• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori

100

Secara umum masyarakat desa Tenggulun memang sudah menerima keluarga besar mantan teroris sebagai bagian dari mereka artinya keberadaan mereka sudah diakui. Namun tidak dapat dilepaskan bahwa perasaan – perasaan masyarakat desa Tenggulun yang dulunya ada terhadap keluarga besar mantan teroris masih terlihat dalam jarak pergaulan atau interaksi dengan keluarga besar mantan teroris.

B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori

Komunikasi sosial merupakan komunikasi yang terjadi pada ranah sosial, dan masyarakat merupakan pelaku dari komunikasi sosial tersebut. Disini yakni keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun dengan masyarakat. Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data, maka penulis akan mengkonfirmasikan temuan dengan Teori Komunikasi tentang Identitas yang diutarakan oleh Michael Hecht.

Komunikasi sosial antara keluarga besar mantan teroris dengan masyarakat jika dikaitkan dengan Teori komunikasi tentang identitas, adalah tentang bagaimana keluarga besar mantan teroris yang mencoba mengidentifikasikan diri mereka, bahwa selama ini mereka yang dianggap sebagai mantan teroris, mereka mencoba untuk memperkenalkan dirinya, bahwa mereka adalah orang – orang yang baik, tidak menutup diri, bisa menerima orang lain, masih membutuhkan orang lain, lalu orang lain mulai mencoba memahami mereka.

Dalam teori Komunikasi tentang Identitas terdapat empat asumsi, yaitu (1) personal layer yakni ketika keluarga besar mantan teroris diterpa isu

101

sebagai keluarga yang tidak baik, sehingga kemudian banyak dibenci masyarakat, keluarga tersebut mengalami berbagai macam kondisi psikis. Perasaan keluarga besar mantan teroris yang berada dalam kepungan hujatan membuat mereka menjadi terhimpit ketika ingin berinteraksi. Mulai dari malu, minder, takut ketika berinteraksi dengan masyarakat kemudian membuat mereka menutupi identitas mereka ketika berada di luar desa. Keluarga besar mantan teroris mengidentifikasi diri mereka yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Hal itu kemudian yang menyebabkan perasaan – perasaan minder mereka rasakan. (2) enactment layer yakni akibat dari hujatan masyarakat tersebut, perbedaan tersebut, keluarga besar mantan teroris tidak kemudian berlama – lama mengurung diri dari pergaulan dengan masyarakat. Mereka mencoba untuk berkomunikasi sosial. Memperkenalkan diri mereka melalui Yayasan Lingkar Perdamaian, dan ketika mereka berinteraksi dengan masyarakat mereka menjadi pribadi yang baik seperti menolong tetangga, menyapa, dan sebagainya. Akibat dari upaya – upaya yang dilakukan keluarga besar mantan teroris tersebut mampu menetralisir persepsi – persepsi orang, masyarakat yang awalnya tidak senang terhadap keluarga mereka, ketika sudah mengenal keluarga besar mantan teroris dan melihat sikap keluarga besar mantan teroris, masyarakat mulai menerima mereka. (3) relational yakni upaya – upaya yang dilakukan keluarga besar mantan teroris seperti melalui kegiatan di Yayasan Lingkar Perdamaian yang mengadakan upacara bendera, dan membuat TPA untuk anak-anak dapat menghilangkan stigma tentang keluarganya, mengembalikan citra yang

102

baik dari keluarga, juga memperbaiki hubungan dengan masyarakat. Meskipun diketahui tidak semua perasaan – perasaan serta pikiran – pikiran negatif orang tentang keluarga besar mantan teroris dapat hilang, namun upaya tersebut sedikit demi sedikit dapat meminimalisir perasaan negatif tentang keluarga mereka. (4) communal yakni ketika persepsi masyarakat sudah berubah terhadap keluarga besar mantan teroris, dan keluarga merasa bahwa tidak ada pembedaan atas dirinya dengan masyarakat, mereka kemudian menjadi nyaman dan berani ketika berinteraksi dengan masyarakat. Tidak ada lagi perasaan – perasaan takut, dan minder karena masyarakat mampu menerima keluarga besar mantan teroris menjadi bagian dari mereka.

Identitas dibangun melalui proses yang panjang, pembentukan identitas yang dilakukan oleh keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun dilakukan melalui proses sosial. Keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun awalnya adalah warga biasa yang hidup rukun bersama – sama masyarakat lain namun setelah beberapa anggota keluarganya dulu melakukan tindakan terorisme, mereka kemudian di identifikasi atau dibicarakan oleh masyarakat. Akibat dari identifikasi yang dilakukan masyarakat, identitas keluarga besar mantan teroris kemudian muncul sebagai keluarga yang tidak baik dan sebagainya, kemudian keluarga besar mantan teroris membuat upaya – upaya, mereka bernegoisasi bahwa keluarga mereka bukanlah seperti yang mereka gambarkan. Keluarga besar mantan teroris memang mengakui bahwa sebagian dari keluarga mereka melakukan tindakan teroris namun tidak semua anggota keluarga mereka

103

seperti itu. Mereka tetap dapat bergaul, mereka mau bersama – sama masyarakat melakukan kegiatan, mereka tetap menyapa tetangga, mereka tetap bisa menerima hinaan masyarakat. Adapun dalam Teori Komunikasi tentang identitas, inilah yang disebut dengan proses sosial yang membentuk identitas keluarga mereka.

Konstruksi identitas yang dilakukan keluarga besar mantan teroris ini dilakukan secara bertahap. Melalui proses komunikasi sosial secara linear dan sirkular, mereka mencoba membentuk identitas mereka yang baru sebagai masyarakat yang taat beragama dan patuh terhadap aturan – aturan NKRI.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Dari paparan di bab – bab sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses komunikasi sosial yang dilakukan oleh keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun dengan masyarakat menggunakan dua proses. Pertama, proses komunikasi secara linear yakni terjadi ketika mereka tergabung dalam Yayasan Lingkar Perdamaian. Keluarga besar mantan teroris dalam berkomunikasi sosial secara linear ini memanfaatkan forum –forum serta acara – acara yang mereka buat dalam yayasan tersebut bersama – sama masyarakat. Dari sini, interaksi sosial keluarga besar mantan teroris dengan masyarakat dapat terjadi. Kedua, proses komunikasi secara sirkular yakni terjadi ketika keluarga besar mantan teroris menyapa tetangga, membantu tetangga ketika sedang ada hajatan, hingga salah satu dari keluarga besar mantan teroris yang kini menjadi pembina bagi anak-anak muda di desanya. Proses komunikasi sirkular terjadi secara dialogis, umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dan lain sebagainya. 2. Hambatan terbesar yang dirasakan keluarga mantan teroris di desa

Tenggulun lebih didominasi pada hambatan psikologis dan sosial. Hal ini ditandai dengan pernyataan informan bahwa ketika mereka berada

105

didaerahnya mereka merasa nyaman tetapi ketika mereka sudah berada diluar desa Tenggulun, perasaan – perasaan dihantui kemudian pandangan orang lain yang kadang – kadang masih mereka rasakan itu bisa membuat mereka mengalami perasaan takut, minder, canggung hal tersebut kemudian membuat mereka menutup diri atas identitasnya. Adapaun hambatan sosial dikarenakan perbedaan ajaran agama, interaksi antara keluarga besar mantan teroris dengan masyarakat desa Tenggulun menjadi ada jarak. Perbedaan ajaran agama seolah menjadi sekatan atau batasan atas asumsi masing – masing karena seolah-olah mereka berbeda golongan.

3. Secara umum masyarakat desa Tenggulun memberikan respon kepada keluarga mantan teroris dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari penerimaan keberadaan keluarga mantan teroris dalam kehidupannya, mereka tidak membedakan status sosialnya, bahkan dalam pergaulan mereka biasa – biasa saja dan keluarga mantan teroris dinilai sebagai masyarakat yang baik tapi hal – hal serta perasaan negatif terhadap mereka yang menyandang status sebagai keluarga mantan teroris juga terlihat masih ada. Hal ini dapat terlihat dalam pergaulan mereka sehari – hari yang jarang bersama-sama berinteraksi. Mereka hanya sekedar menegur sapa. Sehingga jarak sosial antara keluarga mantan teroris dengan masyarakat juga masih terlihat.

106

B. Rekomendasi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan manfaat bagi peneliti yang lain apabila mereka ikut melakukan penelitian yang berhubungan dengan ilmu komunikasi tentang keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun.

Dalam proses komunikasi sosial yang dilakukan oleh keluarga besar mantan teroris dengan masyarakat banyak hal yang perlu diperhatikan adalah proses komunikasi sosial tersebut yang bisa berjalan dan berhasil membangkitkan motif komunikasi mereka. Oleh karena itu hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai berikut:

1. Untuk peneliti yang lain apabila mereka melakukan penelitian terhadap keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun, untuk mengkaji penelitian dengan menggunakan aspek psikologi, aspek relasi sosial, dan lain – lain yang masih menjadi kekurangan dan keterbatasan dari penelitian ini.

2. Untuk masyarakat desa Tenggulun atau masyarakat luar desa yang berinteraksi dengan keluarga besar mantan teroris, hendaknya terlebih dahulu mengenal secara baik dan lebih mengedepankan perasaan. Karena posisi seseorang yang disudutkan dengan prasangka – prasangka sosial dapat menghambat perkembangan orang yang diajak berbicara ataupun diri kita sendiri karena disibukkan dengan asumsi masing – masing.

3. Untuk masyarakat yang mengalami hal yang sama atau kondisi sama dengan keluarga besar mantan teroris di desa Tenggulun

107

karena terdapat latar belakang seperti mantan napiter dan sebagainya yang umumnya menjadi perbedaan dengan mayoritas masyarakat, agar lebih cepat bersosialisasi dengan masyarakat tidak ada salahnya untuk bergabung dengan Yayasan Lingkar Perdamaian yang memfasilitasi keluarga mantan – mantan teroris dengan masyarakat sehingga dapat berinteraksi dengan baik.

108