BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Dekripsi Teori
1. Konsep Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
a. Pengertian Akuntansi
Ada banyak pendapat mengenai pengertian dan definisi akuntansi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Berikut ini adalah pengertian dan definisi sistem menurut beberapa sumber: Menurut
AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) pengertian
akuntansi adalah :
“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam suatu mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya bersifat
finansial dan penafsiran dan hasil-hasilnya”.
Pengertian Akuntansi menurut AAA (American Accounting
Association) adalah :
“Akuntansi adalah Proses mengidentifikasi atau mengenali,
mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
Ahmad Kamarudin (2007:6) mengemukakan pengertian akuntansi menurut Ralph Estes (1986) sebagai berikut :
“Akuntansi adalah aktivitas-aktivitas yang menyediakan informasi biasanya bersifat kuantitatif dan seringkali disajikan dalam satuan moneter, untuk pengambilan keputusan,
perencanaan, pengendalian sumber daya dan operasi,
mengevaluasi prestasi dan pelaporan keuangan kepada para
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan suatu transaksi untuk menghasilkan suatu laporan. Laporan tersebut akan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
b. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (25)
“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam
bentuk mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa
dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarahmuntahiyabittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk
piutang murabahah, salam, dan istishna'; transaksi pinjam
meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi
sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil”.
Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 :
“Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi
atau kerjasama permodalan antara Koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad diserta pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau
11
laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut”.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana baik untuk investasi atau kerjasama modal. Pihak yang menerima pembiayaan dana diwajibkan untuk mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu baik dengan imbalan, tanpa imbalan, ataupun dengan bagi hasil.
c. Pembiayaan Mudharabah
1) Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabahadalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama pemilik dana menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kespakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana apabila kesalahan terjadi murni karena regulasi usaha. Tetapi jika kesalahan/kerugian disebabkan karena kelalain mudharibmaka kerugian ditanggung oleh mudharib.
Menurut fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 “mudharabahadalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif”. Dalam Ensiklopedi
Hukum Islam, Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama
Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Repubik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
“Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama permodalan
usaha dimana koperasi sebagai pemilik modal (shahibul maal)
menyetorkan modalnya kepada anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya sebagai pengusaha (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha sesuai akad dengan pembagian keuntungan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan (nisbah), dan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal sepanjang bukan merupakan, kelalaian penerima pembiayaan”.
Dari beberapa penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang
dikeluarkan oleh shahibul maal (pemilik dana) kepada mudharib
(pengelola dana), dimana dalam pembiayaan ini pemilik dana
memberikan seluruh dana yang diperlukan mudharib. Apabila
medapatkan keuntungan maka keuntungan akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah ditetapkan diawal dan apalbila mengalami kerugian maka akan ditanggung oleh pemilik dana saja selama kerugian tersebut bukan merupakan kesalahan dari pengelola dana.
2) Jenis Mudharabah
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI) - 05.1 tentang pembiayaan mudharabah, mudharabah
13
a) Mudharabahmuthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
b) Mudharabahmuqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
3) Ketentuan Pembiayaan Mudharabah
Berdasarkan fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
terdapat ketentuan mengenai pembiayaan mudharabah.
Ketentuan-ketentuan tersebut adalah :
a) Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. b) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik
dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
c) Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).
d) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
e) Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
f) LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. g) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
h) Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
i) Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
j) Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
4) Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah
Berdasarkan fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
terdapat rukun dan syarat mengenai pembiayaan mudharabah.
15
a) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.
b) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak (akad).
2) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi,
atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
c) Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan
syarat sebagai berikut:
(1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
(2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai.
Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
(3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus
dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap
maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
d) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
(1) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak.
(2) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati
dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari
keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
(3) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia
dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
(1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa
campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
(2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
(3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan
mudhara-17
bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
5) Ketentuan Lain Pembiayaan Mudharabah
Berdasarkan fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
terdapat rukun dan syarat mengenai pembiayaan mudharabah.
Rukun dan syarat tersebut adalah :
a) Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
b) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu'allaq) dengan sebuah
kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.
c) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena
pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah),
kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
d) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
6) Ilustrasi Jurnal Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Ilustrasi jurnal mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah menurut Sri Nurhayati, Wasilah (2013) adalah sebagai berikut :
(1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Rekening Debet Kredit
Dr. Investasi Mudharabah Xxx
Kr. Kas xxx
(2) Investasi mudharabahdalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pada saat penyerahan :
(a) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Rekening Debet Kredit
Dr. Investasi Mudharabah Xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset Non kas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan
Rekening Debet Kredit
Dr. Keuntungan Tangguhan Xxx
Kr. Keuntungan xxx
(b) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian dan akui pada saat penyerahan aset nonkas.
Rekening Debet Kredit
Dr. Investasi Mudharabah Xxx
Dr. Kerugian Xxx
19
b) Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas :
(1) Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian ataua kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
Rekening Debet Kredit
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah Xxx
Kr. Investasi Mudharabah Xxx
(2) Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabahhilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnal pada saat terjadi kerugian :
Rekening Debet Kredit
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah Xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx Jurnal pada saat bagi hasil :
Rekening Debet Kredit
Dr. Kas Xxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah Xxx Kr. Pendapatan Bagi Hasil
Mudharabah
xxx
c) Kerugian
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Rekening Debet Kredit
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah Xxx Kr. Penyisihan Kerugian Investasi
Mudharabah
xxx
d) Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.
Rekening Debet Kredit
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil Xxx Kr. Pendapatan Bagi Hasil
Mudharabah
xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil
Rekening Debet Kredit
Dr. Kas Xxx
Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx