamatan (84,00%). Distribusi konfigurasi di tingkat kecamatan ditunjukkan pada Lampiran 3.

Dari analisis ini mengindikasikan bahwa klaster 1 adalah wilayah dengan kategori sebaran keluarga miskin yang tinggi, klaster 2 dengan sebaran keluarga miskin sedang, dan klaster 3 dengan sebaran keluarga miskin rendah. Tampilan tematik dari konfigurasi sebaran keluarga miskin pada Gambar 12, menunjukkan kantong-kantong kemiskinan (warna merah) banyak ditemukan di kecamatan- kecamatan pada wilayah tengah dan di perbatasan baik perbatasan antar negara maupun antar provinsi. Lebih dari separuh wilayah Kabupaten Sintang dijumpai area merah yang menyebar mulai dari utara hingga selatan wilayahnya. Di area berwarna hijau menunjukkan penyebaran keluarga miskin yang rendah, dimana pada wilayah tersebut insiden kemiskinan dijumpai dengan jumlah yang relatif lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya. Area ini meliputi sebagian besar wilayah di Provinsi Kalimantan Barat dan dari peta konfigurasi menunjukkan bahwa Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kayong Utara adalah kabupaten yang tidak dijumpai spot merah atau kecamatan dengan sebaran keluarga miskin yang tinggi.

Gambar 12 Peta Konfigurasi Sebaran Keluarga Miskin di Provinsi Kalimantan Barat.

Distribusi kecamatan di kabupaten/kota pada tiap klasternya ditunjukkan pada Tabel 22, dimana kabupaten dengan kecamatan yang terkategori sebaran keluarga miskin tinggi terbanyak ditemukan di Kabupaten Sintang yaitu sebanyak 7 dari 14 kecamatan. Lebih dari sepertiga kecamatan di Kabupaten Landak dan Kota Pontianak juga ditemukan kantong-kantong kemiskinan, sementara wilayah lainnya dibawah 20%.

Tabel 22 Distribusi kategori sebaran keluarga miskin pada kabupaten/kota

Kabupaten/Kota Distribusi kategori sebaran (persen)

Tinggi Sedang Rendah

Kabupaten Sambas 0,00 0,00 100,00 Kabupaten Bengkayang 0,00 0,00 100,00 Kabupaten Landak 38,46 0,00 61,54 Kabupaten Pontianak 11,11 11,11 77,78 Kabupaten Sanggau 6,67 0,00 93,33 Kabupaten Ketapang 10,00 0,00 90,00 Kabupaten Sintang 50,00 0,00 50,00

Kabupaten Kapuas Hulu 12,00 0,00 88,00

Kabupaten Sekadau 14,29 0,00 85,71

Kabupaten Melawi 18,18 0,00 81,82

Kabupaten Kayong Utara 0,00 0,00 100,00

Kabupaten Kubu Raya 11,11 11,11 77,78

Kota Pontianak 33,33 16,67 50,00

Kota Singkawang 0,00 0,00 100,00

Identifikasi kantong-kantong kemiskinan sangat penting dilakukan agar target utama penanganan kemiskinan lebih terarah sebagaimana yang dikembangkan di Kenya dalam Kenya’s Interim Poverti Reduction Strategy Paper

(Swallow, 2005) yang membantu pemerintah Kenya memetakan lokasi kantong- kantong kemiskinan dalam penanganan kemiskinan.