• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEKUENSI YURIDIS PENETAPAN ADOPSI

KONSEKUENSI YURIDIS PENETAPAN ADOPSI

3.1Hubungan Hukum Anak Angkat Dengan Orang tua Angkat

Setelah adanya penetapan hakim mengenai permohonan adopsi, tentu saja penetapan tersebut mempunyai konsekuensi yuridis. Karena sejak penetapan itu, segala hak dan kewajiban orangtua kandung beralih kepada orangtua angkat.

Akibat hukum yang terdapat dalam praktik pengangkatan anak, baik masyarakat arab jahiliyyah, masyarakat adat di Indonesia dan adopsi dalam hukum BW adalah sebagai berikut38 :

a. Putusnya hubungan keperdataan/nasab antara anak angkat dengan orangtua kandungnya.

b. Hubungan keperdataan dan kekerabatan/nasab anak angkat itu beralih menjadi kekerabatan orangtua angkatnya. Oleh karena itu, anak angkat dipanggil dengan orangtua angkatnya. Artinya bin, bintinya memakai nama orangtua angkatnya.

c. Status hukum anak angkat adalah sebagai anak sah dan sama kedudukannya dengan anak kandung dengan segala hak dan kewajibannya

d. Kedudukan anak angkat dalam hal mewaris sama kedudukannya dengan anak kandung.

Namun di dalam hukum islam dalam hal pengangkatan anak tidak mempunyai akibat hukum seperti terdapat pada masyarakat adat dan BW diatas.

Hubungan hukum antara anak angkat dengan orangtua kandungnya tidaklah berubah. Hubungan hukum antara orangtua angkat terhadap anak angkatnya tidak menimbulkan hubungan apa-apa kecuali hanya sebatas memelihara, mengasuh, merawat, mendidik, melindungi si anak angkat untuk kesejahteraan dan kebaikan si anak angkat. Jadi hubungan anak angkat dengan orangtua kandungnya masih tetap dan tidak putus39.

Hal di atas berdasarkan QS. Al-ahzab (33) ayat 4-5 : Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seorang buah hati dalam rongganya. Dan dia tidak menjadikan istri-istrim yang kamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggilah mereka (anak- anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan mawla-mawlamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Berdasarkan ayat diatas setidaknya mempunyai empat prinsip sebagai garis hukum yang perlu dipedomani yaitu40 :

39

Wawancara dengan Fanroyen Ali Hamka, op.cit. 40

1. Pengangkatan anak tidak menimbulkan hubungan hukum apa-apa antara anak angkat dengan orangtua angkatnya kecuali sebatas memelihara, mengasuh, memberi pendidikan, dan lainnya untuk kemaslahatan dan kebajikan si anak

2. Hubungan hukum keperdataan si anak dengan dengan orangtua kandungnya masih tetap dan tidak terputus

3. Panggilan untuk si anak adalah atas nama orangtua kandungnya yakni bin atau binti-nya haruslah menggunakan nama ayah kandungnya.

4. Jika orangtua kandungnya tidak diketahui, maka panggilah mereka sebagai saudara-saudara seagama

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas bahwa dalam hukum islam perbuatan pengangkatan anak ini tidak menimbulkan hukum apa-apa. Maka dengan demikian jika anak yang diangkat adalah anak perempuan yang menjadi wali nikahnya adalah ayah kandungnya atau orang yang berhak menjadi wali nikah. Kecuali bila ibu angkat menyusui si anak angkat dalam masa penyusuan. Maka hal ini, menjadi keluarga sesusuan.

3.2Hak Waris Anak Angkat

Setelah penetapan hakim tentang adopsi, selain hubungan hukum anak angkat terhadap orangtua angkat menjadi konsekuensi yuridis. Dalam hal hak waris anak angkat juga menjadi konsekuensi yuridis.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pengertian Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan

pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.

Dalam literatur hukum islam disebutkan bahwa ada empat hubungan yang menyebabkan seorang menerima harta warisan dari seseorang yang telah meninggal dunia. Keempat hubungan itu adalah sebagai berikut41 :

a. Hubungan kerabat atau disebut juga hubungan pertalian darah. Seperti anak terhadap bapak dan ibu kandungnya, cucu dengan kakeknya, dan sebagainya. b. Hubungan perkawinan seperti suami dengan istri.

c. Hubungan wala’ yaitu kekerabatan yang timbul akibat memerdekakan budak. d. Hubungan sesama islam artinya bila seseorang meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris maka harta warisannya diserahkan kepada baitul mal. Dengan demikian hartanya diwariskan kepada umat islam.

Dari keempat sebabnya orang menerima waris diatas, bahwa anak angkat tidak termasuk golongan yang mendapat warisan dari orangtua angkatnya. Karena memang pengangkatan anak tidak menyebabkan timbulnya hubungan hukum yang saling mewarisi antara anak angkat dengan orangtua angkat.

Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam mengatur sebagai berikut :

1. Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193 tersebut diatas, sedangkan terhadap orangtua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya.

2. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orangtua angkatnya

Pasal diatas menghendaki anak angkat dengan orangtua angkat tidak saling mewarisi, tetapi saling mendapat wasiat wajibah. Hal ini disebabkan bahwa status anak angkat dalam kewarisan hukum islam tidak ditempatkan sebagai ahli waris dari orangtua angkatnya, begitu pula sebaliknya.

Jadi dalam hal waris ini, anak angkat tidak menjadi ahli waris orangtua angkat maka ia (anak angkatnya) tidak mendapat warisan dari orangtua angkatnya. Demikian juga sebaliknya, orangtua angkat tidak menjadi ahli waris anak angkatnya, maka ia (orangtua angkatnya) tidak mendapat warisan dari anak angkatnya. Namun anak angkat boleh mendapatkan harta dari orangtua angkatnya melalui wasiat. Demikian juga orangtua angkat boleh mendapatkan harta dari anak angkatnya melalui wasiat. Besarnya wasiat tersebut, tidak boleh melebihi dari dari 1/3 dari harta kekayaan42.

Terhadap orangtua angkat yang tidak menerima wasiat maka diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya, begitu juga sebaliknya bahwa terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orangtua angkatnya.

BAB IV

Dokumen terkait