• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

1. Konsep Dasar Manajemen dan Manajemen Pendidikan

Istilah management dalam bahasa Inggris (yang diserap dalam bahasa Indonesia) mengandung dua substansi menurut Tim Dosen AP UNY (2010:7) yaitu “manajemen sebagai proses atau kegiatan memanajemeni dan sebagai orang yang melakukan kegiatan manajemen tersebut (manager).”

Manajemen bukan sekedar proses melakukan sesuatu, melainkan sebagai seni. Mary Parker Follet (dalam Sule dan Saefullah, 2010:5) menegaskan bahwa “manajemen is the art of getting things done through people.” Artinya, manajemen adalah seni menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Manajemen sebagai seni sangat tergantung pada subyek yang melaksanakannya.

Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Nickels dkk. (dalam Sule dan Saefullah, 2010:6). Mereka menyebutkan pengertian manajemen sebagai “the process used to accomplish organizational goals through planning, organizing, directing, and controlling people and other organizational goals”. Bermacam definisi dari kata manajemen, namun menurut perkembangan sekarang ini, “Manajemen bukan sekedar menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu, melainkan

13

menyelenggarakan atau melaksanakannya dengan lebih baik, yaitu dengan ditata dan diatur”, (Tim Dosen AP UNY, 2010:8).

Didin dan Imam (2013: 36) menyebutkan fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli, antara lain: 1) Henry Fayol (Perencanaan, Pengorganisasian, Pemberian Perintah, Pengooordinasian, Pengendalian), 2) G.R Terry (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengendalian), 3) James Stoner (Perencanaan, Pengorganisasian, Memimpin, Pengendalian), dan 4) Louis A. Allen (Perencanaan, Penyusunan Kerja, Memimpin, Pengendalian).

Selanjutnya Didin dan Imam menjelaskan bahwa persamaan dari beberapa pendapat tersebut adalah Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengendalian. Sedangkan perbedaannya ada pada makna pelaksanaan (actuating) yang disebutkan melalui kata pemberian perintah, pelaksanaan, dan memimpin.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan fungsi manajemen kedalam 3 tahap sebagai pola penelitian sekaligus bahan pembahasan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.

b. Pengertian Manajemen Pendidikan

Dalam konteks lingkungan pendidikan, Manajemen adalah perencanaan program sekolah, pelaksanaan program sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, pengawas/evaluasi, dan sistem

14

informasi sekolah (Usman, 2011: 5). Lebih lanjut Usman (2011: 12) mengemukakan definisi manajemen pendidikan sebagai berikut:

Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasar pada fungsi manajemen dalam Didin dan Imam di atas, ada tiga fungsi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu perencaaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang menyangkut tentang pendidikan nonformal khususnya pada pendidikan kesetaraan yang dilihat dari lima bidang manajemen berdasar pembatasan penelitian ini yaitu warga belajar, tenaga pendidik dan kependidikan (tutor dan pengelola), kurikulum, sarana prasarana, dan keuangan.

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap paling awal dalam fungsi-fungsi manajemen.

Perencanaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan pemikiran yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang hrus dilakukan, langkah-langkah, metode, dan pelaksana yang dibutuhkan untuk menyelengarakan kegiatan pencapaia tujuan yang dirumuskan secara rasional dan logis serta berorientasi ke masa depan (Burhanuddin dalam Didin dan Imam, 2013: 126).

Perencanaan mencakup perumusan tujuan dan langkah strategis di masa depan demi mencapai tujuan. Perencanaan merupakan langkah awal yang juga menentukan hasil di masa

15

depan karena dari tahap ini akan diketahui sasaran-sasaran program dengan pemilihan prioritas dan beberapa hal yang bisa dikesampingkan. Dengan begitu perencanaan bisa membantu pelaksanaan secara baik, namun tetap harus didukung dengan segala sumber daya yang memadai dan saling bersinergi.

Menurut Sri Minarti (2011: 162), fungsi perencanaan bagi warga belajar adalah penerimaan siswa baru menyangkut waktu, persyaratan, dan proses penerimaan. Pada hakikatnya, penerimaan siswa baru bukan sekedar menerima siswa melainkan juga menyeleksi sesuai persyaratan yang ditetapkan.

Sri Minarti (2011: 134) juga menjelaskan perencanaan tenaga kependidikan meliputi kepastian jumlah dan kualitas pegawai, pengadaan pegawai, dan sistem penyusunan formasi melalui beberapa cara seperti persiapan, pemberian tes, wawancara, evaluasi medis, dan keputusan.

Perencanaan kurikulum menurut Sri Minarti (2011: 96) menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Guru sebagai manajer hendaknya mampu mengelola kelas. Pada tahap ini perlu dijabarkan melalui Rencana Pembelajaran (a) menjabarkan silabus, (b) menghitung hari kerja efektif dan jam pelajaran, (c) menyusun program kerja tahunan, dan (d) menyusun program semester.

16

Sri Minarti (2011: 253) menjelaskan bahwa dalam perencanaan sarana prasarana harus memperhatikan syarat antara lain: (a) pengadaan harus integral dengan peningkatan kualiatas, (b) perencanaan harus jelas, (c) berdasar kesepakatan bersama, (d) mengikuti pedoman, (e) sesuai plafon anggaran dan prosedur yang berlaku.

Perencanaan pembiayaan menurut (Sri Minarti, 2011: 229) mencakup dua kegiatan yaitu: (a) Penyusunan anggaran biaya dalam hal ini adalah sumber pendanaan dan pengeluaran, (b) Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS).

Berdasar pada uaraian di atas, dalam tahap perencanaan dibahas :

a) Penerimaan dan seleksi warga belajar baru b) Perekrutan dan seleksi tenaga kependidikan c) Penetapan Kurikulum

d) Penyusunan sarana prasarana

e) Sumber dana pendidikan kesetaraan. 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen dengan maksud memastikan kinerja sumber daya harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun, kecuali memang ada hal-hal khusus, sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian bukan berarti merubah tujuan hanya merubah pola dalam pencapaian tujuan

17

tersebut. Setiap sumber daya khususnya sumber daya manusia harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing.

Keterangan tersebut senada dengan pendapat Didin dan Imam (2013: 131) yang menyatakan bahwa pelaksanaan (actutating) adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja serta mendayagunakan fasilitas yang ada untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama.

Dalam tahap pelaksanaan, warga belajar masuk dalam proses pembelajaran. Sri Minarti (2011: 170) menjelaskan bahwa pengelolaan proses pembelajaran merupakan pemberdayaan peserta didik yang dilakukan melalui interaksi perilaku guru dan peserat didik baik di ruang maupun di luar kelas. Sri Minarti (2011: 193) menambahkan bahwa menegakkan kedisiplinan bagi peserta didik tidak bertujuan mengurangi kebebasan namun sebaliknya yaitu untuk memberi kemerdekaan lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.

Pelaksanaan tugas pengelola dan tutor dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari sesuai peraturan yang disepakati. Sri Minarti (2011: 140) menjelaskan bahwa ketika tenaga kependidikan sudah bekerja dan mampu mengisi kekosongan jabatan yang ada, kepala wajib menjaga atau memelihara tenaga kependidikan itu untuk tetap profesional dan memiliki kinerja yang tinggi.

18

Pelaksanaan kurikulum telah dipaparkan Sri Minarti (2011: 97) dengan mengatakan bahwa pelaksanaan kurikulum adalah proses yang memberikan kepastian bahwa pembelajaran telah memiliki SDM dan sarana prasarana yang diperlukan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Pemanfaatan sarana prasarana harusnya menyangkut pemeliharaan dan penataan, menurut Sri Minarti (2011: 268) tujuan dari pemeliharaan sarana prasarana ini adalah: (a) mengoptimalkan usia pakai, (b) menjamin kesiapan operasional, (c) menjamin ketersediaan, dan (d) menjamin keselamatan pemakai.

Pelaksanaan pembiayaan menurut Sri Minarti (2011: 239) secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua kegiatan yaitu: (a) penerimaan pembiayaan pendidikan dari sumber-sumber dana yang menyangkut anggaran rutin, anggaran pembangunan, anggaran penunjang, dana masyarakat, donatur, dan lainnya; (b) pengeluaran yaitu penggunaan dana dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien.

Berdasar pada uaraian di atas, dalam tahap pelaksanaan dibahas :

a) Pelaksanaan tugas dan pemenuhan kebutuhan warga belajar b) Pelaksanaan tugas pengelola

19

d) Pemanfaatan sarana prasarana e) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan 3) Evaluasi

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa di dalam tahapan pengawasan dilakukan evaluasi untuk memperoleh umpan balik sebagai dasar perencanaan selanjutnya, atau untuk perencanaan kembali. Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri sendiri, ada pemantauan dan pelaporan.

Evaluasi sangat bermanfaat agar organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali. Menurut Sudjana (2004: 248) evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai serta dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Sementara Imam dan Didin (2013: 370) menyatakan evaluasi dalam konteks pembelajaran menjadi umpan balik bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.

Farida Yusuf dalam Imam dan Didin (2013: 387) menyampaikan dua model evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Model evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi dan membantu memperbaiki program yang sedang dilaksanakan,, sedangkan model evaluasi sumatif dilakukan di akhir program

Dokumen terkait