• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA

A. Konfirmasi temuan dengan teori

128

A. Konfirmasi temuan dengan teori

Sebenarnya dalam komunikasi terdapat ratusan teori dan model komunikasi yang berhubungan dengan kepemimpinan. Dimana setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap mode komunikasi dapat diukur berdasarkan manfaatnya. Selain itu jika kepemimpinan dan pesan yang dilihat dari perspektif komunikasi poitik yang berbeda maka akan berbeda pula pengertiannya. Untuk itu, semua dapat membuat model komunikasi yang berpinjak pada model-odel atau teori yang sudah dikembangkan oleh pakar terdaulunya.

Penelitian yang dilakukan oleh penelti tentang “Kepemimpinan Oda Nobunaga Dalam Perspektif Komunikasi Politik” dengan memperhatikan kepemimpinan dan strategi politik serta pesan komunikasi politik yang ada pada noel Oda Nobunaga seri 4 menggunakan teori kepemimpinan personal-situsional.

Yang mana dalam teori ini melihat bahwa suatu kepemimpinan sebgai efek dari kekuatan tunggal. Dalam teori personal-situsional memiliki 2 indikator, yaitu:

1. Sifat-sifat efektif, intelektual, dan tindakan individu. 2. Kondisi khusus pemimppin di dalam pelaksanaanya.

a. Sifat kepribadian pemimpin, dimana pemimpin harus memiliki karakter keanggotaan kelompok yang dipimpinnya, dengan kata lain pemimpin harus dapat memahami kondisi, dan karakter dari masing-masing individu yang ada pada kelompoknya. Dalam penelitian yang telah ditentukan yaitu sifat dari Oda Nobunaga

129

sebagai seorang pemimpin dari klan Oda, dalam hal ini Oda Nobunaga memiliki karakter yang mampu membaca watak dan kepribadian dari para lawan maupun anggotanya akan tetapi terkadang denga keras kepalanya Nobunaga, Nobunaga kurang memperhatikan pengikutnya.

b. Sifat dasar kelompok atau anggotanya, dalam poin ini Oda Nobunaga dapat melihat potensi apa yang ada pada anggotanya untuk dapat mencapai target tujuan yang diinginkannya. Tidak hanya melihat potensi yang ada, pemimpin juga harus mengarahkan anggota untuk bertanggung jaab atas tugas, hak, dan keajibannya atas tugas yang sudah diberikan oleh pemimpin. c. Peristiwa (perubahan atau masalah) yang dihadapi oleh kelompok.

Dalam point ini Nobunaga memiliki potensi yang tinggi dilapangan sosial guna membaca dinamika situasi yang selalu berubah-ubah. Nobunaga juga bisa menyesuaikan diri dengan struktur medan yang akan dihadapi dan dapat membaca situasi dalam jangka panjang guna untuk mengikuti dan menerima potensi yang diimbangi dengan penyesuain medan sosial yang dihadapi khsusunya pada masa kekacauan seperti zaman sengoku.

Dari ketiga faktor diatas pemimpin perlu memperhatikan arah kemana kepemimpinnya akan diarahkan pada :

130

2. Membayangkan bahwa terdapat sekolompok orang yang memiliki misi dan tujuan yang sama, agar pemimpin mampu memegang anggota.

3. Penampilan peran yang harus dimainkan pemimpin dalam melihat situasi dann mengarahkan anggota

4. Kaitan kelembagaan yang melibatkan pemimpin dan pengikutnya. Gibs menyatakan kepemimpinan harus dipandang sebagaihubungan antar individu dalam satu kelompok, dan peneliian tentang kepemimpinan harus dalam rangkah dimensi struktral dan fungsional dari organisasi. Selain itu kepemimpinan merupakan fenomena interraksional dalam struktur kelopok diantara para anggotannya dalam usaha mencapai tujuan bersama. Stogdill dan Shartle memiliki pendapat versi revisi tentang teori kepemimpinan ini dengan mepertimbangkan hal sebagai berikut :

1. Birokrasi impersonal dan pengukuran yang rasional.

2. Organisasi formal dan hubungan interpersonal antara pemimpin dan anggota yang terjalin. Seperti halnya hubungan Nobunaga dengan Ieyasu, dan Hideyoshi yang menjadikan dasar kepemimpinan Nobunaga menjadi dsar bagi bangsa Jepang mendatang.

3. Autokrasi yang bijaksana sebagai hasil dari struktur hubungan pemimpin dan anggota yang tercipta.

4. Perluasan tugas dan supervisi yang ada pada pekerja sehingga memungkinkann timbulnya aktualisasi diri pada diri individu.

131

5. Pengelolaan partisipatif dan konsultasi bersama sehingga memungkinkan integrasi tujuan individu dan tujuan organisasi.2

Selain pertimbangan diatas mengenai perubahan teori personal-situsional ini ada pula fungsi kepemimpinan yang perlu diperhatikan, yakni :

1. Membantu kelompok dalam menemukan arti dari tujuan yang telah ditetapkan bersama.

2. Membantu kelompok dalam menenntukan tujuan yang pertama menyangkut syntality (pengukuran performance) dan yang kedua dengan synergy (dorongan dan arah tujuan) dari kelompok.

Pemimpin juga memperoleh Loliosyncrazy Credit (semacam hak istimewa untuk sedikit menyimpang dari norma kelompok atas seizin anggota kelompok tanpa membahayakan statusnya di kelompok3.

Berdasarkan asumsi yang diungkapkan Stogdill dan Shartel tersebut dapat diketahui bahwa birokrasi interaksional dan rasional yang dilakukan oleh pemimpin selalu menciptakan sebuah hubunagn yang bersifat autokrasi yang berfungsi untuk membangun struktur hubungan pimpinan dengan bawahan yang tercipta serta untuk memperluas tugas dan supervisi yang ada pada pengikut sehingga memungkinkann timbulnya aktualisasi diri pada diri individu. Dan engelolaan partisipatif dan konsultasi bersama sehingga memungkinkan integrasi tujuan individu dan tujuan organisasi yang ada pada klan Oda. Selain hubungan

2

Arifin Syamsul, Leadership:Ilmu dan Seni Kepemimpinan, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2012), hal 35

132

antara pemimpina dan bawahan yang tercipta, juga perlu di lihat peristiwa (perubahan atau masalah) apa saja yang dihadapi oleh kelompok. Dalam point ini Nobunaga memiliki potensi yang tinggi dilapangan sosial guna membaca dinamika situasi yang selalu berubah-ubah. Nobunaga juga bisa menyesuaikan diri dengan struktur medan yang akan dihadapi dan dapat membaca situasi dalam jangka panjang guna untuk mengikuti dan menerima potensi yang diimbangi dengan penyesuain medan sosial yang dihadapi.

Segala peristiwa (perubahan atau masalah) yang telah di alami oleh Oda Nobunaga menjadikannya seorang pemimpin yang bertipe Otokrat yang mana tipe ini menjadikan Oda Nobunaga sebagai pemimpin yang memiliki karakter sebagai berikut :

1. Menganggap klan Oda sebagai milik pribadi

2. Mengidentikan tujuan pribadi (ambisinya) dengan tujuan Klan 3. Mengangappengikutnya sebagai alat semata-mata

4. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat 5. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya

6. Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum) yang mana dalam hal ini Nobunaga melakukan pembantain dan pembakaran.

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa tipe kepemimpinan otokratis tidak tepat untuk suatu organisasi atau kelompok masyarakat saat ini dimana hak-hak asasi manusia yang menjadi anggota

133

organisasi atau kelompok masyarakat tersebut harus dihormati. Tipe ini menggakibtkan Nobunaga menjadi pemimpin yang kontroversional dan mendapatkan julukan “The King Devil”.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Karakteristik kepemimpinan Oda Nobunaga yang terbilang kontroversional di latar belakangi karena keadaan dan situasi yang membuat Nobunaga menjadi pemimpin yang kejam. Kekejaman yang dilakukan Nobunaga berlatar belakang dari situasi atau peristia yang pernah ia alami dan yang terjadi yang menuntutnya untuk bersikap kejam pada masa itu Stogdill dan Shartle mengatakan bahwa pemimpin juga memperoleh semacam hak istimewa untuk sedikit menyimpang dari noram kelompok atas izin anggota kelompok tanpa menbahayakan statusnya di kelompok. Dari pernyataan seperti itu pemimpin seperti Nobunaga mendapat hak istimewanya dalam menentukan strategi perang dan strategi politik yang kontroversional dengan tanpa merugikan kelompok dan tujuan kelompok. Hal itu memunculkan pada keefektifitasan seorang pemimimpin dalam mencapai tujuan dengan melihat dan berkaca pada situasi yang dihadapinya pada saat itu. Kepemimpinan Nobunaga terbilang efektif karena Nobunaga berhasil dengan menyatukan hampir seluruh wilayah Jepang dibawah kekausaannya sebagai Daimyo. Itu menunjukkan bahwa Oda Nobunaga dapat menjadi pemimpin yang efektif pada saat itu atau pun sekarang karena dengan adanya pemimpin seperti Nobunaga sejarah Jepang bisa berubah bahkan bisa dikatakan kekacauan tidak akan selesai, Nobunaga juga merupakan pelatak dasar kekuatan dua Daimyo lainnya seperti Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu dan sampai

135

sekarang banyak warga Jepang yang masih memegang prinsip dasar dari kepemimpinan Nobunaga.

Pesan komunikasi politik yang di tulis oleh penulis novel Sohachi Yamaoka adalah pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat membaca segala situasi yang dihadapi oleh seorang pemimpin pemerintahan, negosisasi dalam komunikasi politik sangat berarti penting dimana gaya bahasa, etika, kepercayaan, dan peluang sangatlah menentukan keberhasilan suatu negosiasi khusunya dari segi politik dan pemerintahan. Sohachi Yamaoka menggambarkan Nobunaga adalah seorang Daimyo yang sangat kharismatik dan cerdas, dengan membaca situasi Jepang dan klan lain, sebelum berperang dengan klan lawan Nobunaga memberi kesempatan kepada lawan untuk bergabung dengannya melalui negosiasi dengan perantara surat dan kurir yang diutus ke kastil lawan, memberikan barang-barang mewah kepada pihak laan, sserta melakukan pernikahan politik. Nobunaga membuat kebijakan perdagangan bebas dimana perdagangan tersebut pada akhirnya membatunya dalam bernegosiasi guna untuk memperluas jaringan di kalangan kaum Eropa, selain dengan kaum Eropa, negosiasi juga dilakukan pada Shogun Yoshiaki guna untuk melakukan kerjasama dibidang pemerintahan. Selain itu tentara gabungan Nobunaga-Hideyoshi-Tokugawa juga di dapat dari proses negosiasi.

A. Rekomendasi

1. Suatu narasi tidak ada yang benar-benar netral, karena diharapkan khlayak memiliki pemikiran kristis ketika melihat suatu narasi. Khlayak

136

setidaknya telah memiliki pengetahuan tentang media yang dibaca sehingga pada akhirnya ketika menerjemahkan isi pesan memiliki empati terhadap pesan tersebut. Dengan empati khalayak mengetahui mengapa pesan tersebut disampaikan dan akan menimbulkan pemahaman yang benar terhadap sutau realita dan tidak terpancing dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat atau media.

2. Subjektifitas memang tidak dapat dilepaskan, namun selalu ada cara yang leih baik agar subjektifitas tersebut tidak mendominasi pemberitaan. Ketika paling tidak media harus memiliki batasan etika dan moral ketika menyajikan berita.

3. Peneliti menyadari bahwa penelitian analisis naratif sangat memungkinkan peneliti juga turut memasukkan subjektifitasnya. Sehingga tidak heran apabila pandangan peneiti dengan pandangan orang lain dapat berbeda ketika melihat sebuah teks berita. Teks dapat diartikan bermacam-macam oleh orang yang berbeda dan inilah yang menjadi kelemahan penelitian ini. Untuk mengatasinya disarankan untuk membagikannya ke dalam kelompok sehingga di dapat mkana yang lebih objektif penelitian ini seperti penelitian kualitatif pada umunya tidak mempuyai ukuran yang pasti tentang batas benar dan salah, semuanya tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti. Karena itu peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat untuk meneliti analisis wacana agar memiliki batasan yang pasti, mungkin dengan memakai undang-undnag atau kode etika jurnalistisk.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Racmad Jallaludin.1995. “Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta : Remaja Rosda Karya. Kartono Kartini.1998. Pemimpin dan kepemimpinan: Apakah pemimpin Abnomar itu?. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.

Ardial.2010. Komunikasi Politik; Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media. Jakarta. Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar. Jakarta. PT.Rineka Cipta.

Syamsul Arifin. 2012.Leadership:Ilmu dan Seni Kepemimpinan, Jakarta, Mitra Wacana Media.

Moleong J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Dody M. Ghozali.2007 Communication Measurement. (dalam skripsi Badruz Zaman. IAIN

Sunan Ampel Surabaya.)

M.Idrus.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ailangga. Sobur Alex.

Piliang Amir Yasraf.2003. Hiper Semiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalansutra.

Nursito.2005. Ikhtiar Kesusastraan Indonesia.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,

Badudu dan Zam.2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sianar Harapan. Stanton Robert.2007. Teori Fiksi, Pustaka Jaya, Yogyakarta, 2007

Anwar Arifin. Komunikasi Politik : Filsafat-Paradigma-Teori-tujuan-Strategi dan komunikasi politik Indonesia. (Yogyakarta : Graha Ilmu)

Eriyanto.2001.Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta,LkiS Yogyakarta,.

Nurgiyanto Burhan.2009. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah ada University Press, Adib Sofia dan Sugihastuti.2003.Feminisme dan sastra: Menguak Citra Perempuan dalam

layar Terkembang, Bandung: Katarsis,

Yamaoka Sohachi.2015. Oda Nobunaga:Sang Penahkluk dari owari seri 4. Tokyo: Kensha Publishing.

Internet

www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 20 April 2016

Hhtp://id.wikipedia.org/wiki/Oda-Nobunaga. Diakses pada 19.00 Wib

www.[Info] - Sengoku Jidai (Sengoku Period) _ KAORI NG. Diakses pada tanggal 25 agustus 2015. Pada pukul 14.09 wib

Fujii Manabu. Honnōji to Nobunaga. Kyoto: Shibunkaku, 2003.

www.Pengertian Media Menurut Para Ahli.htm diakses pada 20 Juni 2016 Pengertian novel menurut para ahli_E-JURNAL.html

Hhtp://www.informasibelajar.com/2015/ciri-ciri-pengertian-dan-jenis-jenisnya.html

Hhtp//sengoku jidai a.k.a Zaman Sengoku_World in Words.htm. diakses pada 20 September 2015 pukul 13.00 Wib