• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

Usahatani merupakan suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian.

Usahatani kubis adalah suatu bentuk organisasi produksi komoditi kubis yang dilakukan dengan cara mengelola faktor-faktor produksi untuk memperoleh penerimaan usahatani.

Petani kubis adalah semua petani yang berusahatani kubis dan memperoleh pendapatan dari usahatani kubis yang dilakukan.

Produksi kubis adalah jumlah output atau hasil panen kubis dari luas lahan petani per musim tanam yang diukur dalam satuan ton.

dalam berusahatani kubis. Produktivitas diukur dalam satuan ton per hektar (ton/ha).

Luas lahan adalah tempat yang digunakan oleh petani untuk melakukan usahatani kubis secara monokultur selama satu musim tanam yang diukur dalam satuan hektar (ha). Biaya korbanan marjinal lahan ditentukan dengan nilai sewa selama musim tanam, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Benih kubis adalah benih yang ditanam petani selama satu kali periode produksi untuk menghasilkan produksi kubis, diukur dalam satuan gram (gr).

Jumlah benih adalah banyaknya benih yang digunakan petani pada proses produksi dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan batang. Biaya korbanan marjinal benih dihitung dari jumlah benih yang digunakan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga tiap batang, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk NPK dan pupuk kandang yang digunakan oleh petani pada proses produksi dalam satu kali musim tanam. Jumlah pupuk diukur dalam satuan kilogram (kg). Biaya korbanan marjinal pupuk dihitung dari jumlah pupuk yang digunakan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga tiap kilogram, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Jumlah pestisida adalah banyaknya bahan kimia (pestisida) yang digunakan untuk memberantas gulma serta hama dan penyakit tanaman dalam satu kali

musim tanam, diukur dalam satuan kilogram per liter bahan aktif (kg/lt). Biaya korbanan marjinal pestisida dihitung dari jumlah obat-obatan yang digunakan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga tiap liter bahan aktif, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses produksi, mulai dari pengolahan sampai pascapanen yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, keduanya diukur setara dengan hari orang kerja (HOK).

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani dalam satu kali musim tanam yang meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan biaya lain-lainnya. Biaya produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp) per musim tanam.

Biaya produksi marjinal adalah biaya total yang dikeluarkan akibat

penambahan atau pengurangan penggunaan faktor-faktor produksi baik tunai maupun diperhitungkan dalam proses produksi kubis selama satu kali musim tanam yang diukur dalam rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume produksi. Petani harus membayar berapapun jumlah produksi yang dihasilkan meliputi bunga modal atas pinjaman, penyusutan alat, nilai sewa lahan, dan pajak lahan usaha yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

rupiah (Rp).

Biaya total adalah total dari biaya tetap dan variabel diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai oleh petani untuk membeli faktor-faktor produksi pada usahatani kubis.

Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani kubis, tetapi tidak dikeluarkan secara tunai.

Penerimaan petani adalah perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual kubis yang diterima petani. Penerimaan ini diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp/musim tanam).

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran meliputi biaya angkut, penyusutan, dan lainnya, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Marjin pemasaran total adalah selisih harga ditingkat konsumen akhir dengan harga ditingkat produsen atau jumlah marjin di tiap lembaga pemasaran, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Profit marjin adalah marjin keuntungan lembaga pemasaran, dihitung dengan cara mengurangi nilai marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Rasio marjin keuntungan adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan pemasaran.

Pedagang pengumpul adalah pedagang-pedagang yang membeli kubis dari petani atau pedagang pengumpul tingkat bawah untuk dijual kembali. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli kubis dari pedagang pengumpul.

Harga ditingkat produsen adalah harga kubis yang diterima pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga ditingkat konsumen adalah harga kubis yang dibayarkan konsumen akhir pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Volume jual adalah jumlah kubis yang dijual pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan kilogram (kg). Volume beli adalah jumlah kubis yang dibeli oleh lembaga pemasaran, diukur dalam satuan kilogram (kg).

B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu sentra produksi kubis di Lampung.

2014

No. Jenis Tanaman Sayuran

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Bawang Merah 42 218 2. Bawang Daun 152 396 3. Bawang Putih 0 0 4. Kol/Kubis 246 3075 5. Sawi 230 1559 6. Kacang Merah 74 22 7. Kentang 2 2 8. Tomat 488 845 9. Jamur 0 0 10. Paprika 0 0 11. Lobak 0 0 12. Wortel 0 0 13. Kangkung 278 498 14. Bayam 163 409 15. Labu siam 154 792

Sumber: Tanggamus Dalam Angka, 2015

Kecamatan Sumberejo dipilih dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut memiliki produksi kubis dari tahun ke tahun dan memiliki jumlah produksi yang cukup tinggi serta sebagai sentra pemasaran di Kabupaten Tanggamus. Dengan pertimbangan yang sama, dari Kecamatan Sumberejo kemudian diambil dua desa yang merupakan sentra produksi kubis di kecamatan tersebut. Kedua desa tersebuat adalah Desa Simpang Kanan dan Desa Wonoharjo.

Sampel dalam penelitian ini adalah petani kubis yang akan menjadi responden dan bersedia diwawancarai dengan penduan kuesioner. Populasi petani kubis dalam penelitian ini adalah 268 petani kubis yaitu dari Desa Simpang Kanan 150 petani dan Desa Wonoharjo 118 petani. Berdasarkan jumlah populasi petani kubis pada tiga desa tersebut akan ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus yang mengacu pada teori Sugiarto, dkk (2003), yaitu:

= ……… ( 18) Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi S2 = Variasi sampel (5% = 0,05) Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)

Berdasarkan rumus diatas jumlah sampel petani kubis dapat dihitung sebagai berikut: = ………... ( 19) = ( , ) , ( , ) ( , ) , ……….… ( 20) = , , , ………. ( 21) = , , ………... ( 22) = 59,713 60 ……… ( 23)

Penentuan alokasi proporsi sampel tiap desa dengan menggunakan rumus :

= × ……….… ( 24)

Keterangan :

ni = Jumlah sampet wilayah i Ni= Jumlah petani wilayah i

N = Jumlah keseluruhan populasi petani n = Jumlah keseluruhan sampel petani

desa diperoleh sebagai berikut:

Jumlah sampel petani kubis di Desa Simpang Kanan:

= × 60 = 33,582 34 ……….… ( 25)

Jumlah sampel petani kubis di Desa Wonoharjo:

= × 60 = 26,418 26 ……….…… ( 26)

Untuk lembaga perantara diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran kubis di Kecamatan penelitian dengan menggunakan teknik mengikuti alur pemasaran. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini

dilakukan secara berantai, dimulai dari ukuran yang paling kecil hingga ukuran yang paling besar, dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan wawancara terhadap seorang responden selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan calon responden (pedagang kubis). Hal ini dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu rantai pemasaran. Pengumpulan data

dilaksanakan pada bulan April 2015–Mei 2015.

Dokumen terkait