• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIK DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritik

2. Konsentrasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal (KBBI, 1983 : 1102). Dimyati dan Mudjono (1990) menjelaskan konsentrasi belajar

sebagai kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar atau proses belajar. Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang dipikirkan. Sedangkan dalam hal belajar, konsentrasi dapat diartikan sebagai pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut. Sejalan dengan hal di atas, Ubaydillah (http//www.google.com//, 20 Januari 2009) mengemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan konsentrasi.

1. Kecepatan

Kemampuan individu dalam berkonsentrasi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang sedang dipelajari. Seorang pelajar atau mahasiswa yang mempunyai kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan lebih cepat dalam menangkap materi yang seharusnya ia serap. Begitu pula halnya dengan seorang karyawan atau pegawai yang mempunyai kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan dapat cepat menangkap (menguasai) berbagai jenis keahlian yang dibutuhkan.

2. Kekuatan

Konsentrasi merupakan sumber kekuatan. Salah satu penjelasan yang dapat menerangkan hubungan antara konsentrasi dengan kekuatan

adalah cara kerja pikiran. Konon, pikiran kita akan bekerja berdasarkan "ingat" dan "lupa". Pikiran kita tidak bisa bekerja untuk lupa dan untuk ingat dalam satu waktu. Lupa dan ingat akan dilakukan secara bergantian dalam tingkat kecepatan yang sangat maha super. Kalau kita ingat kebaikan orang, saat itu juga kita melupakan kejelekannya. Sebaliknya, kalau kita mengingat kejelekannya, maka saat itu juga kita melupakan kebaikannya. Koswiyatun (2009) mengatakan bahwa menurut teori neuroscience, otak manusia ini berubah sesuai dengan penggunaan. Arah konsentrasi akan diikuti dengan perubahan struktur fisik otak itu. Dari penjelasan di atas dapat dikatan bahwa konsentrasi merupakan sumber kekuatan.

3. Ketahanan

Kaitan konsentrasi dengan katahanan seseorang terletak pada porsi dan frekuensinya. Kalau pikiran kita lebih sering kita gunakan untuk mengingat atau melihat hal-hal positif dari diri kita, dari keadaan dan dari orang lain di sekitar kita, maka kesimpulan yang tercetak di dalam diri kita adalah kesimpulan positif. Jika kesimpulan ini yang terbentuk, maka energi yang muncul adalah energi positif. Kekuatan dalam menghadapi kerasnya kenyataan hidup ini terkait dengan energi positif. Ketika kita gagal, yang kita ingat dan yang kita lihat adalah sisi-sisi yang mengecewakan dari kegagalan itu. Dari keadaan itu, maka sekuat apapun fisik kita pasti akan terasa berat untuk melangkah ke opsi lain. Akan berbeda rasanya ketika kita masih bisa melihat opsi dan alternatif

lain atau bisa mengingat-ingat tujuan hidup kita dalam potret yang lebih besar (perspektif jangka panjang). Meski kegagalan itu tetaplah kegagalan, tetapi energi yang keluar dari diri kita berbeda. Yang satu menambah kekuatan dan yang satunya malah mengurangi kekuatan.

Untuk bisa mengingat yang positif, untuk bisa cepat melupakan hal yang negatif, dan untuk bisa melihat yang positif terkait dengan kemampuan berkonsentrasi. Mahatma Gandhi menggunakan teknik "ingat" dan "lupa" untuk memperkuat perjuangannya. Ketika dirinya hampir mau putus asa menghadapi penjajahan, Gandhi kemudian memprogram pikirannya untuk ingat bahwa perjuangan menegakkan kebenaran itu selalu akan berakhir menang meski kelihatannya kalah di babak awal. Dengan kata lain, ketahanan seseorang itu tidak semata-mata terkait dengan kekuatan fisiknya.

4. Keseimbangan

Semakin bagus individu dalam berkonsentrasi, maka semakin cepat pula individu bisa menangkap signal dari dalam diri tentang apa yang kurang, apa yang kelewatan, apa yang perlu dilakukan atau apa yang perlu dihindari, apa yang baik dan apa yang tidak baik. Dengan adanya itu semua maka hidup kita seimbang dan stabil. Menurut Siswanti (2008) dalam penjelasan beberapa ahli tentang kecerdasan multipel (multiple intelligence), dijelaskan bahwa konsentrasi itu berhubungan dengan apa yang mereka sebut dengan istilah intra-personal

intillegence, yaitu kemampuan seseorang untuk bisa “connect” dengan dirinya.

Konsentrasi merupakan akibat dari perhatian, terutama perhatian spontan yang ditimbulkan oleh minat terhadap sesuatu hal. Perhatian yang bersifat spontan yang dimaksud adalah perhatian yang diciptakan secara sadar oleh kemauan seseorang yang dapat menimbulkan suatu pemusatan perhatian. Sebab-sebab seseorang sulit berkonsentrasi menurut Ubaydillah, dalam artikelnya yang berjudul “ Kenapa Konsentrasi Itu Penting?” (http//www.google.com//), adalah sebagai berikut .

a. Gangguan Keseimbangan Emosional

Dari hasil studi yang telah diungkap mengatakan bahwa stress, distress, dan depresi ternyata bisa merusak memori (imparied memory) dan konsentrasi (inability to concentrate). Munculnya persoalan tersebut terkait dengan pola hidup sehat (positif), dimana dengan semakin banyak pikiran negatif, sikap negatif atau tindakan negatif yang kita biarkan tentulah semakin rentan terhadap berbagai gangguan tersebut, begitu pula dengan sebaliknya. Maka yang membedakan antara pola hidup sehat (positif) dan pola hidup tidak sehat (negatif) adalah kemampuan “membersihkan” diri seseorang. b. Kekosongan Emosi

Mahasiswa ataupun pelajar yang tidak memiliki alasan kuat mengapa melanjutkan sekolah, apa targetnya, apa tujuan besarnya,

apa program-program pribadinya untuk mencapai target, biasanya akan cenderung mudah merasa kosong batinya. Kekosongan batin ini akan membuat hidup menjadi hambar dan kecil kepeduliannya terhadap statusnya sebagai pelajar. Kekosongan batin inilah yang dapat mengganggu konsentrasi belajar.

c. Manajemen Pikiran

Pada dasarnya di dalam pikiran kita ini memproduksi 60.000-an percikan pemikiran (thought) dalam setiap harinya. Jumlah yang sebanyak itu tentu ada yang melawan dan ada yang mendukung, dan dari sinilah diperlukan manajemen. Salah satu unsur manajemen yang paling mendasar adalah kemampuan menangkap (cathing) yang berati kemampuan untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh pikiran kita. Sebagai contohnya ketika kita mendengar ceramah dari dosen kemudian pikiran kita kemana-mana dan kita tidak segera menyadarinya, maka ceramah dari dosen pun tidak dapat ditangkap dengan jelas. Akan tetapi jika kita cepat menyadari bahwa pikiran kita sudah tidak fokus lagi, dan cepat-cepat pula mengalihkannya kembali ke ceramah dosen, maka apa yang dijelaskan oleh dosen dapat kita tangkap dengan jelas. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa konsentrasi kita bisa rusak apabila kita tidak cepat mengetahui atau menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh pikiran kita.

Lima cara mengasah ketajaman konsentrasi menurut Ubaydillah, (http//www.google.com//, 20 Januari 2009) adalah sebagai berikut :

a. Perjelas target pribadi

Target adalah sasaran untuk dipikirkan oleh pikiran kita. Target ternyata juga memiliki banyak kegunaan yaitu dapat membimbing dan mendinamiskan hidup. Dikatakan menjadikan bimbingan karena kita bisa menyuruh pikiran kita untuk berkonsentrasi kalau tidak ada sasarannya. Maka pikiran yang sering digunakan untuk memikirkan sasaran demi sasaran akan membuat hidup dinamis. Orang yang hidup dinamis dengan target-target yang dimiliki akan jauh dari gangguan dan kekosongan emosi.

b. Melakukan dan Melibatkan Diri

Target tanpa realisasi tidaklah cukup, maka agar target dapat benar-benar bermanfaat dalam membimbing dan mendinamiskan, dibutuhkan disiplin diri dalam menjalankannya. Salah satunya adalah dengan melakukan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kita dengan target yang kita buat sendiri. Selain melakukan sesuatu, hal terpenting adalah melibatkan diri pada lingkungan yang sesuai dengan kita (envirotment system).

c. Sering-sering berkomunikasi dengan diri sendiri

Sering-sering berkomunikasi dengan diri sendiri ini misalnya adalah “menyepi”. Menyepi di sini berarti memberi ruang dan

kesempatan untuk diri sendiri supaya berbicara dengan diri sendiri,

self-dialog, self-talk, meditasi, evaluasi, koreksi, dan refleksi. d. Ciptakan sarana (mean)

Menciptakan sarana dapat dilakukan dengan membuat tulisan, catatan, gambar atau apa saja yang dapat memudahkan kita mengingat dan melihat target, program, atau bidang-bidang yang penting menurut kita. Kemudian dari apa yang telah kita buat dapat kita letakkan di buku, meja, HP, komputer, dan tempat-tempat lainnya yang dapat membantu kita untuk memudahkan dalam mengingat dan melihat.

e. Tingkatkan kepedulian

Kepedulian di sini bukan berati mementingkan diri sendiri, melainkan berperan seoptimal mungkin berdasarkan status kita, salah satu contohnya adalah pelajar. Pelajar yang peduli adalah pelajar yang berperan seoptimal mungkin sebagai pelajar yaitu belajar, berorganisasi, demo secara positif, bergaul, menghormati guru atau dosen, dan lain-lain.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan mengenai konsentrasi yaitu penggunaan yang proporsional terhadap pikiran untuk fokus pada sasaran yang kita inginkan. Hal ini berarti konsentrasi adalah jalan tengah (the proper way) di antara dua sisi yang ekstrim, yaitu distraksi dan “tensi” (tension). Pada keadaan yang tegang, biasanya bukan konsentrasi yang muncul melainkan over-concentration

(pandangan sempit). Sebaliknya bila seseorang terkena distraksi yaitu sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak dan tidak prioritas untuk kita pikirkan, maka hal inilah yang disebut dengan under-concentration (ngelantur).

Dokumen terkait