• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsentrasi Logam berat dalam Air dan Sedimen

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.7 Konsentrasi Logam berat dalam Air dan Sedimen

Logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dapat mencemari air tawar maupun air laut. Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun pada konsentrasi yang sangat rendah (Hutagalung, 1984), begitu pula kandungan logam berat dalam air laut dan sedimen.

Konsentrasi logam dapat meningkat bila limbah pemukiman, pertambangan, pertanian dan industri yang mengadung logam berat dibuang masuk ke dalam perairan alami melalui saluran pembuangan. Logam berat yang sangat beracun ini tahan lama dan sangat banyak terdapat dilingkungan.

Logam berat tersebut adalah Hg, Pb, Cd dan Cr. Logam berat yang masuk ke dalam air akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, yang selanjutnya akan diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu peraiaran terjadi karena adanya anion karbonat, hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984).

Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan hewan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari sekelompok biota perairan dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat selanjutnya keadaan tersebut dapat menghancurkan satu tatanan dalam suatu ekosistem perairan (Palar, 1994).

4.7.1 Tembaga (Cu)

Logam Cu yang masuk ke dalam lingkungan perairan berasal dari peristiwa-peristiwa alamiah dan sebagai efek samping dari aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Secara alamiah logam Cu masuk ke perairan sebagai akibat dari erosi atau pengikisan batuan mineral serta melalui persenyawaan Cu di atmosfir, sehingga terbawa oleh air hujan.

Logam Cu masuk ke perairan diperkirakan mencapai 325.000 mg/l/tahun (Palar, 1994). Terjadinya peningkatan konsentrasi logam Cu di perairan disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti dari buangan industri, pelabuhan. Pada kondisi normal

32

keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion seperti CuCO3+,

Cu(OH)2+. Konsentrasi logam Cu yang terlarut dalam perairan laut adalah 0,002 – 0,005 ppm (Palar, 1994).

Berdasarkan hasil analisa air, konsentrasi logam Cu dalam perairan Kabupaten Administrasi Kepulaun Seribu berkisar antara 0,0017 – 0,0041 mg/l dengan rata-rata 0,0030 (Gambar 11). Baku mutu Cu yang ditetapkan untuk biota di perairan adalah sebesar 0,008 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa logam Cu di perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu masih layak untuk kegiatan budidaya perikanan (Kepmen LH No.51 tahun 2004). Minimnya konsentrasi logam berat Cu disebabkan oleh tingkat kelarutan senyawa Cu yang relatif kecil. Limbah logam Cu dan limbah padat (sampah), industri dan kegiatan pertanian di perairan kabupaten Administrasi Kepulaun Seribu yang relatif sedikit mengakibatkan di perairan dan sedimen tidak terdeteksi logam Cu. Sedangkan analisa logam berat Cu dalam sedimen di perairan Kepulauan Seribu berkisar antara 0,0152-25,7606 mg/l dengan rata-rata sebesar 7,3818 mg/l (Gambar 12).

Gambar 11. Konsentrasi logam berat tembaga (Cu) dalam air

33

Gambar 12. Konsentrasi logam berat tembaga (Cu) dalam sedimen

4.7.2 Kadmium (Cd)

Penyebaran logam Cd di alam sangat luas, namun hanya satu jenis senyawa yaitu

greennokite (CdS) yang sering ditemukan bersama dengan mineral spalerite (ZnS).

Mineral greennokite sangat jarang ditemukan, sehingga logam Cd lebih banyak merupakan hasil produksi sampingan dari proses peleburan dan refining bijih-bijih Zn, adapun konsentrasi Cd pada mineral greennokite adalah 0,2 – 0,3 %.

Penggunaan logam Cd dalam kehidupan antara lain adalah sebagai stabilisator, bahan baku pewarna dalam industri plastik, elektroplating, solder, baterai, dan industri persenjataan berat. Penggunaan Cd ditemukan juga dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain.

Contoh senyawa-senyawa logam Cd yang digunakan dalam industri antara lain zat warna (CdS dan CdSeS), industri baterai (CdSO4), fotografi (CdBr2 dan Cdl2) , pembuatan tetraetil-Pb ((C2H5)2Cd) dan yang berfungsi sebagai stabilaser yaitu senyawa Cd-Stearat pada industri manufaktur polyvinilklorida (PVC) (Palar, 2004). Dalam strata lingkungan, persenyawaan logam Cd banyak dijumpai di daerah-daerah pembuang akhir limbah, aliran air hujan dan air buangan.

34

Pada bulan Juli mulai terjadi peningkatan dibeberapa stasiun, di bulan Oktober peningkatan menjadi lebih besar (Gambar 13). Pada bulan April Cd di perairan Pulau Panggang dan Pulau Pamuka berkisar antara 0,0006-0,0009 ppm (rata-rata 0,00074 ppm). Kadmium tinggi terdapat pada stasiun 2 dan 10, sedangkan rendah pada stasiun 1, 8, dan 9. Pada bulan Juli kandungan logam berat kadmium berkisar antara 0,0005-0,0010 ppm (rata-rata 0,00078 ppm). Kadmium tinggi pada stasiun 2 dan 10, sedangkan terendah pada stasiun 9. Pada bulan Juli perbedaan antar stasiun lebih besar dibanding bulan April. Bulan Oktober yang merupakan bulan peralihan kedua di Indonesia dengan kondisi perairan Laut Jawa yang tidak stabil memperlihatkan nilai kadmium yang berbeda tiap stasiun dengan perbedaan yang cukup tinggi. Kisaran logam kadmium pada bulan Oktober antara 0,0003-0,004 ppm (rata-rata; 0,0036 ppm), dengan kandungan yang tinggi pada stasiun 3, 4, 5, 6, 8, dan 10 sedangkan kandungan yang rendah pada stasiun 1, 2,7, dan 9.

35

Kandungan kadmium pada sedimen di perairan Kepulauan Seribu berdasarkan pengamatan (Apri, Juli dan Oktober) menunjukkan adanya fluktuasi peningkatan (Gambar 14). Pada bulan April kandungan kadmium pada sedimen perairan Pulau Panggang-Pramuka berkisar antara 0,0301-0,3508 ppm dengan rata-rata 0,1646 ppm. Kadmium tertinggi pada bulan ini terdapat pada stasiun 5, sedangkan terendah terdapat pada stasiun 1. Pada bulan Juli mengalami peningkatan hingga mencapai 3,9074 ppm, dengan rata-rata 0,5823 ppm. Pada bulan Oktober terjadi peningkatan kadmium yang cukup besar pada hampir seluruh stasiun kecuali stasiun 2 dan 7. Peningkatan paling drastis terdapat pada stasiun 4 dan 10. Kisaran kadmium pada sedimen di bulan Oktober adalah antara 0,1810-5,0857 ppm, dengan rata-rata mencapai 1,1203 ppm. Pada bulan Oktober konsentrasi Cd tertinggi pada stasiun 10, sedangkan terendah terdapat pada stasiun 2.

Gambar 14. Konsentrasi logam berat kadmium dalam sedimen

Hasil analisis kadmium terhadap sedimen di perairan Pulau Panggang-Pramuka dibandingkan dengan kadar alamiah dari Reseau ‘d Observation (RNO, 1981) dan EPA (1990), menunjukkan bahwa sedimen perairan Pulau Panggang-Pramuka secara umum dalam kisaran normal masing-masing dibawah <2,0000 ppm dan <1,0000 ppm), kecuali

36

stasiun 4 dan stasiun 10. Hasil pengukuran kadmium pada sedimen dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), secara keseluruhan masih di bawah level limit (kecuali stasiun 10) dan level target (kecuali stasiun 4 dan 10).

4.7.3 Timbal (Pb)

Timbal dan persenyawaannya dapat berada dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Di alam Pb dapat masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan.

Disamping itu, korosifikasi dari batuan mineral akibat dari hempasan gelombang dan angin juga merupakan salah satu jalur Pb yang akan masuk dalam badan perairan. Logam Pb yang masuk dalam badan perairan bermacam-macam cara. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb (industri baterai, cat dan barang-barang elektronik), air buangan dari pertambangan bijih timah hitam. Bahan bakar yang mengandung timbal (leaded gasoline) juga memberikan kontribusi yang berarti bagi keberadaan Pb di dalam air. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak sungai untuk kemudian akan dibawa menuju lautan. Badan perairan yang telah terkontaminasi senyawa atau ion-ion Pb yang melebihi konsentrasi di atas normal dapat mengakibatkan kematian bagi biota dalam perairan tersebut. Pada umumnya konsentrasi Pb sebesar 188 mg/l akan membunuh ikan-ikan yang berada dalam perairan tersebut (Palar, 1994).

Pada bulan April dan Juli konsentrasi timbal diseluruh stasiun pengamatan jauh dibawah baku mutu namun pada bulan Oktober terlihat konsentrasi timbal di perairan diatas baku mutu yang ditetapkan hal tersebut kemungkinan pada bulan Oktober sudah terjadi musim hujan sehingga sebaran logam timbal menjadi lebih luas (Gambar 15). Sedangkan konsentrasi Pb pada sedimen masih dibawah baku mutu (Gambar 16).

37

Gambar 15. Konsentrasi logam berat timbal dalam air

Hasil pengamatan logam berat timbal dalam sedimen perairan Pulau Panggang-Pramuka pada bulan April berkisar antara 0,0065-1,3589 ppm dengan rata-rata 0,7008 ppm. Kandungan timbal tinggi pada bulan April terdapat pada stasiun 1 dan 3, sedangkan terendah terdapat pada stasiun 7. Kandungan timbal pada Juli dalam sedimen perairan Kepulauan Seribu berkisar antara 0,3481-1,6221 ppm dengan rata-rata 0,6172 ppm. Kandungan timbal tertinggi pada bulan Juli terdapat pada stasiun 3, sedangkan terendah pada stasiun 10. Pada bulan Oktober kandungan timbal dalam sedimen di perairan Kepulauan Seribu berkisar antara 0,0916-1,5774 ppm, dengan rata-rata 0,5479 ppm. Kandungan timbal tertinggi pada bulan Oktober terdapat pada stasiun 6, sedangkan terendah terdapat pada stasiun 3. Secara umum berdasarkan rata-rata keseluruhan stasiun timbal mengalami penurunan dari bulan April ke Oktober (Gambar 16) .

Hasil penelitian terhadap kandungan timbal pada sedimen dibandingkan dengan kadar alamiah yang ada masih di bawah ambang batas bawah yang ditetapkan yaitu dibawah 10,0000 ppm (RNO, 1981) dan dibawah 5,0000 ppm (EPA, 1990). Hasil

38

pengukuran timbal dibandingkan dengan baku mutu dari IADC/CEDA (1997) masih jauh dibawah level limit (< 530,0000 ppm), bahkan jauh dibawah level target yaitu < 85,0000 ppm.

Gambar 16. Konsentrasi logam berat timbal dalam sedimen

4.8 Penyerapan Logam Berat oleh Kerang Kapak-kapak (Pinna muricata)

Dokumen terkait