• Tidak ada hasil yang ditemukan

“DAMPAK INDUSTRIALISASI BRASIL TERHADAP

1.5 Kerangka Dasar Pemikiran

1.5.2 Konsep Ekologisme

Ekologisme adalah ideologi politik yang didasarkan pada posisi bahwa dunia non-manusia patut dipertimbangkan secara moral, dan bahwa hal ini harus diperhitungkan tanpa adanya ketergantungan pada kontribusi non-manusia pada kesejahteraan manusia. Pandangan ini dapat dikategorikan sebagai pandangan ekosentrik yang kuat (strong ecocentric) yang memberikan sentralitas moral terhadap biosfer (lingkungan) dan me-nomerduakan manusia. Pandangan ini juga menganggap bahwasanya jika diperlukan, manusia diharuskan melakukan bunuh diri masal demi untuk menjaga integritas biosfer, karena manusia dapat juga dianggap sebagai penyakit di dunia ini layaknya kanker.28

Terdapat tiga karakteristik yang mendefinisikan ekologisme berdasarkan batas ekologis, nilai-nilai lingkungan intrinsik, dan kekhawatiran terhadap keterasingan sosial dari alam. Pertama, ekologisme mengakui terbatasnya sumber daya alam dan lingkungan memaksa adanya batasan-batasan dalam pilihan sosial, terutama yang berkaitan dengan konsumsi sumber daya dan limbah yang dihasilkan oleh sistem industri. Masyarakat modern yang industri, ditandai dengan konsumsi masal barang dan jasa yang sebagian besar berasal dari proses industri ekstraksi sumber daya, produksi, fabrikasi, distribusi, konsumsi, dan pembuangan. Operasi normal sistem industri produksi menimbulkan dampak ekologi besar sebagai hasil dari konsumsi global sumber daya, produksi industri, kerusakan ekologis, dan timbunan sampah dan limbah yang dihasilkan.29

27 Krishna Chaitanya.V. 2007. Rapid Economic Growth and Industrialization in India, China & Brazil:

At What Cost?. William Davidson Institute Working Paper Number 897. Working Paper 2007 - No. 01. hal. 4.

28 Brian Bexter. 1999. Ecologism. Edinburgh: Edinburgh University Press. hal. 51. 29 Leigh Glover. 2006. Postmodern Climate Change. New York: Routledge. hal. 32.

Kedua, ekologisme secara eksplisit mengakui nilai-nilai intrinsik dalam ekologi. Ekologisme mengidentifikasi bagaimana perspektif instrumentalis modernitas secara rutin mengabaikan nilai-nilai ekologis melalui asumsi dari antroposentrisme, sebuah garis penalaran langsung dari filsafat lingkungan. Dalam prakteknya, setelah mengidentifikasi lingkungan sebagai media dimana kerugian dan keuntungan sosial dapat dialokasikan dalam masyarakat industri, ekologisme sering mengupayakan solusi dimana tujuan normatif sosialnya kompatibel dengan promosi dari nilai-nilai ekologis. Ekologisme secara parsial bertanggung jawab untuk mengidentifikasi bagaimana kegiatan normal dari negara dan perusahaan telah menghasilkan bahaya dan risiko terhadap kesehatan manusia melalui dampak lingkungan mereka, sehingga menimbulkan adanya ketidakadilan lingkungan

(environmental injustice). Ketiga, ekologisme mendapati bahwa modernitas

mengasingkan masyarakat modern dan anggotanya dari alam.30

Ekologisme merupakan bagian dari pemikiran politik hijau (green political thought) yang inti dari nilai-nilainya berpusat pada ekosentrik, yang memulai dari kekhawatiran terhadap alam bukan-manusia dan keseluruhan ekosistem, dan bukan dari kekhawatiran humanis. Greens memiliki pertentangan dengan pandangan masyarakat barat yang nilai-nilainya dikategorikan kedalam nilai-nilai konvensional.

Greens beranggapan bahwa yang menjadi penyebab dari masalah lingkungan seperti

polusi, penyusutan sumber daya, dan kerusakan lingkungan adalah sikap dominan dan eksploitatif terhadap alam. Dalam Hal tersebut budaya baratlah yang dianggap mempunyai pengaruh global yang sangat merusak, karena orang barat melihat alam sebagai instrumen yang akan digunakan untuk keuntungan materi tak terbatas.31

Greens berpikir bahwa masyarakat industri yang juga merupakan produk dari

budaya barat, didirikan dengan sasaran yang terlalu sempit untuk maksimalisasi keuntungan, mendorong konsumsi yang berlebihan. Untuk mendapatkan keuntungan

30Ibid. hal. 34.

31 David Pepper. 1996. Modern Environmentalism: An Introduction. New York: Routledge.

yang tinggi, industri lebih memilih untuk 'mengeksternalisasikan' limbah hasil produksi barang mereka ke masyarakat luas, daripada memilih membayar untuk membuat industrinya bersih. Mengingat skala industrialisasi yang besar saat ini, polusi menjadi sangat besar, sementara bahan daur ulang dan pengendalian polusi dibatasi demi untuk kepentingan pemotongan biaya dan persaingan industri.32

Tabel 1.1 Green Values Compared With Conventional Values

Conventional Values Greens Values

About nature

Human are separate from nature. Human are part of nature.

Nature can and should be exploited and dominated for human benefit.

We must respect and protect nature for itself, regardless of its value to us, and live in harmony with it.

We can and should use the laws of nature (scientific laws) to exploit and use it.

We must obey the laws of nature (e.g. the law of carrying capacity, which

means that there’s a limit to number of

people that the earth can support

Sumber: David Pepper. 1996. Modern Environmentalism: An Introduction. hal. 11.

Tabel 1.1 menunjukkan tentang perbedaan bagaimana nilai-nilai konvensional dan nilai-nilai Greens memandang alam. Nilai-nilai yang dianut oleh kedua pandangan tersebut bertentangan satu dengan lainnya. Disatu sisi, nilai-nilai konvensional tentang alam memisahkan manusia dari alam dan berusaha memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam untuk kepentingannya. Sedangkan disisi lain, nilai-nilai Greens tentang alam beranggapan bahwa manusia juga bagian dari alam dan harus selalu menghormati dan hidup harmoni dengan alam.

Jika mengacu pada apa yang disampaikan Greens, maka dapat dikatakan bahwa industrialisasi di Brasil dapat digambarkan sebagai apa yang mereka sebut sebagai tindakan dari bangsa barat yang menggunakan nilai-nilai konvensional. Industrialisasi selalu cenderung mengeksploitasi alam dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk kepentingan pembangunan tanpa memperhatikan nilai-nilai ekologis. Sedangkan penduduk asli yang tinggal di Brasil yang kehidupan sehari-

harinya bergantung dari alam dapat digambarkan dengan nilai-nilai yang dianut oleh

Greens. Hal tersebut sesuai dengan beberapa pernyataan yang disampaikan oleh beberapa penduduk asli yang tinggal di Brasil, seperti halnya yang disampaikan oleh Marta Guarani yang menyatakan, “We Indians are like plants. How can we live without our soil, without our land?”, kemudian diperjelas oleh Peccary Awá yang menyatakan, “When my children are hungry I just go into the forest and find them food”, dan ditambahkan oleh Davi Kopenawa Yanomami yang menyatakan, “You

have schools, we don’t, but we know how to look after the forest”. 33 Ketiga pernyataan yang disampaikan oleh penduduk asli tersebut sesuai dengan pendapat dan nilai-nilai yang dianut oleh Greens, bahwa manusia adalah bagian dari alam dan haruslah hidup harmoni dan menyatu dengan alam sekitarnya.

Dokumen terkait