• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teoritis

2.2.3 Konsep Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti

mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat

berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan

kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan

kenegaraan. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah

dianggap sempurna. Berikut ini adalah pengertian tentang implentasi menurut

para ahli. Menurut Setiawan (2004: 39) Implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul

Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab

(2008:65), mengatakan bahwa :

“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumusan merupakan fokus

perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan

kegiata-kegiatan yang timbul sesudah di sahkanya pedoman pedoman

kebijaksanaan Negara yang mencangkup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikanya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan

oleh individu maupun pejabat pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu yang

di dalamnya terkadang berisi muatan politik. Dalam studi kebijakan publik

terdapat beberapa model implementasi kebijakan publik yang dapat digunakan

sebagai acuan untuk mencapai keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

Model implementasi kebijakan yang memiliki perspektif top down dipengaruhi

oleh empat variabel, yaitu:

a. Komunikasi

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para

pembuat keputusan telah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.

Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan apabila

komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan

peraturan implementasi harus ditransmisikan atau dikomunikasikan kepada

bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun

harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar para pembuat

keputusan dan para implementor menjadi semakin konsisten dalam

melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.

Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilah

a) Transmisi

Trasmisi meupakan penyaluran komunikasi. Dimana komunikasi yang

baik dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Sering kali

terjadi dalam penyaluran komunikasi adanya salah pengertian yang

disebab kan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi,

sehingga apa yang diharapkan bisa tersampaikan mengalami terdistorsi di

tengah jalan.

b) Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan

(street-level-bureuacrats) harus jelas dan tidak membingungkan. Ketidak jelasan pesan

kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi. Pada tataran tertentu,

para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan.

Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan

tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

c) Konsistensi

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu kebijakan haruslah

konsisten dan jelas untuk diterapkan dan dijalankan. Karena jika perintah

yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan

kebingungan bagi para pelaksana di lapangan.

b. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor penting untuk implementasi kebijakan

agar efektif. Apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

akan berjalan secara efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya

manusia, yaitu kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumberdaya

tersebut terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

a) Staf

Staf merupakan sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan.

Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya

karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun kurang berkompeten

dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup,

tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan

yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan

kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu

sendiri.

b) Informasi

Dalam implementasi suatu kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk,

yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan

kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan

disaat mereka diberi perintah untuk malakukan tindakan. Kedua, informasi

mengenai data kepatuhan dari para pelaksanan terhadap peraturan dan

regulasi pemerintah telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui

apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut

c) Wewenang

Pada umumnya wewenang harus bersifat formal agar perintah dapat

dilaksanakan. Tetapi, dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal

tersebut ada, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas

kewenangan. Efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan

implementasi kebijakan, tetapi disisi lain efektivitas akan menyurut

manakala wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingan

kelompoknya.

d) Fasilitas

Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti

yang harus dilakukannya dan memiliki wewenang untuk melaksanakan

tugasnya. Tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana)

maka implementasi kebijakan tersebut tidak berhasil.

b. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor

memiliki disposisi yang baik, maka kebijakan akan dapat berjalan dengan baik

dan efektif sesuai apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Beberapa hal

yang perlu dicermati dalam variabel disposisi yaitu:

a) Pengangkatan birokrasi

Disposisi atau sikap para pelaksana dapat menimbulkan

ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginakan oleh

pejabat-pejabat tinggi. Oleh karena itu, pemilihan dan pengangkatann

personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi

pada kebijakan yang telah ditetapkan lebih khusus lagi pada kepentingan

masyarakat.

b) Insentif

Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk

mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan

memenipulasi insentif. Oleh karena itu pada umumnya orang bertindak

menurut kepentingan mereka sendiri, maka manipulasi insentif oleh para

pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.

Dengan menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin dapat menjadi

faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan

perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

c. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu

dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP) yang

menjadi pedoman bagi setiap pemangku kebijakan dalam berindak. Untuk

mengetahui keberhasilan implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa

a) Komunikasi yang dimaksudkan adalah komunikasi antara pemerintah desa

dan pemerintah kecamatan, kabupaten/kota maupun komunikasi yang

terkait dengan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tumpang.

b) Sumberdaya yang dimaksudkan adalah sumberdaya fisik dan non-fisik

yang terkait dengan pelaksanaan implementasi kebijakan Alokasi Dana

Desa di Desa Tumpang.

c) Disposisi merupakan sikap yang ditunjukan oleh pemerintah desa yaitu

prebekel dan perangkat desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di

Desa Tumpang.

d) Struktur birokrasi yang dimaksudkan adalah organisasi-organisasi yang

terdapat di dalam Pemerintahan Desa Dalung yang terkait dalam

pelaksanaan dan pengeloaan Alokasi Dana Desa yang nantinya dapat

memutuskan kebijakan yang berpengaruh terhadap keberhasilan

implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Tumpang.

Dokumen terkait