• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi dan evaluasi sub-DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan permasalahan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Identifikasi dan evaluasi sub-DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan permasalahan

Identifikasi dan evaluasi sub-DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan permasalahan dengan membandingkan keluaran model SWAT di setiap outlet sub DAS baik pada fase lahan (HRU dan SUB) maupun fase air (RCH) dengan modifikasi kriteria dan indikator kinerja DAS berdasarkan SK Menhut nomer 52/Kpts-II/2001 pada kriteria penggunaan lahan dan tata air. Identifikasi dan evaluasi lokasi yang berpotensi menyebabkan permasalahan DAS dilakukan pada sub DAS kemudian dilanjutkan pada unit lahan pada sub DAS tersebut.

Identifikasi dan evaluasi lokasi yang berpotensi menyebabkan permasalahan DAS baik pada sub DAS maupun unit lahan ditentukan dari perbandingan keluaran model SWAT dan modifikasi kriteria dan indikator kinerja DAS dengan memberikan skor pada setiap indikator pada masing-masing-masing kriteria (Tabel 7). Semakin tinggi skor yang diperoleh pada setiap sub DAS dan unit lahan, dapat diidentifikasi bahwa sub DAS dan unit lahan berpotensi menyebabkan permasalahn pada DAS. Alur pikir identifikasi dan evaluasi sub DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan masalah pada DAS dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Alur pikir identifikasi dan evaluasi sub-DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan masalah pada DAS

OutputModel SWAT Pada setia sub DAS

Output File Sub : - Luas area

- Jumlah curah hujan - Aliran permukaan

Sub DAS kurang berpotensi penyebab masalah Kriteria kinerja DAS OutputFile RCH : - Jumlah debit - Konsentrasi sedimen

Indikator Tata air : - KRS - Q jenis - Koefisien aliran - TDS skor SK Menhut rendah tinggi Sub DAS berpotensi penyebab masalah

Output File HRU : - Luas area

- Jumlah curah hujan - Aliran permukaan - Hasil sedimen

Indikator Penggunaan lahan dan Tata air : - Koefisien aliran - Indeks erosi

Unit lahan kurang berpotensi penyebab masalah

rendah tinggi Unit lahan

berpotensi penyebab masalah Hasil perhitungan : - KRS - Q jenis - Koefisien aliran - TDS Hasil Perhitungan : - Koefisien aliran - Indeks erosi Identifikasi sub DAS Identifikasi Unit lahan skor SK Menhut

3. Evaluasi terhadap rencana pengelolaan DAS serta menentukan perencanaan pengelolaan DAS terbaik

Pada model SWAT akan dilakukan beberapa skenario rencana pengelolaan DAS yang telah dilakukan oleh beberapa instansi yang berhubungan dengan pengelolaan DAS. Penilaian dan evaluasi beberapa rencana pengelolaan DAS berdasarkan hasil skoring perbandingan keluaran model SWAT pada outlet DAS pada fase lahan (SUB) dan fase air (RCH) dengan modifikasi SK Menhut nomer 52/Kpts-II/2001 tentang kriteria dan indikator kinerja DAS pada kriteria tata air (Tabel 7). Semakin tinggi hasil skor dari masing-masing rencana pengelolaan DAS dari intansi menunjukkan perencanaan kurang sempurna dan akan diadakan evaluasi perencanaan berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan evaluasi lokasi yang berpotensi menyebabkan permasalahan, kemudian melakukan perencanaan menurut instansi-instansi yang berhubungan dengan pengeloaan DAS sesuai dengan kondisi biofisik yang sama.

Penentuan perencanaan pengelolaan DAS ditentukan dari hasil skoring terendah perbandingan keluaran model SWAT pada outlet DAS pada fase lahan (SUB) maupun fase air (RCH) dengan modifikasi SK Menhut nomer 52/Kpts-II/2001 tentang kriteria dan indikator kinerja DAS pada kriteria tata air (Tabel 7).

Data curah hujan dan temperatur yang digunakan untuk melakukan identifikasi - evaluasi sub-DAS dan unit lahan serta evaluasi terhadap perencanaan pengelolaan DAS dan penentuan perencanaan pengelolaan DAS terbaik adalah data tahun 2006.

Alur pikir kegiatan evaluasi perencanaan pengeloaan DAS, serta penentuan perencanaan pengelolaan pada DAS terbaik dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 15. Alur pikir evaluasi perencanaan pengeloaan DAS, serta penentuan perencanaan pengelolaan pada DAS

OutputModel PadaoutletDAS

Output File Sub : - Luas area

- Jumlah curah hujan - Aliran permukaan Kriteria kinerja DAS OutputFile RCH : - Jumlah debit - Konsentrasi sedimen

Indikator Tata air : - KRS - Q jenis - Koefisien aliran - TDS tinggi rendah Perencanaan Pengelolaan DAS terbaik Evaluasi

perencanaan

Skenario model SWAT

Modifikasi perencanaan Penilaian perencanaan Hasil perhitungan : - KRS - Q jenis - Koefisien aliran - TDS skor SK Menhut

Tabel 7. Kriteria dan indikator analisis

Kriteria Indikator Deskripsi Verivikasi Metode

Perhitungan Keterangan Skor

Tata air Koefisien regim sungai (KRS)

Perbandingan antara debit aliran sungai maksimum (Qmak) dan debil aliran sungai minimum (Qmak)

- Debit aliran sungai maksimum - Debit aliran sungai

minimum

Rasio perbandingan antara Qmak dan Qmin tahunan - Baik (KRS<50) - Sedang (50<KRS<120) - Buruk (KRS>120) - 1 - 2 - 3 Debit jenis Perbandingan antara debit aliran

sungai maksimum (Qmak) dan luas sub-DAS. Untuk menunjukkan potensi banjir (m3/s/100 km2)

- Debit aliran sungai maksimum - Luas sub-DAS

(100km2)

Rasio perbandingan antara Qmak tahunan dan A - Baik (Qmak/A<58) - Sedang (58< Qmak/A <150) - Buruk (Qmak/A >150) - 1 - 2 - 3 Koefisien aliran permukaan (c)

Perbandingan antara jumlah hujan yang menjadi aliran permukaan dan terhadap total hujan yang jatuh pada wilayah DAS. Untuk menunjukkan potensi banjir - Jumlah CH persatuan wilayah DAS - Jumlah aliran permukaan persatuan wilayah Rasio perbandingan antara jumlah aliran permukaan dan jumlah CH yang jatuh pada wialyah DAS - Baik (c<0,5) - Sedang (0,5<c<0,75) - Buruk (c>0,75) - 1 - 2 - 3 Total dissolve suspensi (TDS)

Konsentrasi sedimen yang terlarut (mg/l) - Baik (TDS<250) - Sedang (250<TSD<400) - Buruk (TSD>400) - 1 - 2 - 3 Penggunaan lahan

Indeks erosi (IE) Perbandingan antara erosi aktual tahunan dengan erosi yang diperbolehkan (T)

- Jumlah erosi aktual persatuan wilayah tahunan (ton/ha/tahun) - Erosi yang diperbolehkan menurut metode Rasio perbandingan antara erosi aktual tahunan dengan erosi yang diperolehkan - Baik (IE≤0,80) - Sedang (0,80≤ IE≤1) - Buruk (IE>1) - 1 - 2 - 3

Kriteria Indikator Deskripsi Verivikasi Metode

Perhitungan Keterangan Skor

Hammer (ton/ha/tahun) (Lampiran 1) Sumber : SK Menhut nomer 52/Kpts-II/2001dan BTPDAS Surakarta, 2002

Letak dan Luas

DAS Cisadane secara geografis terletak pada 106o20’50”-106o28’20” BT dan 6º0’59”-6º47’02” LS. Secara administratif terletak pada 2 propinsi yaitu Jawa Barat dan Banten yang meliputi 202 desa dalam 18 kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor, 33 kelurahan dalam 3 kecamatan di Kota Bogor, 80 desa dalam 9 kecamatan di wilayah Kabupaten Tangerang dan 43 kelurahan dalam 10 kecamatan di wilayah Kota Tangerang (BP DAS Citarum – Ciliwung, 2002).

Menurut BP DAS Citarum – Ciliwung (2002) luas DAS Cisadane adalah 156.043 ha berdasarkan penafsiran Citra Landsat tahun 2001 dan peta topografi skala 1 : 50.000. Sedangkan panjang sungai utama adalah 122.143,45 m.

Nilai kerapatan drainase DAS Cisadane + 0,87 berada pada kisaran agak rendah. Bentuk DAS Cisadane yaitu agak lonjong berdasarkan perhitungan nilai compact factor yaitu 0,33. Waktu konsentrasi untuk DAS Cisadane adalah 18 jam (Dirjen RLPS, 2008). DAS Cisadane mempunyai bentuk yang memanjang dari hulu ke hilir dengan bagian hulu yang membesar.

Topografi

Topografi adalah bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi mempengaruhi transformasi hujan menjadi debit melalui dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung topografi mempengaruhi jumlah curah hujan yang berubah menjadi aliran permukaan maupun aliran bawah permukaan dan aliran lateral. Secara tidak langsung topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah. Jenis tanah yang terbentuk akan mempengaruhi kemampuan menerima dan menyimpan air, selanjutnya mempengaruhi pembagian menjadi komponen aliran.

DAS Cisadane mempunyai bentuk topografi yang bervariasi dari datar, berombak, bergelombang, berbukit dan bergunung dengan ketinggian berkisar antara 0 meter – 1200 meter di atas permukaan laut (dpl).

Sebaran kelas kelerangan wilayah DAS Cisadane dapat dilihat pada Gambar 16. Sedangkan luasan masing-masing kelas kelerangan terdapat pada tabel di bawah.

Tabel 8. Pembagian luas DAS Cisadane menurut kelas kelerengan Luas No Kemiringan Kelas Keterangan

Ha %

1 0 - 8 % I Datar - berombak 58.717,6 37,6 2 8-15 % II Berombak - bergelombang 12.146,3 7,8 3 15-25 % III Bergelombang- berbukit 178,0 0,1 4 25-40 % IV Berbukit - bergunung 59.589,9 38,2 5 > 40 % V Bergunung curam 25.411,7 16,3

Jumlah 156.043,0 100,0

Sumber : BP DAS Citarum – Ciliwung, 2002

Kelas kelerengan DAS Cisadane beragam dari kelas I sampai V. Kelas IV menempati wilayah paling luas yaitu 59.589,9 ha (38,2 %), diikuti kelas I seluas 58.717,6 ha (37,6 %), kelas V seluas 25.411,7 ha (16,3 %), kelas II seluas 12.146,3 ha (7,8 %) dan kelas III seluas 178 ha (0,1 %).

Daerah datar sampai berombak dengan kemiringan 0 – 8 % yang mempunyai luas sekitar 38,56 % dari luas DAS Cisadane menempati bagian hilir DAS Cisadane sebagian besar berada di kabupaten Tangerang dan sebagian Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.

Daerah berombak sampai bergelombang yang mempunyai kemiringan lereng 8 – 15 % yang menempati bagian tengah DAS Cisadane mempunyai luas 6,68 % dari luas DAS. Daerah ini sebagian besar berada pada Kabupaten Bogor dan sebagian Kota Bogor.

Gambar 16. Peta kelas kelerengan DAS Cisadane 660000 660000 680000 680000 700000 700000 720000 720000 9260000 9260000 9280000 9280000 9300000 9300000 9320000 9320000

Keterangan :

0 - 8

15-25

25-40

8-15

> 40

Dokumen terkait