• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Data

1. Kongregasi Frater CMM

a. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelaskasih (Frater CMM).

Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae atau Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelaskasih, didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada tanggal 25 Agustus 1844 di negeri Belanda. Kongregasi frater CMM, merupakan komunitas religius non imam.

Kongregasi frater CMM memulai karya kerasulannya di negeri Belanda pada tahun 1844 dandi Belgia pada tahun 1851. Dalam perjalanan waktu, Kongregasi mulai kegiatannya di negara-negara jajahan Belanda antara lain; Antila Belanda tahun 1866, Suriname 1902, Indonesia 1923, dan sekitar tahun 1960 menyusul penyebaran karya ke negara-negara lain, seperti, Zaire pada tahun1959, Brasilia 1960, dan Kalifornia-A.S tahun 1963.

Jenderalat sejak berdirinya kongregasi frater CMM hingga sekarang, berada di Tilburg, negeri Belanda. Kongregasi juga dibagi dalam 3 provinsi antara lain; Provinsi Belanda, Provinsi Belgia dan Provinsi Indonesia serta 6 Regio, antara lain; Regio Antila Belanda, Regio

Suriname, Regio Kenya, Regio Namibia, Regio Brasilia dan Regio Kalifornia (A.S).

Dengan demikian maka kongregasi frater CMM terdaftar di Tahta Suci sebagai ‘’Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae’’/Kongregasi Frater Santa Maria Bunda Berbelaskasih. (Konstitusi Frater CMM)

b. Sejarah Awal Masuknya Kongregasi Frater CMM Di Indonesia. Pada tahun 1923 kongregasi frater CMM mulai berkarya di Indonesia tepatnya di pulau Sumatera Barat (kota Padang), kemudian mulai berkembang dan pada tahun 1924 melanjutkan karya di Manado dan Tomohon (Sulawesi Utara). Maka sejak itu berkembang menjadi dua wilayah yakni wilayah Sumatera dan wilayah Sulawesi yang masing- masing wilayah dipimpin oleh seorang frater misionaris pimpinan atau dikenal dengan sebutan Overste.

Namun dalam perjalanan waktu, perang dunia ke II merupakan suatu musibah untuk frater CMM di Indonesia. Musibah tersebut mengakibatkan lebih dari 10 frater CMM meninggal dunia di camp Jepang, sebagaian besar di camp yang paling kejam yakni di Manado. Pada tahun 1945, masa kemerdekaan Indonesia membawa semangat baru kepada frater CMM di Indonesia untuk mengembangkan karya khususnya dibidang pendidikan. Pada waktu itu para frater mulai mengelolah beberapa sekolah yang cukup tersohor antara lain; Don Bosco Manado, Don Bosco Padang, Santo Thomas Medan, SMP Frater Makasar, dan

persekolahan Katolik di Soposurung Balige. Disinilah para frater berperan baik dalam bidang pendidikan guru SD di Manado, Tomohon dan Balige.

Pada tahun 50-an kongregasi frater CMM membantu inisiatif dari Vikariat Manado untuk mendirikan suatu tareka frater pribumi; ‘’Tarekat Murid-Murid Kristus’’. Para anggota frater tersebut masuk frater CMM pada tahun 1962.Sejak tahun inilah kongregasi frater CMM menerima calon-calon orang Indonesi untuk menjadi frater CMM.Pada tahun 1968 masing-masing daerah kongregasional menjadi regio, dipimpin oleh seorang frater pemimpin regio, dibantu oleh dewan regio. Kedua regio tersebut antara lain; Regio Sulawesi, Maluku dan sumatera. Masa tersebut ditandai oleh beberapa perkembangan antara lain;

a. Jumlah komunitas bertambah dari 6 komunitas menjadi 12 komunitas.

b. Jumlah frater asal luar negeri menurun drastis, sedangkan jumlah frater asal Indonesia bertambah diatas 100 jiwa

c. Kongregasi frater CMM meninggalkan komunitas karya di Padang dan Makasar, dan membuka komunitas-komunitas baru di pulau Nias, Maluku, Maluku tenggara, Tanah Toraja, Timor-timur Sekarang Negara Timor Leste, dan Yogyakarta.

d. Bidang-bidang pelayanan frater CMM diperluas menjadi pendidikan formal, non formal, kesehatan, pastoral, sosial, ekonomi, asrama-asrama, pelayanan percetakan dan toko rohani.

Pada tahun 1986 Regio-regio tersebut mulai bekerja sama yang dikoordinir oleh satu komisi yang dikoordinasi, menyiapkan pendirian provinsi Indonesia. Pada tanggal 25 maret 1989 provinsi Indonesia didirikan.Pada tahun 1991 provinsi Indonesia resmi sebagai provinsi ketika diadakan kapitel provinsi pertama di Yogyakarta. Sejak itu juga provinsialat menetap di Jl. Ampel 6/10 Papringan, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Melihat perkembangan dan peningkatan frater CMM Indonesia yang semakin banyak, maka kongregasi frater CMM mendirikan tahun awal untuk penerimaan calon-calon frater atau yang disebut postulan bertempat di Manado Sulawesi Utara. Tidak hanya cukup demikian setelah tahun awal atau postulan, maka akan dialanjutkan ke tahun kanonik atau tahun novisiat satu, hal demikian dilalui dengan barbagai pertimbangan-pertimbagan dan pengambilan keputusan oleh pemimpin postulat dan diteruskan ke dewan pimpinan provinsi untuk memberikan keputusan, apakan calon tersebut layak untuk meneruskan pendidikan ke tahun kanonik atau harus diberhentikan. Frater yang mendapat rekomendasi untuk melanjutkan ke novisiat maka disinilah frater tersebut diperkenankan untuk menggunakan atribut kongregasi yakni mengenakan jubah frater, salib dan stagen dan disertai dengan anggaran-anggaran dasar kongregasi seperi statuta, dan konstitusi frater CMM.

Setelah menjalani tahun kanonik atau novis satu yang beralamatkan di Ka’aten Tomohon Sulawesi Utara selama 1 tahun, maka frater-frater tersebut akan menunggu keputusan dari dewan pimpinan provinsi apakah frater-frater tersebut diperkenankan untuk melanjutkan ke novisiat tahun ke-2. Jika frater tersebut diperkenankan maka ia akan melanjutkan tahun pendidikan di novisiat tahun ke-2 yang beralamatkan di Jl Nias 89, Pematang Siantar–Sumatera Utara. Maka tahun pedidikan atau novisiat berlangsung selama kurun waktu 2 tahun yakni novis 1 dan novis 2.

Tujuan novisiat adalah

1) Membiasakan frater dengan cara hidup dalam kongregasi menurut semangat konstitusi.

2) Memberikan pendidikan spiritual yang berbobot kepadanya sebagai dasar kehidupan sebagai religius dikemudian hari.

3) Memberikan bimbingan yang perlu kepadanya.

4) Mempersiapkan frater dan menghantarnya kepada hidup pelayanan

5) Menguji kemampuan untuk hidup dalam kongregasi.

Masa novisiat dilangsungkan di komunitas novisiat.Komunitas novisiat didirikan terkhusus untuk frater-frater muda yang menjalani tahun pembinaan yang dipimpin oleh seorang frater pimpinan atau yang disebut magister novisiat, dibantu oleh seorang frater staf atau

disebut frater socius beserta seorang frater ekonom, untuk mengurus segala bentuk keuangan yang ada di komunitas novisiat tersebut.Tangguang jawab atas pendidikan para frater dalam novisiat terletak ditangan seorang frater sebagai pemimpin novis seperti yang disebutkan diatas mempunyai kewenangan karena telah ditunjuk oleh Hukum Kanonik.Dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh beberapa orang frater yang ditunjuk oleh provinsi seperti juga disebutkan diatas.

Pada awal novisiat, seorang novis akan menyatakan secara tertulis bahwa segala sesuatu yang ia peroleh dan terima melalui karyanya sendiri atau berhubungan dengan kongregasi, adalah milik kongregasi. Surat pernyataan tersebut dikirim kepada pemimpin provinsi. Pada tahun novisiat ke-2 seorang frater novis akan menyatakan secara tertulis kepada siapa ia ingin menyerahkan pengelolaan harta bendanya. Surat pernyataan ini dikirim kepada pemimpin provinsi.

Disamping pembicaraan pribadi yang rutin, pemimpin novis memanggil masing-masing novis sebelum bulan desember untuk mengadakan pembicaraan dan pembinaan pribadi.Pemimpin novis ke- 2 memberikan laporan mengenai masing-masing novis, disertai nasehatnya mengenai novis yang dapat diterima untuk profesi perdana.Laporan-laporan dan nasehat perlu dikirim kepada pemimpin provinsi (Bdk. Konst II, 21). Selama menjalani novisiat, jika ada

seorang frater berada dalam bahaya maut, ia boleh diterimakan untuk mengikrarkan provesi dalam persekutuan kita. Andaikata ia sembuh kembali, provesi itu tidak mengakibatkan apa-apa (Kont. II, 23).

Sebelum para frater novis diterjunkan untuk berkarya, mereka harus mempersiapkan diri untuk profesi sementara yang pertama, lewat ret-ret selama 1 minggu. Setelah mengikuti ret-ret selama 1 minggu maka para frater novis diperkenankan untuk mengikrarkan kaul perdana yang diterimakan oleh frater Provinsial yang mengatasnamakan dewan pimpinan umum, disertai oleh 2 frater sebagai saksi, antara lain frater magister atau pemimpin novisiat dan seorang frater yang ditentukan oleh pemimpin provinsi.

c. Struktural Pengelolaan Komunitas Dan Karya

Untuk memenuhi kebutuhan layanan komunitas-komunitas dan karya setiap daerah yang tersebar diseluruh provinsi Indonesia, maka diangkat kepala sub perwakilan yayasan ditiap-tiap komunitas tempat para frater berkarya, dengan pendelegasian tugas atau wewenang dari dewan pimpinan provinsi sebagai berikut: Ketua Yayasan Pusat menjalankan tugas dan tanggungjawab di Komunitas karya di Yayasan Manado, di bantu oleh ketua yayasan perwakilan di Manado/pelaksana harian. Yayasan Frater Don Bosco Manado sebagai yayasan pusat namun adapun yayasan-yayasan perwakilan manado yang berada di daerah-daerah luar Sulawesi, misalanya yayasan Fransiskus Asisi di wilayah SUMUT,

di Tarakan Kalimantan Utara, yayasan perakilan Manado di Lembata NTT.

Dengan pembagian tugas atau pendelegasian dari dewan pimpinan provinsi kepada yayasan-yayasan perwakilan diatas, maka diharapkan dapat mengawasi kelancaran-kelancara karya frater CMM, disetiap wilayah sesuai dengan tugas perutusan dikomunitas-komunitas karya.

Maka dari tugas perutusan serta karya di setiap wilayan, tentunya sangat diharapkan pengembangan karya lewat tugas yang dipercayakan.Untuk itu maka dari setip wilayah sangat diharapkan semangat, kwalitas dan kesiapan para frater yang mengelola karya-karya dimanapun frater tersebut berada.Oleh sebab itu setiap frater merupkan pilar yang dapat menentukan keberhasilan dalam karyanya. Sebab dengan hadirnya peneliti untuk mengetahui kondisi dan kesiapan frater yunior, maka memudahkan lembaga untuk menentukan kekuatan dalam mencapai keberhasil tersebut.

Dalam mengahadapi tantangan global, frater yunior yang dipersiapkan untuk berkarya, dituntut untuk bersunggguh-sungguh dalam menata diri secara profesional dan konseptual dalamberhubungan dengan kemampuan yang dimiliki, untuk siap mengahadapi tantangan global dan mampu bersaing di dunia karier.Oleh sebab itu pembimbing harus mampu mengembangkan keterampilan pedagogis untuk frater yunior agar frater yunior dapat menemukan kebutuhannya.

Frater yunior yang menjadi obyek penelitian berjumlah 8 frater.

Frater novis sebagai subyek pendidikan yang layak untuk memperoleh tempat utama dalam pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tujuan atau arah dalam kesiapan karier mereka. Masalah yang dikemukakan oleh peneliti dalam proses penelitian adalah kurang efektifnya pendampingan di novisiat II oleh para dosen, sehingga berdampak pada kurang terpenuhinya standar kesiapan frater yunior menuju karya. Oleh karena itu dituntut kepada semua komponen baik frater maupun dosen pembimbing agar memberikan layanan yang baik dan tepat sehingga kualitas frater yunior tercapai.

Berikut hasil wawancara antara peneliti dan subyek yang diteliti dalam bentuk analisa yang mendukung data, sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang dialamai oleh para frater yunior dalam kesiapan menuju karier. Maka kajian wawancara tidak lepas dari lima aspek yang menjadi panduan wawancara yakni psikologi, spiritual, sosial, moral dan tanggungjawab. Dalam pertanyaan wawancara peneliti ingin mengkaji tentang pikiran yang dialami oleh frater yunior sebelum menyelesaikan tahun pendidikan dan akan melanjutkan ke komunitas karya, maka lewat pertanyaan tersebut semua frater yunior mengalami hal yang sama yakni, belum siap untuk berkarya, alasannya para frater yunior sebelumnya belum

melainkan masih banyak pertanyaan yang membuat frater yunior untuk ingin mengetahui apa yang akan menjadi tugas yang dipercayakan kepadanya.

Terdapat juga perasaan gelisah, ragu-ragu, bimbang dan kurang siap untuk mengemban sebuah tugas yang dipercayakan oleh kongregasi menjadi tanggunjawabnya.Namun melihat tuntutan kongregasi yang sifatnya “memaksa” maka walaupun kesianpan frater yunior masih belum maksimal tetap harus ditugaskan untuk melaksanakana sebuah tugas sebagai provesinya dalam karier. Maka cara untuk mengurangi keraguan dan ketidaksipan menuju karya, frater yunior merasa terbantu dengan pendampingan selama di tahun pendidikan, selain itu frater yunior merasa bahwa akan ada frater senior yang telah mengemban tugas di komunitas karya yang memberikan semangat motivasi dan pendampingan kepada frater yunior. Dengan demikian frater yunior mampu mengurangi keraguan yang dialami sebelum ditempatkan di tempat karya.Selain itu dengan hadirnya peneliti, maka peneliti memberikan pandangan serta penguatan berdasarkan pengalaman yang dialami sebelumnya kurang lebih sama, namun kenyataan yang terjadi tidak seperti yang dipikirkan, semua tugas yang dpercayakan dapat terselesaikan dengan baik, walaupun pada awal karier mengalami kesulitan.

Perasaan ini muncul disetiap sharing dan lewat hasil wawancaratertulis, hampir semua frater yunior mengatakan karenaTuhan yang menguatkan panggilan maka apapun tugas yang akan diberikan tetap siap menjalaninya. Persoalan lain yang dikemukankan oleh frater yunior adalah secara rohani hampir seluruhnya merasa kuat namun secara jasmani, mental masih kurang siap, oleh sebab itu frater yunior sangat mengharapkan layanan yang memberikan semangat untuk menguatkan mental kesiapan menuju karya.

Hal lain yang menjadi motivasi bagi frater yunior dalam mempersiapkan diri menuju karya yakni kebiasaan-kebiasaan yang menjadi rutinitas harian, dimana dalam hasil sharing keseluruhan frater yunior mengatakan faktor lain yang menjadi pendukung dalam kesiapan menuju karya adalah kebiasaan yang menjadi rutinitas atau jadwal harian. Karena jadwal harian telah diatur sedemikian rupa dari pagi hingga malam, maka frater yunior berusaha mengatur hidup hariannya sesuai kegiatan yang disediakan. Ketika seorang frater tidak mengikuti jadwal harian atau rutinitas kebersamaan maka secara tidak langsung ia kurang bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya, dengan demikian frater yunior akan merasa bahwa moral dan tanggungjawabnya tidak berjalan semestinya. Maka sebagai frater yunior yang siap dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan frater lain ia harus memiliki moral yang telah ditanamkan dalam kebiasaan

harian yakni jadwal komunitas.Sebab seorang fraterdikatakan lalai apabila tidak menjalankan rutinitas harian sebagaimana mestinya.

2. Data Penelitian

Dokumen terkait