• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Dasar Nifas

2.3.1 Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6

minggu36.

2.3.2 Tahapan dalam masa nifas

a. Peurperium dini (immediate puerperium): waktu 0-24 jam post

partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post

partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote peurperium (later puerperium): waktu 1-6 minggu post

terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulanan

atau tahunan37.

Tabel 2.2 Jadwal kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Pengkajian

1 6 hari – 3 hari post partum

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut c. Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI awal

e. Memberikan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

2 4-28 hari post partum

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda – tanda penyulit e. Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.

3 29-42 hari post partum

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda – tanda penyulit. e. Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangan dan merawat bayi sehari –

hari.

f. Menanyakan pada ibu tentang penyulit –

penyulit yang ia atau bayi alami.

g. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.3.3 Perubahan fisiologis masa nifas

1. Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

1) Pengerutan rahim (involusi)

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.

Tabel 2.3 Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum

Involusi uteri Tinggi fundus uteri Berat uterus Diameter uterus Palpasi cervik Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/luna

k 7 hari (minggu 1) Pertengahan antara

pusat dan shympisis 500 gr 7,5 cm 2 cm 14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

2) Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:

a) Lochea rubra

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi dan mekonium.

b) Lochea sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.

c) Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.

d) Lochea alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks dan selaput jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum.

e) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

3) Perubahan pada serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan bisa masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

b) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

c) Perinium

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hati ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

2. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

3. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut

“diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

4. Perubahan sistem musculoskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

5. Perubahan tanda vital

1) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.

2) Suhu

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5°C - 38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus

3) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 – 80 kali per

menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.

4) Pernapasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengukutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

pencernaan38.

2.3.4 Kebutuhan pada ibu nifas

a. Kebutuhan gizi ibu menyusui

Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapat tambahan zat makan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri.

Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah-lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung asam dekosa heksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara bermakna akan mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya diberi susu bubuk.

1) Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca partum mencapai 500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Efisiensi konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar rata-rata 80% dengan kisaran 76-94% sehingga dapat diperkirakan besaran energi yang diperlukan untuk menghasilkan 100 cc susu sekitar 85 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus di tingkatkan.

2) Protein

Selama menyusi, ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70% (dengan variasi perorangan).Peningkatan kebutuhan ini ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis hormone yang memproduksi (prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin).

Selain kedua nutrisi tersebut, ibu menyusui juga dianjurkan untuk mendapatkan tambahan asupan dari nutrisi lain. Ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan yang mengandung asam lemak Omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan dikeluarkan melalui ASI. Kalsium terdapat pada susu, keju, teri, dan kacang-kacangan. Zat besi banyak terdapat pada makanan laut. Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan yang memiliki rasa kecut, seperti jeruk, mangga, sirsak, apel tomat, dan lain-lain. Vitamin B-1 dan B-2 terdapat pada padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan, dan sebagainya. Ada beberapa sayuran yang menurut pengalaman masyarakat dapat memperbanyak pengeluaran ASI, misalnya sayur daun turi (daun katuk) dan kacang-kacangan. Selain nutrisi, yang tidak kalah penting untuk ibu menyusui adalah cairan (air minum). Kebutuhan minimal adalah 3 liter sehari, dengan asumsi 1 liter setiap 8 jam dalam beberapa kali minum, terutama setelah selesai menyusui bayi.

Selama menyusui, ibu sebaiknya tidak minum kopi karena kopi akan meningkatkan kerja ginjal sehingga ibu akan buang air kecil lebih sering, padahal ibu sedang membutuhkan lebih banyak cairan. Selain itu, ibu juga harus menghindari asap rokok karena nikotin yang terhisap akan dikeluarkan lagi melalui ASI sehingga bayi dapat keracunan nikotin.

Dengan penjelasan tersebut, akhirnya dapat dirumuskan beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui, antara lain:

1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori.

2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan

vitamin.

3) Minum sedikitnya 3 liter seetiap hari, terutama setelah

menyusui.

4) Mengonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.

5) Minum kapsul vitamin (200.000 unit) agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi dini

Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat. Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain:

1) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.

2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya.

c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil (BAK)

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk katerisasi. Dilakukan katerisasi apabila kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum yang disebabkan oleh :

a) Berkurangnya tekanan intra abdominal.

b) Otot-otot perut masih lemas.

c) Edema dan uretra.

d) Dinding kandung kemih kurang sensitif.

2) Buang Air Besar (BAB)

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum jika hari ketiga juga belum BAB, maka perlu diberi obat pelancar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (hukna).

d. Kebersihan diri

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri postpartum adalah sebagai berikut:

2) Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan kebersihan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali

sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan setrika.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

e. Istirahat

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi

f. Aktivitas seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

g. Latihan senam nifas

Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu

setelah melahirkan39.

2.3.5 Tanda-tanda bahaya masa nifas

1. Perdarahan pervaginam

2. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

3. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

4. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan

dirinya sendiri

5. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki

(Trombhoplebitis)40

Dokumen terkait