BAB I PENDAHULUAN
B. Kajian Teoritis
5. Konsep Asuransi Syariah
Secara prinsip kajian ekonomi Islam selalu mengedepankan asas keadilan, tolong-menolong, menghindari, kezaliman, pengharaman riba (bunga), prinsip profit and loss sharing serta penghilangan unsur
gharar.Maka dari sini bisa ditarik garis pararel terhadap prinsip-prinsip
yang harus ada dalam sebuah institusi asuransi syariah.Sebab asuransi syariah secara teoritis masih menginduk kepada kajian ekonomi Islam secara umum.Disamping prinsip dasar di atas yang harus dipenuhi oleh lembaga asuransi syariah,asuransi syariah juga harus mengembangkan sebuah manajemen asuransi secara mandiri,terpadu,profesional,serta tidak menyalahi aturan dasar yang telah digariskan dalam syariah Islam.Untuk tujuan menjaga agar selalu sesuai dengan syari‟at Islam maka pada setiap asuransi harus ada Dewan Pengawas Syariah (DPS).26 Disinilah ulama kontemporer bermain dalam menggali dan menyusun sebuah kinerja dan manajemen asuransi syariah.Mengutip pernyataan Najatullah al-Siddiqi,bahwa asuransi syariah harus membawa unsur tolong- menolong,seperti apa yang telah terjadi diawal sejarah asuransi syariah yang menjadikan prinsip tolong menolong sebagai unsur utama didalamnya. Dari sini asuransi syariah mengemban tugas agar melakukan pembersihan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariah terhadap praktik yang dijalankan oleh asuransi
26AM.Hasan Ali,Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta:Syarikat Takaful Indonesia,1994,h. 154-155.
nilaiseperti materialistis, individualistis, kapitalis,harus dihapuskan,sebagai gantinya dimasukan semangat keadilan kerja sama,dan saling tolong-menolong.27 Para ulama di Indonesia dalam hal ini menerima asuransi berdasarkan hasil Fatwa DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.Dalam Fatwa ini ditetapkan bahwa Asuransi Syariah (Ta’min,takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong - menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan Syariah. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang tidak
mengandung gharar
(penipuan),masyir(perjudian),riba,zhulm(penganiyaan),risywah (suap),barang haram dan maksiat. 28
b.Dasar Hukum /Dalil Kebolehan
Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diatur dalam beberapa tempat,antara lain dalam kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD),Undang-undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian,Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 1999 tentang Perubahan atas PP No.73 Tahun 1992 tentang Penyelengaraan Usaha Perasuransian serta aturan-aturan lain yang mengatur asuransi sosial
27
Ibid.
28Syafi‟I Antonio,Asuransi dalam Presfektif Islam, Jakarta:Syarikat Takaful Indonesia,1994,h.253-255
yang diselengarakan oleh BUMN,Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2014 tentang perasuransian bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan, amanah, dan kompetitif akan meningkatkan pelindungan bagi pemegang polis, tertanggung, atau peserta, dan berperan mendorong pembangunan nasional.Secara lebih teknis operasional perusahaan asuransi/perusahaan reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada Sk Dirjen Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000 tentang jenis,penilaian dan pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah dan beberapa keputusan Menteri Keuangan (KMK),yaitu KMK No.422/KMK.06/2003 tentang Penyelengaraan Perusahaan Asuransi;KMK No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.29
Disamping itu,perasuransian syariah di Indonesia juga diatur dalam beberapa fatwa DSN-MUI antara lain fatwa DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.Fatwa DSN MUI No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang akad mudharabah Musyarakah padaAsuransi Syariah,Fatwa DSN-MUI N0.52/DSM-MUI/III/2006 tentang AkadWakalah Bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah,Fatwa DSN-MUI No.58/DSN-MUI/III/2006 tentang Akadtabarru padaAsuransi dan Reasuransi.30
29Ibid.
Pendapat Para ulama di Arab Saudi tentang hukum asuransi dalam IslamSyeikh Dr. Yusuf Al-Syubaily yang merupakan seorang anggota dari Komite Syariah Arab Saudi berpendapat
“Kenapa kita menolak asuransi, sedangkan hal itu bisa menjawab kebutuhan masyarakat? Tidak ada larangan kita mengambilnya bila sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Karena banyak masyarakat yang tidak bisa mendapatkan pelayanan di rumah sakit pemerintah, sehingga mereka bisa menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk perawatan di rumah sakitswasta, pada kondisi inilah asuransi dapat membantu melayani kebutuhanmasyarakat.”31
Pendapat dari Syeikh Dr. Abdul Rahman Al-Sanad Yang merupakan Ketua Umum Lembaga Amar Ma‟ruf & Nahi Munkar di Kerajaan Saudi Arabia
“Asuransi Ta‟awuni (Konsep tolong menolong) di dalamnya adapraktek yang sesuai dengan syariat Islam. Ditambah lagi bahwa asuransi dalam syariat islam itu sangat luas sekali dan sangat mungkin dijadikan solusi, terlebih lagi yang menjadi keistimewahanasuransi kesehatan adalah memberikan perlindungan ekonomi dan menjamin kehidupan yang layak bagi individu yang dilindungi oleh ketentuan-ketentuannya.”32
Dalil-dalil yang membolehkan berasuransi:
Terjemahan: “ Dan tolong -menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan taqwa,dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.dan bertaqwalah kamu
31Ibid.
kepada Allah,sesungguhnya Allah amatlah berat siksanya” (QS Al-Maidah [5]:2).33
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok,dan bertaqwalah kepada Allah sesunguhnya Allah maha mengetahui yang kamu kerjakan” (QS Al-Hasyr [59]:18).34
Terjemahan: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”.(QS An-nisa [4]:9).35
c. Produk-produk Asuransi Syari‟ah 1). Produk Takaful Individu
Produk Takaful Individu di bagi menjadi dua jenis, yaitu produk takaful individu tabungan dan produk takaful non tabungan.Produk-produk tabungan, diantaranya adalah:
a) Takaful dana investasi, yaitu suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dollar sebagai dana
33
Danakarya,Al-qur’an dan Terjemahannya,Surabaya: Mekar Surabaya,2004,h.141.
34Ibid, h.796.
investasi yang diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal dunia lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.
b) Takaful dana haji, yaitu suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dollar untuk biaya menjalankan haji.36
2). Produk-produk non tabungan
a) Takaful al-Khairat Individu, yaitu program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian dalam masa perjanjian.
b) Takaful Kecelakaan Diri Individu, yaitu program yang diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian karena kecelakaan dalam masa perjanjian.
c) Takaful Kesehatan Individu, yaitu program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian.37
36
Muhammad,Memahami Asuransi dalam Presfektif Islam, Jakarta : Syarikat Takaful Indonesia,1994.h.25.